Di dalam mobil Willy Asisten Daniel terus memandangnya dari kaca, nampak atasannya begitu tenang setelah mengambil keputusan yang di luar pemikirannya tersebut.
"Tuan apakah anda serius dengan keputusan untuk menikah dengan perempuan itu? "
"Kenapa Wil? kamu masih tidak percaya kalau saya akan menikahinya? "
"Bukan begitu tuan, tetapi bagaimana dengan tuan Airlangga dan nyonya Bella? Apa beliau tidak akan menanyakan perihal latar belakang perempuan itu? "
"Itu sudah menjadi tugasmu untuk mencari asal-usul perempuan tersebut"
"Baik tuan, saya lihat wajah perempuan itu sedikit mirip dengan nona Gisela? "
"Akhirnya kamu menyadarinya Will, itu juga menjadi alasan kenapa saya memutuskan untuk menikahinya"
"Pantas saja pandangan tuan ke perempuan itu berbeda sejak kemarin"
Tuan Daniel hanya tersenyum mengetahui Willy menggoda dirinya, tak terasa roda mobil telah memasuki halaman rumahnya. Daniel segera masuk dan menemui kedua orang tuanya yang berada di halaman belakang.
"Niel jam segini kamu sudah pulang" tanya tuan Airlangga
"Iya pa ada dokumen yang tertinggal di ruang kerja"
"Oh ya Niel nanti malam kamu jangan lupa, ada pertemuan dengan putri kolega papa di Sunset resto"
"Mulai sekarang papa dan mama stop mengatur pertemuan-pertemuan seperti itu, lebih baik batalkan saja"
"Niel kamu jangan permalukan papa"
"Papa dan mama ingin Niel cepat menikah bukan? maka dari itu Niel minta papa batalkan pertemuan ini karena besok Niel mau papa dan mama melamarkan perempuan yang akan menjadi istri Niel"
"Siapa Niel? kenapa kamu sebelumnya tidak bercerita pada mama? "
"Nanti mama juga tahu, data tentang perempuan itu akan ada di meja kerja papa sore ini. Kalau begitu Niel pergi dulu ma, pa"
"Niel papa belum selesai bicara"
"Sudahlah pa, syukurlah kalau Niel sudah menemukan tambatan hatinya. Itu tandanya ia sudah move on dari Gisela"
"Anak itu selalu saja bertindak sesukanya, memangnya menikah itu seperti membeli barang di supermarket. Suka lalu tinggal ambil begitu saja"
Nyonya Bella hanya tersenyum melihat tingkah suaminya yang selalu kesal jika kalah beradu argumen dengan putranya.
*
Pagi ini budhe dan mbak Yuyun sudah menyiapkan beberapa hidangan spesial dan juga camilan kecil untuk menyambut kedatangan om Daniel dan juga keluarganya, budhe memintaku untuk tetap di kamar mempersiapkan diri.
Tepat pukul 10.00 mereka datang dengan membawa bingkisan yang tak sedikit itu, hampir ruang tamu penuh dengan kotak kaca berisikan entah apa itu. Bunyi ketukan terdengar dari balik pintu, mbak Yuyun dan budhe sudah berdiri di luar.
"Ndok, kamu yakin dengan keputusan ini? "
tanya budhe sebelum membawaku menemui keluarga om Daniel
Aku mengangguk dengan senyuman, mencoba meyakinkan budhe sekali lagi. Aku tidak ingin budhe terus sedih memikirkan hutang mas Anton dan juga berat untuk melepaskan rumah ini.
"Kalau begitu mari kita menemui mereka"
Aku berjalan menuju ruang tamu di dampingi budhe dan mbak Yuyun, nampak tiga orang asing duduk di ruang tamu rumah ini. Mereka menyambut ku dengan senyuman di wajah masing-masing,
"Jadi ini gadis yang memenangkan hati Niel"
ucapan itu terlontar dari mulut perempuan yang duduk di samping tuan Niel, wajahnya masih begitu muda dan hampir ku kira itu kakaknya.
Aku duduk di samping budhe dan mas Anton
mereka mulai pembicaraan dari basa basi hingga serius, ku kira mereka akan memberikan aku waktu untuk sedikit lebih lama menikmati masa lajang ku. Tetapi aku salah besar, mereka meminta pada keluarga budhe agar pernikahan segera di laksanakan minggu depan. Meski hal itu membuat kami terkejut karena banyak hal yang perlu di persiapkan
"Untuk masalah biaya dan lainnya ibu tidak perlu khawatir, biar pihak kami yang menyiapkan semuanya. Rainarra sekeluarga hanya perlu datang ke tempat resepsi tanpa harus membawa apapun" tutur nyonya Bella
"Tapi apakah itu tidak terlalu merepotkan anda bu Bella? " tanya budhe
"Sama sekali tidak bu Diah, kami justru senang karena sebentar lagi Rainarra akan menjadi menantu kami"
"Kalau begitu kami ikut saja bagaimana baiknya"
Setelah semua selesai menentukan tanggal pernikah dan makan keluarga om Daniel pulang, jantungku yang sedari tadi berdegup kencang dapat sejenak beristirahat.
Mas Anton yang baru masuk rumah langsung berteriak kegirangan
"Wah bukankah ini takdir yang sempurna Ra? kamu bisa menikahi pria kaya raya dan hutang ku juga lunas tanpa harus kehilangan rumah ini" ucapnya tanpa rasa bersalah
Aku hanya diam dan masuk kedalam kamar, tak ku tanggapi ucapan mas Anton barusan. Kalau bukan demi budhe aku tidak akan melakukan semua ini, semata-mata ini semua agar rumah penuh kenangan ini tetap utuh menjadi milik budhe.
Tak lama kemudian suara laki-laki yang tentunya bukan suara mas Anton terdengar dari ruang tamu, aku mengintip dari pintu kamar dan terlihat teman om Daniel sedang mengobrol dengan mas Anton disana. Tak lama budhe menghampiri dan memintaku untuk menemui mereka, aku duduk di samping mas Anton
"Ra, kamu tanda tangan disini. Ini surat perjanjian pernikahan kamu dan Daniel"
"Perjanjian? " tanyaku penuh kebingungan
"Jadi begini mbak Rainarra, karena pernikahan ini serba mendadak dan berdasarkan permintaan tuan Daniel beliau ingin anda menandatangani surat ini sebagai bukti bahwa tidak ada paksaan yang meminta mbak Rainarra menikah dengannya"
Tanpa berfikir panjang aku langsung menandatangani surat tersebut dan berlalu pergi meninggalkan mereka berdua yang masih entah membicarakan apa.
*
Keesokan harinya nyonya Bella sudah berada di ruang tamu, mas Anton memanggilku yang sedang membantu budhe di warung.
"Ra, itu lho calon mertuamu datang"
"Haa??"
"Sudah sana kamu temui dulu, biar aku menggantikan pekerjaan mu"
Aku berjalan ke pintu pembatas rumah dan warung yang langsung tembus ke dapur, ku lihat nyonya Bella duduk menantiku.
"Selamat pagi Rain" ucapnya dengan senyuman begitu melihat ku datang
"Pagi tante"
"Eh kok tante sih, sebentar lagi kamu kan menjadi menantu saya. Panggilannya mama dong"
"Emb iya tan eh maksudnya ma"
"Hari ini kita ke butik untuk fitting gaun pernikahan kamu ya"
"Tapi ma Arra masih berantakan seperti ini, mama tunggu sebentar ya"
"Okey menantu mama"
Akupun bergegas meninggalkan calon ibu mertuaku ini kemudian pergi ke kamar untuk berganti baju, setelah itu selesai izin ke budhe kami pun berangkat menuju butik yang sudah nyonya Bella katakan.
*
Sesampai di butik aku melihat om Daniel sudah berada disana mencoba setelan jas, seperti biasa tubuh gagahnya selalu memancarkan aura berbeda. Meski begitu aku masih tetap saja tidak menaruh perasaan apapun kepadanya
"Niel kamu cocok sekali dengan setelan itu, tapi coba yang lain dulu"
"Ma ini saja ya, Niel ada meeting pagi ini. Jadi Niel lebih awal kemari sebelum mama"
"Niel ini pernikahan kamu, bagaiamana bisa kamu mementingkan pekerjaan dari pada menemani Rain untuk memilih gaun"
"Pilihan mama pasti bagus kok, kalau begitu Niel pergi dulu ya ma"
"Niel.... "
"Sudah ma tidak apa-apa, lagipula mas Daniel pasti sibuk"
"Maaf ya sayang mama jadi tidak enak sama kamu, harusnya ini menjadi hal yang membahagiakan untuk kamu"
"Tidak apa ma, Arra sekarang harus mulai membiasakan diri dengan kesibukan mas Daniel"
Nyonya Bella tersenyum lalu meminta para karyawan butik membawaku ke ruang ganti, setelah mencoba beberapa gaun pilihan mama tepat pada ball gown dengan taburan swarovski di seluruh bagian. Namun aku meminta gaun yang sederhana saja melihat harga yang sangat fantastis itu, meski tidak ada harga di bawah dua digit. Akan tetapi ibu mertuaku ini memang tidak ingin pernikahan putra semata wayangnya itu terlihat sederhana, jadi ia membelikan dua gaun pilihanku dan juga pilihannya.
Setelah lelah kesana kemari membeli gaun, sepatu , dan perlengkapan lainnya akhirnya nyonya Bella mengantarkan aku pulang. Tak lupa sebuah totebag berisikan aroma terapi ia berikan padaku, katanya agar membuatku lebih relaks ketika tidur.
...Daniel Reviano Airlangga...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments