Hari ini aku pulang lebih awal, karena memang pekerjaan sudah selesai dan kebetulan tuan Nathan mengizinkan aku untuk pulang. Sesampainya di rumah aku melihat mobil mama terparkir di halaman, saat aku masuk mama sudah berada di tepi kolam renang bersama mbok Asih
"Mama... "
"Hey Rain, kamu dari mana saja? "
"Maaf ya ma, Rain belum sempat cerita kalau Rain sudah mulai kerja dari sebulan yang lalu"
"Kalian ini ya, mentang-mentang pengantin baru jadi jarang main ke tempat mama"
"Maaf ya ma, sekali lagi Rain benar-benar minta maaf. Rain dan mas Daniel sedang sama-sama sibuknya akhir-akhir ini"
"Its okey sayang, oh ya kamu kerja dimana sekarang? "
"Di perusahaan export import ma"
"Kenapa gak gabung di perusahaan keluarga saja, jadi kamu bisa berangkat dan pulang bareng Niel"
"Mungkin rezeki Rain di tempat lain ma"
"Kamu jangan terlalu capek dan suami kamu itu di beri tahu rajin-rajin main sama istrinya"
"Main? main apa ma? "
"Main begituan"
"Begituan? maksud mama begituan apa sih? Rain benar-benar tidak paham"
"Hubungan suami istri sayang"
"Astaga mama, Rain jadi malu"
"Mama sama papa kan sudah pengen nimang cucu, cuma kalian harapan kami satu-satunya"
"Mungkin yang di atas belum memberikannya ma, nanti kalau sudah waktunya pasti akan datang"
"Pokoknya kalian harus sering-sering liburan, lagian kemarin kalian tidak honeymoon. Nanti minggu depan mama aturkan jadwal untuk kalian berlibur biar Niel juga bisa refresh pikiran sejenak"
"Iya ma, makasih ya ma"
"Sama-sama menantu kesayangan mama, oh ya tadi mama bawa sesuatu buat kamu"
"Apa ma? "
Mama Bella memberikanku tottebag berwarna hijau muda, di dalamnya terdapat lingerie seksi berenda merah
"Ma ini.... "
"Iya, kamu pakai nanti malam supaya Niel makin lengket sama kamu"
"Tapi ma, Rain malu"
"Sudah ikutin saja"
Aku hanya tersenyum kecil melihat tingkah mama mertuaku ini, meski dia bukan ibu kandungku namun kasih sayangnya melebihi seorang ibu. Meski aku tak tahu bagaimana sikap ibu kandungku dulu, sejak ayah berpisah ibu lebih memilih membawa kakakku sedangkan ia meninggalkan aku dan ayah yang jatuh bangkrut.
Setelah mama pulang aku langsung membersihkan diri, berendam di bath up penuh dengan aroma bunga mawar. Ku nyalakan lilin aroma terapi di atas meja rias, sembari menunggu mas Daniel pulang aku mengecek ponsel dan mengirim pesan singkat padanya
"Mas aku tunggu kepulangan mu"
Aku mencoba lingerie yang mama berikan tadi, nampak warna merah cocok pada tubuhku yang nampak cerah. Seperti kelopak mawar yang siap untuk di petik, aku balutkan piyama kimono lalu turun ke bawah untuk menyiapkan makan malam. Mbok Asih nampak tersenyum melihatku yang begitu antusias menyambut kepulangan sang suami, sembari menunggu mas Daniel pulang aku menonton acara televisi. Namun karena merasa kesepian aku meminta mbok Asih untuk menemani, jarum jam terus berputar tak terasa sudah menunjukkan pukul 21.00. Mbok Asih melihat kecemasan di wajahku
"Non sepertinya tuan lembur malam ini, apa perlu saya simpan makanannya"
"Iya mbok tolong ya, nanti kalau mas Daniel pulang biar aku panaskan lagi"
"Baik Non"
Aku masih menunggu suamiku, sesekali ku hampiri pintu utama namun tidak ada tanda-tanda mas Daniel pulang.
"Non sayurnya sudah saya simpan semua, saya pamit untuk masuk kamar"
"Baik mbok terimakasih"
"Sama-sama Non, Non Rain tidak mau menunggu di kamar saja? "
"Iya nanti kalau mas Daniel tak kunjung pulang saya ke atas mbok"
"Biasanya tuan tidak pernah lembur di kantor, tapi ini tumben sekali"
"Mungkin saking banyak pekerjaannya mbok"
"Iya kali Non, ya sudah mbok masuk dulu Non"
"Iya mbok"
Hampir lima belas menit aku menunggu mas Daniel di teras rumah, bahkan security dan pak Bagas bergantian memintaku untuk menunggu didalam. Karena semakin malam udara semakin dingin aku memutuskan untuk kembali ke kamar, jam di atas nakas sudah menunjukkan pukul 23.00 namun masih tidak ada tanda-tanda mas Daniel. Aku masih tetap menunggunya sembari membaringkan tubuh di atas ranjang hingga tak tersadar kapan aku tertidur.
*
Keesokan paginya aku terbangun namun masih tidak ada mas Daniel di sampingku, mungkin ia sudah bangun lebih dulu. Segera aku pergi ke kamar mandi namun nampaknya tidak ada bekas seperti orang selesai mandi, aku berpikir mungkin dia di kamar tamu. Aku bergegas turun menghampirinya namun nihil, ia juga tidak berada di sana, mbok Asih yang sudah berada di dapur melihat diriku seperti orang kebingungan
"Non, tuan belum pulang juga? "
"Sepertinya belum mbok, di kamar tidak ada di kamar tamu juga tidak ada"
"Apa tuan tidak memberi kabar kalau lembur?"
"Tidak mbok"
"Tumben sekali tuan Niel begini, biasanya kalau kerjaan banyak tuan selalu mengerjakan di rumah"
Saat aku dan mbok Asih berbincang tiba-tiba mas Daniel muncul dari pintu depan, dengan pakaian sedikit lusuh dan sepertinya terlihat begitu lelah. Aku segera menghampirinya
"Mas, baru pulang? "
"Iya"
"Kamu semalam lembur di kantor? "
"Haa lembur?? oh iya saya lembur semalaman"
"Kenapa tidak mengabari kalau kamu lembur mas? aku khawatir, aku kira kamu kenapa napa"
"Namanya juga lembur pasti sibuk dan tidak sempat pegang HP"
"Ya sudah kalau begitu kamu mandi mas, aku siapkan sarapan"
"Nggak usah, saya capek saya mau tidur saja"
"Tapi kamu pasti belum mandi sedari kemarin mas"
"Bisa tidak kamu diam tidak usah banyak tanya ini dan itu, saya itu capek mau istirahat. Kamu urus saja urusan kamu sendiri"
Aku seperti tak percaya mas Daniel berkata sekeras ini padaku, meski perkataannya terdengar biasa namun ia meninggikan nada bicaranya barusan. Mbok Asih yang mendengar perdebatan kami barusan langsung kembali dengan kesibukannya berpura-pura tidak mendengar apa-apa., karena jam sudah menunjukkan pukul 07.00 aku segera kembali ke kamar dan bersiap untuk ke kantor. Mas Daniel sudah terlelap di atas ranjang saat aku masuk, ia pasti kecapean hingga sekedar melepas sepatu saja ia tidak sempat.
Setelah selesai bersiap dan membantu mas Daniel melepas sepatu dan dasinya aku langsung berangkat, seperti biasa pak Bagas mengantarku sampai depan gerbang. Baru berjalan selangkah tiba-tiba sebuah pesan dari tuan Nathan masuk
"Kamu keruangan saya sekarang"
Aku segera berjalan secepat mungkin dan menemuinya, masih sisa lima menit aku menyempatkan diri untuk absen lalu menghadap ke atasanku yang super dingin itu..
"Selamat pagi tuan Nathan"
"Duduk"
"Ada apa tuan memanggil saya? "
"Saya ingin kamu menyiapkan dokumen atas nama tuan Lee dan tuan Dirga"
"Tuan Dirga yang kemarin kita menemuinya di puncak tuan? "
"Hmm"
"Baik tuan, ada lagi yang perlu saya kerjakan?"
"Cukup"
"Baik tuan kalau begitu saya permisi"
Saat aku akan keluar dari ruangannya tiba-tiba tuan Nathan kembali mengucapkan kata-kata yang membuatku sedikit bingung
"Hebat juga ya sekretaris setiap hari antar jemput pakai mercy S580"
"Maaf, tuan berbicara dengan saya? "
"Siapa lagi sekretaris di perusahaan ini yang punya sopir pribadi dan mobil semahal itu? Saya heran sebenarnya kamu kerja untuk apa? Di bilang untuk dapat uang juga sepertinya tidak mungkin, karena kamu punya mobil semahal mercy dan sopir pribadi, kalau sekedar bosan kenapa tidak liburan saja? "
"Saya benar-benar tidak paham maksud perkataan tuan Nathan barusan, apakah yang tuan maksud saya? "
"Sebenarnya kamu ini siapa Arra? "
"Saya karyawan anda tuan"
"Okey silahkan kamu keluar"
Aku keluar dari ruangan yang setiap masuk ke sana rasanya seperti sedang uji nyali, benar-benar menakutkan ketika berbicara dengan atasan yang super cuek bahkan tidak pernah memperhatikan karyawannya namun bagaimana bisa dia tahu kalau setiap hari aku di antar jemput oleh pak Bagas. Setiap turun aku minta hanya sampai gerbang yang kalau di lihat dari lobby tidak akan jelas, dan waktu menjemput aku juga meminta pak Bagas menunggu di cafe yang berjarak lima puluh meter dari kantor.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments