Gavin menghentikan mobilnya di depan gerbang Kos Bu Yuni.
Saat Anindita melepas seatbelt dan bersiap turun perkataan Gavin membuatnya membeku.
"OC club" ucap Gavin.
Anindita menoleh dan menatap sinis ke arah Gavin.
"Maaf, saya tidak tahu apa yang anda maksud. Terimakasih karena sudah mengantar saya pulang, permisi"
Anindita segera turun dan berjalan ke arah gerbang sedangkan Gavin menatap Anindita yang menjauh lalu hilang di balik gerbang tinggi tersebut.
Sebenarnya Gavin hanya ingin memastikan saja apakah gadis itu adalah gadis yang pernah ia temui di OC club atau bukan.
Namun saat melihat reaksi Anindita yang menyangkal sepertinya memang benar bahwa dia adalah gadis badung yang pernah ia temui di OC club.
*
"Assalamualaikum"
"Waalaikumussalam, Nak Anin seharian kemana saja ? Kenapa jam segini baru pulang ? Ibu telpon juga nomornya nggak aktif"
Anindita terkekeh mendengar serentetan pertanyaan dari Bu Yuni.
"Satu-satu bu nanya nya, Anin jadi bingung mau jawab yang mana dulu" kekeh Anindita.
"Dasar kamu tuh" Bu Yuni menepuk pelan bahu Anin.
"Anin tadi niatnya cuman mau beli keperluan harian aja Bu, tapi karena nggak nemu toko di daerah sini Anin pergi ke swalayan terus malah lupa jalan pulang. Hp Anin juga mati Bu, kemarin malam lupa di charger" jawab Anin menjelaskan perlahan pada Bu Yuni.
"Yasudah kalau begitu, untung saja bisa pulang. Kalau enggak pasti Ibu bingung mau nyari dimana" ucap Bu Yuni membuat Anindita tersentuh.
"Iya Bu, alhamdulillah Anin tadi ketemu sama Mas Juna dan temannya jadi Anin bisa pulang" jawab Anin.
"Terus Juna sama Nak Gavin mana ?" tanya Bu Yuni karena tak melihat siapapun lagi setelah Anindita masuk ke dalam rumah.
"Mas Juna ada urusan di Rumah sakit Bu, kalau temennya tadi langsung pulang" jawab Anin.
"Yasudah kalau gitu, kamu mandi dulu abis itu Ibu antar ke kamar Kos kamu" ucap Bu Yuni yang langsung di angguki Anindita.
Setengah jam kemudian Anindita sudah keluar dari kamar tamu yang ada di rumah Bu Yuni.
Bu Yuni segera membawa Anin ke kamar Kos yang ada di belakang melewati pintu ruang dapurnya. Kamar Kos yang di sewakan Bu Yuni itu sebenarnya berada tepat di lantai 2 rumahnya, Bu Yuni sengaja meletakkan tangganya di luar rumah agar mempermudah para Anak Kos untuk keluar masuk tanpa sungkan harus melewatinya atau Juna ketika di rumah.
"Kamu bisa keluar masuk lewat pintu yang ada di samping sana Nak Anin" tunjuk Bu Yuni pada pintu kecil yang ada di samping rumah.
Sampai di lantai atas Bu Yuni menuju kamar yang ada di ujung, di lantai atas itu hanya ada 4 kamar yang saling berhadapan. Ada balkon juga yang mungkin biasa untuk anak-anak Kos bersantai atau berkumpul.
"Nggak usah bingung karena suasana yang sepi Nak Anin, anak-anak biasanya jam 8 baru pada pulang kerja. Oh iya, gerbang di kunci pukul 10 malam ya Nak Anin jadi kalau pulang lebih dari jam itu bisa telpon atau beritahu Ibu dulu" ucap Bu Yuni.
"Iya bu" jawab Anin.
Bu Yuni memperlihatkan kamar mandi dan dapur yang ada di lantai 2 yang di gunakan untuk bersama dengan anak-anak Kos lainnya.
Usai menjelaskan Bu Yuni pamit ke bawah dan meninggalkan Anin agar Anin bisa menata bajunya di almari.
Tidak banyak baju yang di bawa Anindita, hanya beberapa setelan gamis dan baju tidur. Baju-baju lamanya seperti baju berlengan pendek dan juga celana pendek maupun panjang sengaja tidak Anindita bawa dari rumah almarhum orang tuanya.
Dug dug dug dug
Alis Anindita berkerut saat mendengar langkah kaki seseorang yang sedang menaiki tangga.
Ceklek
Anindita berdiri tepat di depan pintu masuk sehingga membuat orang itu terkejut.
"Aaaakkkkkhhhh, ya ampun bikin gue kaget aja sih lo" teriak seorang wanita yang memakai celana pendek dan kemeja putih tipis.
"Maaf Mbak, saya anak kos yang baru. Maaf kalau bikin Mbak terkejut" ucap Anin. "Saya Anin, dan Mbak .. ?" Lanjutnya sembari bertanya dan mengulurkan tangannya.
"Panggil Belinda aja nggak usah pakai Mbak, palingan juga umur kita nggak jauh beda" jawab Belinda dengan gaya khas nya yang sedikit ketus.
Anindita mengangguk lalu masuk ke dalam kamarnya lagi setelah Belinda berlalu masuk ke dalam kamar yang ternyata berhadapan dengan kamarnya.
Sudut bibir Anindita sedikit terangkat saat melihat Belinda tadi, dia merasa seperti bertemu dengan dirinya yang dulu.
"Astaghfirullohaladzim" ucapnya lirih.
Di kota yang baru ini Anindita tak lagi bisa bersikap semaunya, dia tak lagi menjadi pribadi yang ketus dan sombong seperti sebelumnya. Dia harus merubah sikapnya agar menjadi lebih baik lagi.
*
*
Di sisi lain Gavin kembali ke rumah Kakek dan Neneknya setelah mengantar Anindita pulang.
"Akhirnya ketemu juga" ucap Gavin sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
Flashback
OC Club,
Gavin, Dani, dan Bryan sedang berkumpul di ruang VIP OC Club, mereka merayakan ulang tahun Bryan di sana.
Namun siapa sangka mereka di kejutkan dengan kedatangan seorang gadis yang menerobos ruangan mereka.
Brraaakkkkkkk
Gadis itu lekas berlari dan bersembunyi di belakang kursi yang Gavin duduki dan tak lama 2 laki-laki datang dan bertanya apakah ada gadis mabuk yang masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Ad.. " belum sempat Dani meneruskan ucapannya dengan cepat Gavin memotongnya
"Nggak ada, keluar!!" Ucap Gavin dengan nada dingin.
"Tapi gue liat tadi dia masuk ke sini" salah satu laki-laki itu masih menyangkal sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan tersebut.
"Cih" decih Gavin sembari melemparkan gelas ke arah pintu.
Pyaaaaaaaaaarrrr
Bryan yang mengerti jika sahabatnya itu sedang menahan amarah lekas berdiri dan mendorong kedua laki-laki itu keluar.
"Pergilah kawan selagi amarahnya belum meledak, jika sampai amarahnya meledak gue udah nggak bisa jamin kalian bisa keluar hidup-hidup dari sini" ucap Bryan. "Kalian tentu kenal Gavin Bagaskara kan?" Sambungnya sembari menyeringai.
Dua laki-laki itu nampak terkejut mendengar nama Gavin dari mulut Bryan, pebisnis muda yang selalu menyingkirkan siapapun yang menghalangi jalannya.
Gavin terkenal dalam dunia bisnis namun Gavin tidak pernah mau menerima wawancara dari majalah atau stasiun tv manapun sehingga tidak banyak orang yang mengenali wajahnya jika bukan sesama pebisnis.
"Menyusahkan, haaah" ucap Bryan yang kembali masuk ke dalam dan duduk di samping Dani.
"Keluar!" Ucap Gavin pada gadis yang bersembunyi di belakang kursi yang di dudukinya.
"Emmmhhh, emmmhhhh"
Gavin mengerutkan keningnya saat mendengar suara aneh yang dia dengar, di tatapnya Dani dan Bryan yang masih asik menenggak bir.
Gavin berdiri dan melihat ke belakang, gadis itu berjongkok memeluk dirinya sendiri sambil menggigit kuat bibirnya hingga berdarah seperti sedang menahan sesuatu.
"Gue ke atas dulu" ucap Gavin yang langsung menggendong gadis itu dalam pelukannya tanpa menunggu jawaban dari sahabat-sahabatnya.
Dani dan Bryan saling bertukar pandang lalu tersenyum penuh arti karena tak biasanya sahabat mereka itu peduli pada seorang gadis.
Di lantai 3 OC club adalah kantor dan juga ruang pribadi milik Bryan, Gavin meletakkan gadis itu di atas sofa. Mata gadis itu terlihat sayu dan badannya terasa sangat panas, entah apa yang di berikan kedua laki-laki yang mengejar gadis tersebut.
"To-long" lirih gadis itu bersuara.
"Emmmhhhhhh" desis gadis itu lagi membuat Gavin tak tahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments