Sore ini aku sudah di izinkan pulang oleh dokter, meski mertuaku meminta agar rawat inap namun aku bersikeras meminta untuk pulang. Dokter juga mengizinkan karena memang lukaku hanya ringan dan cukup rawat jalan, setelah menjalani ctscan aku di antar pulang oleh mama dan papa.
Sesampainya dirumah mbok Asih yang sudah lebih dulu pulang dengan pak Bagas menyambut kami, sementara ini mama memintaku untuk tidur di kamar tamu karena kondisi kaki ku yang tidak memungkinkan untuk naik turun tangga. Di bantu tongkat kruk siku aku berjalan menuju kamar di dampingi mbok Asih dan mama Bella
"Sayang kamu serius tidak mau menginap di rumah mama saja? kita juga belum tahu kapan Niel pulang"
"Tidak ma, nanti mas Daniel kalau pulang malah harus jemput Rain ke rumah mama. Apalagi dia pasti capek habis perjalanan luar kota"
Saat kami berbincang tiba-tiba suara gaduh terdengar dari ruang tamu, aku dan mama Bella bingung
"Sayang kamu tunggu disini ya, biar mama yang keluar sepertinya papa sedang ribut entah dengan siapa"
"Iya ma"
Sayup-sayup ku dengar suara adu mulut dua orang laki-laki, aku mengira itu pasti mas Daniel. Jangan sampai mama dan papa tahu soal masalah kami, aku memutuskan untuk keluar menghampiri mereka dan benar saja papa dan mas Daniel tengah tersulut emosi
"Sejak kapan papa mendidik kamu untuk lari dari tanggung jawab? "
Aku menghampiri mama yang mencoba melerai keduanya
"Ma ini ada apa? "
"Papa sedang menegur suami kamu"
Adu mulut makin menjadi-jadi bahkan keduanya semakin tersulut emosi papa bahkan menampar putra semata wayangnya tersebut
"Kamu lihat istri kamu, di saat dia celaka di saat dia membutuhkan suaminya kamu malah tidak bisa di hubungi. Suami macam apa kamu ini?"
"Pa, Niel pergi juga karena pekerjaan bukan sekedar jalan-jalan. Papa bisa cek di kantor dan sekretaris Niel kalau masih tidak percaya"
"Pa sudahlah yang terpenting Niel sudah pulang dan Rain ada yang menemani" bujuk mama Bella
"Ra kamu kenapa? " tanya mas Daniel yang membuatku gugup
Mendadak ia berubah menjadi perhatian setelah kejadian tadi pagi
"Aku jatuh dari tangga mas, mungkin karena pusing jadi aku terpeleset dan jatuh"
"Lain kali kalau pusing kamu istirahat di kamar bawah dulu biar tidak membahayakan diri seperti ini" ucap mas Daniel sembari memapahku menuju kamar
Terlihat papa dan mama kembali duduk dengan tenang, aku merasa sedikit nyaman kembali setelah mas Daniel memberikan sedikit perhatian kepadaku.
"Kamu tunggu disini ya, saya antar mama dan papa ke depan dulu"
"Iya mas"
Setelah megantar kedua orang tuanya menuju mobil mas Daniel tak kunjung kembali menghampiriku, mungkin ia mandi dan mengambil kebutuhanku di kamar atas. Namun dua jam sudah berlalu sejak ia mengantarkan ku ke kamar tak kunjung kembali juga, dengan kaki pincang dan di bantu kruk aku berjalan menghampiri mbok Asih yang sedang menutup pintu halaman belakang
"Non, non Rain mau kemana? "
"Mbok lihat mas Daniel tidak? "
"Sepertinya tuan sudah tidur non"
"Tidur?"
"Iya non, setelah mengantarkan nyonya dan tuan besar keluar tuan Niel kembali ke kamar atas dan belum turun lagi"
"Oh ya sudah mbok"
"Mau saya panggilkan non? "
"Tidak usah mbok, nanti malah menggangu istirahatnya. Kalau begitu biar saya kembali ke kamar saja"
"Saya bantu non"
"Makasih mbok"
Setelah di antarkan oleh mbok Asih ke kamar tamu, aku langsung merebahkan diri ke atas ranjang. Ku ambil ponsel dan ku kirim pesan teks pada suamiku
"Selamat malam Mas"
Ku pikir ia sudah tidur, namun pesanku terbaca olehnya tetapi tiada balas. Aku mencoba positif thinking dan lebih memilih untuk tidur melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.00.
Pagi harinya aku keluar dari kamar dan bersiap untuk kerja, mas Daniel entah sudah bangun atau belum namun ponselnya tergeletak di atas meja makan.
"Mbok, mas Daniel dimana? "
"Tuan Niel baru saja berangkat non"
"Mas Daniel sudah berangkat? pagi sekali"
"Iya non, tadi tuan terlihat terburu-buru mungkin ada meeting pagi non"
"Mungkin mbok"
"Non Rain mau di bawakan bekal atau sarapan di rumah? "
"Bekal saja mbok seperti biasa saya makan di mobil"
"Baik, saya siapkan dulu non"
Sembari menunggu mbok Asih menyiapkan bekal, aku menuangkan segelas air dan ku teguk habis. Ponsel di hadapanmu berdering tanda pesan masuk, ku lihat nama pengirimnya dengan tulisan "My Love" sejenak aku berpikir ponsel suamiku mendapati pesan dari siapa? sedangkan aku istrinya masih disini
Pikiranku tentang perempuan itu kembali terlintas, nampak jelas foto mas Daniel dan perempuan itu di layar ponselnya. Aku mau mengambilnya namun tiba-tiba sebuah tangan menyahutnya lebih dulu
"Mas Daniel... "
"Buat apa kamu bukan handphone saya? "
"Enggak mas, tadi ada pesan masuk. Aku kira mas Daniel sudah berangkat tadi"
"Iya, tapi di tengah jalan saya ingat ponsel saya ketinggalan jadi balik lagi"
"Mas soal kemarin.... "
"Aku berangkat dulu ada meeting dadakan"
"Iya mas"
Entah kenapa hatiku kembali sakit melihat foto suamiku dengan perempuan itu sebagai wallpaper ponselnya, aku yang disini adalah istri sahnya tidak pernah mendapatkan perlakuan spesial seperti itu. Apa karena pernikahan kami hanyalah karena rasa kasihan sehingga mas Daniel memperlakukan aku seperti ini, namun semuanya baik-baik saja sebelum akhirnya perempuan itu kembali muncul di kehidupan mas Daniel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments