Belum hilang rasa sakit karena di tinggalkan sang Bunda, seminggu kemudian Ayahnya-Hardi juga ikut meninggalkannya sendiri di dunia...
Seolah-olah dunia sedang mengajaknya bercanda.
Anindita duduk di dalam kamar orang tuanya, suara para tetangga yang mengaji seolah menyayat hatinya yang kini benar-benar rapuh.
"Nin, ayo keluar dulu! Kita anterin Ayah pulang" ucap Adrian bersimpuh di hadapan Anindita.
"Pulang kemana ? Ini rumah Ayah ! Kenapa Ayah sama Bunda harus pergi" lirihnya dengan suara bergetar dan air mata yang tiada hentinya mengalir di pipi.
Adrian menarik nafas lalu membuangnya perlahan, di ambilnya kedua tangan adik angkatnya itu.
"Ini semua udah takdir Allah, ayo kita anterin Ayah dulu, kasihan kalau di tunda-tunda lagi" bujuknya.
Anindita memeluk Adrian, dia menangis sesenggukkan namun tak lama dia segera berdiri dan bersiap untuk mengantarkan Ayahnya ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
Anindita memilih ikut mobil ambulance sedangkan Adrian membawa mobil sendiri.
Di dalam mobil ambulance Anindita hanya terdiam meratapi kepergian orang tuanya yang begitu mendadak
Dia terus berandai-andai, andai saja jika dia tidak pergi hari itu, andai saja jika dia menuruti perkataan orang tuanya, andai saja dia tidak selalu membuat orang tuanya khawatir, dsb.
Namun semua hal itu kini menjadi sia-sia karena waktu tidak akan pernah berputar kembali ke belakang.
Sesampainya di pemakaman Anindita menahan air matanya sekuat tenaga, kini Nama Nur dan Hardi kembali berdampingan meskipun di pusara.
*
3 hari berlalu, Adrian menceritakan bagaimana orang tuanya bisa kecelakaan.
"Bagaimana bisa mobil Ayah di hantam truck sedangkan aku dan kamu tahu kalau Ayah selalu berhati-hati dalam berkendara" sanggah Anindita.
"Katanya rem truck itu blong, jadi menghantam 2 mobil dan 3 motor di depannya" jawab Adrian.
"Terus tadi siang Pak Herman ke sini ada apa?"
"E.. nggak apa-apa, Pak Herman cuma mau mengucapkan belasungkawa aja. Kamu istirahat dulu, Kakak juga mau istirahat di kamar"
Anindita mengerutkan keningnya, kenapa dia merasa Adrian menyembunyikan sesuatu .
Karena tak bisa tidur di kamarnya akhirnya Anindita pergi ke kamar orang tuanya, harum ruangan khas orang tuanya masih bisa dia nikmati.
Tidak ada saudara yang menginap, saudara jauh dari Ayah dan Bundanya semua langsung pulang usai acara pemakaman selesai
"Anin kangen sama kalian" ucapnya mengusap foto kedua orang tuanya.
Anin terus bergumam sembari memejamkan matanya hingga akhirnya dia jatuh tertidur.
Tempat yang bernuansa putih bersih seolah menyambut Anindita saat membuka mata, namun saat dia semakin masuk ke dalam ternyata dia berada di ruang tamu rumahnya.
Di sana ada Ayah dan Bundanya yang sedang tertawa bersenda-gurau, Anin berlari dan memeluk kedua orang tuanya dengan erat.
"Hiks hiks hikss" tangis Anindita pecah di pelukan orang tuanya.
Hardi dan Nur tertawa mendengar putrinya menangis sesenggukkan, di usapnya rambut panjang terurai putri kesayangannya itu.
"Kenapa menangis?"tanya Hardi terkekeh.
"Iya, kenapa nangis kayak anak kecil begini sih anak Bunda" ledek Nur.
Anindita menggelengkan kepalanya "Jangan pergi lagi Yah, Bund.. maafin Anin. Anin janji Anin bakalan nurutin semua yang Ayah dan Bunda katakan, hiks hiks"
Lagi-lagi Hardi dan Nur tertawa, "Ayah sama Bunda tidak pernah pergi,Ayah sama Bunda selalu di sini kok.. iya kan Bund?"
Nur mengangguk "Iya, udah yuk duduk dulu yang bener. Ayah sama Bunda mau ngobrol sama anak cantiknya Bunda dulu"
Anindita melepaskan pelukannya dan duduk di antara orang tuanya, di tatapnya wajah Ayah dan Bundanya yang nampak segar dan terlihat lebih muda.
Nur tersenyum lalu mengusap wajah Anindita "Berhijab ya Nak, Anin sekarang kan sudah besar.. berhijab yang benar dan jangan di lepas lagi ya" pintanya.
"Betul itu, anak Ayah juga pasti jauh lebih cantik kalau berhijab seperti Bunda, Ayah juga lebih bahagia kalau anak Ayah bisa menjaga diri dari keburukan" Hardi ikut menimpali.
Anindita menganggukkan kepalanya "Iya Yah, bund"
"Jangan lupa sholat juga ya sayang, doain Ayah sama Bunda" ucap Nur mengusap kepala Anindita.
Anindita memeluk kedua orang tuanya dengan erat, Anindita memejamkan matanya sejenak namun saat dia membuka matanya orang tuanya sudah tiada.
Adzan subuh berkumandang seolah menyadarkan Anindita dari mimpi yang baru saja ia alami.
Anindita segera bangun dan mandi lalu melaksanakan sholat subuh, setelah sekian lama dia tidak menjalankan ibadah sholat ada rasa tenang dan nyaman yang kini dia rasakan.
Dalam sujudnya Anindita menangis sesenggukkan memohon ampun untuk dirinya dan orang tuanya.
Adrian terkejut saat melihat Anindita keluar dari kamar menggunakan gamis dan jilbab panjang.
"Kenapa?" Tanya Anindita.
"Cantik" jawab Adrian.
"Makan dulu, Kakak cuma bikin nasi goreng" lanjutnya meletakkan sepiring nasi goreng di hadapan Anindita.
Anindita mengangguk "Kakak mau kemana ? Ini masih jam 6 pagi kenapa udah rapi ?"
"A... em, mau ke Toko Ayah dulu bentar" jawab Adrian terbata.
20 menit kemudian Adrian bersiap pergi, tapi yang membuat Anindita curiga adalah tas besar yang di bawa Adrian, Anindita ingin bertanya namun dia urungkan kembali.
2 hari berlalu, Anindita sudah tidak melihat Adrian pulang ke rumah..
Dddrrrrrrtttt dddrrrrtttt
Hp Anindita terus bergetar, nama Mbak Asih terpampang di layar ponselnya.
"Hallo, Assalamualaikum"
[Waalaikumussalam, Mbak Anin bisa tolong datang ke Toko nggak?]
"Emang kenapa Mbak Asih? Bukannya Kak Adrian kemarin sudah ke Toko?" Tanya Anindita.
[Toko di tutup Mbak, Pak Herman bawa lari semua uang penjualan dan kata orang yang jaga di depan toko katanya Tokonya udah di jual Mbak. Mas Adrian juga cuman sekali ke Toko usai Ibu ndak ada Mbak]
"Astaghfirullohaladzim"
Tubuh Anindita luruh ke lantai, sungguh ujian hidupnya kini seolah tiada habisnya.
Orang tuanya meninggal, Toko peninggalan orang tuanya di jual, Kakak angkat yang di percayai menghianatinya, bahkan gunjingan tetangga yang terus menerus harus di dengarnya setiap keluar rumah.
Dunianya terasa hancur, tidak ada saudara dan teman yang bisa dia jadikan sandaran.
Anindita segera pergi ke Toko untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Karyawan yang bernama Asih menyambut kedatangan Anindita dengan beberapa karyawan lainnya.
"Mbak Asih, Pak Herman kemana sebenarnya ? Kenapa Toko Ayah di jaga kayak gitu?"
"Kemarin masih baik-baik saja Mbak, saya juga waktu datang tadi pagi Toko sudah udah ada yang jaga" jawab Mbak Asih . "Pak Herman pergi nggak tau kemana Mbak dan Mas Adrian ternyata yang jual Toko Bapak ini Mbak". Lanjutnya.
"Terus gimana nasib karyawan yang lain Mbak, bagaimana dengan gaji mereka? Aku bingung Mbak Asih, kenapa semua harus terjadi bersamaan" racau Anindita.
Mbak Asih yang merupakan pegawai lama Ayahnya itu lantas memeluk Anindita "Tenang Mbak , nanti Mbak Asih bantu ngomong ke karyawan lain. Kita semua juga tahu kondisi Mbak Anin sekarang kayak gimana, jadi mereka maklum Mbak"
"Makasih,.. makasih Mbak" ucap Anin dengan tulus.
"Sama-sama Mbak"
3 bulan berlalu, semua gaji karyawan sudah Anin berikan meskipun harus menjual barang-barangnya juga barang orang tuanya.
Anindita juga mulai belajar mandiri, dia masih berharap Adrian pulang dan memberinya penjelasan namun yang di tunggu tidak pernah menampakkan diri lagi.
Hingga akhirnya Anindita memutuskan untuk pergi dari kota yang membuatnya selalu terasa sesak.
*
*
Anindita menulis semua yang di alaminya hingga subuh menjelang, baru saja matanya akan terpejam suara ketukan pintu kamarnya membuatnya terpaksa bangun.
"Mau sholat subuh di Mushola?" Tanya Dara.
"Aku sholat di rumah dulu aja Ra" jawab Anindita.
"Kamu sakit ? Kok suara kamu serak gitu, lemes juga ihh.. kamu sholat dulu deh, aku buatin madu hangat dulu" ucap Dara langsung bergegas ke dapur meninggalkan Anindita yang masih bersandar di pintu.
Ceklek
Kamar Belinda terbuka, sang pemilik kamar pun keluar dan langsung berjalan ke dapur.
"Gue juga mau madu hangatnya dong Ra" pintanya.
"Oke, ini aku buat 4 gelas. Sekalian buatin Yuta juga" ucap Dara.
Anindita ikut bergabung dengan mereka berdua di dapur, sebelum mengambil wudhu Anindita terlebih dahulu meminum air madu hangat buatan Dara.
"Makasih Ra" ucap Anindita.
"Sama-sama Nin"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
N_ariya
kasian Anin masalah datang silih berganti,,,,,🥺
semangat Thor ,,,,,💪
2023-12-16
1