Hingga pukul 23.00 mas Daniel masih belum pulang, aku berniat untuk meminta izin kalau besok aku akan ke puncak, aku memutuskan untuk menelfon nya dan bertanya kapan ia akan pulang namun lima panggilan tidak ada jawaban sekalipun. Terakhir ponselnya malah di matikan, setidaknya aku sudah mengirimkan pesan singkat padanya.
Bangun dari tidur aku masih tidak mendapati suamiku di dalam kamar, apa semalam mas Daniel tidak pulang lagi? Pikiranku semakin curiga apakah mas Daniel benar bekerja di akhir pekan seperti ini tanpa memberi kabar padaku, aku cek ponsel namun pesan yang ku kirim semalam saja masih hanya centang satu. Aku mencoba membuang jauh-jauh pikiran jelek ku dan memilih mandi untuk menjernihkan otak, setelah selesai aku turun ke bawah dan melihat mbok Asih yang baru saja pulang dari pasar.
"Mbok hari ini tidak usah masak ya"
"Loh kenapa non? "
"Hari ini saya akan keluar kota ada kerjaan, saya juga belum tahu kapan mas Daniel pulang. Mbok Asih masak buat diri sendiri dan yang lainnya saja, oh ya mbok untuk uang dapur apakah masih ada? "
"Masih ada beberapa non, nanti kalau habis biar saya bicara ke tuan"
"Tidak usah mbok, ini saya beri untuk dua minggu kedepan nanti setelah gajian saya akan berikan untuk satu bulan full"
"Non, Non Rain tidak perlu melakukan ini. Ini sudah tugas tuan Daniel"
"Tidak apa mbok, mungkin suami saya lupa. Kan akhir-akhir ini dia sangat sibuk"
"Baik Non"
"Oh ya mbok, nanti kalau mas Daniel atau mama nyari saya bilang saja saya ke puncak ada meeting sama atasan disana. Mungkin saya akan pulang besok, soalnya saya sudah coba kirim pesan ke mas Daniel belum ada jawaban mungkin ponselnya kehabisan batrei"
"Baik Non"
Aku kembali lagi ke kamar dan menyiapkan beberapa keperluan untuk nanti, aku hanya membawa satu pasang baju untuk dinner nanti malam dan satu baju ganti. Setelah semuanya selesai aku letakkan koper di sudut pintu kamar, aku menghela nafas dan duduk di balkon. Masih belum ada juga tanda-tanda mas Daniel pulang, tak selang berapa lama ponselku bergetar sebuah pesan dari suamiku
"Aku ada pekerjaan di luar kota selama beberapa hari, mungkin ponselku akan sering sulit di hubungi karena disini susah sinyal"
Aku lega karena mas Daniel ternyata memang sedang bekerja, aku mengatakan lagi kalau hari ini akan ada kerjaan di luar namun belum sempat dibalasnya centang satu kembali terpampang di layar ponselku. Ah yang benar saja sinyal bahkan tidak mendukung rasa rinduku pada mas Daniel, meski pernikahan kami serba mendadak tanpa saling mengenal satu sama lain tetapi Benih-benih cinta sudah mulai tumbuh sejak kami menikah.
Tepat pukul 16.00 pak Dika menjemputku, setelah berpamitan pada mbok Asih mobil segera melaju. Di tengah perjalanan kami berhenti di sebuah butik, pak Dika memintaku mengikutinya masuk kedalam. Dua pelayan menyambut ku dan membawaku ke ruang ganti,
Gaun hitam dengan lengan terbuka telah disiapkan untukku, saat ku kenakan nampak anggun,seorang penata make up membawakan ku sebuah lipstik merah merona, ia memintaku agar mengganti lipstik yang ku kenakan sekarang dengan itu. Meski aku jarang sekali berdandan mencolok tetapi sepertinya lipstik ku memang tidak cocok dengan gaun dan sepatu yang barusan ku kenakan.
Setelah selesai merubah penampilan aku keluar dan menemui pak Dika yang tengah mengobrol dengan resepsionis di kasir, setelah semua beres kami segera kembali melanjutkan perjalanan.
"Maaf Pak Dika, ini bukannya jalan menuju kantor? "
"Benar mbak Arra, kita akan ke kantor lebih dulu"
"Oh begitu ya"
Aku bingung kenapa harus ke kantor dahulu, apa tidak memakan waktu lebih lama untuk sampai ke puncak nanti? Tak berselang lama kami sampai di kantor, disana hanya ada security dan beberapa staf kebersihan. Mengingat hari ini akhir pekan para karyawan tidak ada yang bekerja maupun lembur, pak Dika menekan tombol lift menuju rooftop. Aku semakin kebingungan hingga akhirnya pandanganku teralihkan pada tuan Nathan yang berdiri di samping sebuah helikopter yang sudah terpampang di atas sini, dengan setelan tuxedo berwarna senada dengan gaun yang ku kenakan sekarang.
Setelah pak Dika memintaku masuk ke dalam heli dan mengenakan alat pelindung telinga, mesin capung terbang itu segera di nyalakan dan pergi menuju puncak. Ini pertama kalinya bagiku naik heli,bahkan dalam mimpi pun aku tidak pernah menyangka bisa menaiki kendaraan yang dulu membuatku selalu bertanya-tanya betapa banyak uang mereka yang bisa menaiki kendaraan ini.
Di dalam heli aku hanya sibuk mengarahkan pandanganku kesana kemari, meski kabut sedikit menutupi penglihatan karena kami sudah memasuki area puncak namun keindahan dari atas sini sungguh membuatku takjub. Beberapa saat kemudian kami mendarat di halaman depan vila tuan Dirga, bodyguard dan tuan rumah menyambut kedatangan kami.
Setelah berbasa basi kami menuju meja makan, berbagai hidangan telah tersaji dk atasnya. Para pelayan datang memberikan service yang baik pada tamu tuan Dirga, kami bertiga menyantap makanan dengan tenang. Setelah selesai tuan Dirga dan juga tuan Nathan berbincang di gazebo dekat kolam, sementara aku memilih duduk di ayunan tak jauh dari mereka berada.
"Sekretaris kamu kali ini cukup bertahan lama" tanya tuan Dirga pada Nathan
"Saya harap ia betah dan tidak seperti sekretaris saya yang sebelum-sebelumnya"
"Semoga saja begitu, saya bahkan iri melihat anda bisa berganti-ganti sekretaris, mana cantik pula"
"Tuan Dirga bisa saja"
"Oh ya Nathan, saya sangat berterimakasih karena kerja sama kita sampai sekarang masih berjalan dengan baik"
"Sama-sama tuan Dirga"
"Oh ya jika anda mau beristirahat biar pelayan saya mengantarkan anda ke kamar"
"Baik tuan Dirga"
"Ajak pula sekretaris Anda"
Atasan ku itu nampak berjalan menghampiriku yang masih menikmati angin yang cukup dingin, ia memandang diriku dari kejauhan. Aku bangkit dari ayunan dan segera menghampirinya mana kala ia membutuhkan ku
"Ada yang bisa saya bantu tuan? "
"Sudah malam, kita masuk ke kamar"
"Kita? "
"Iya kita"
"Kita tidak langsung pulang tuan? "
"Mana bisa? kamu tahu sendiri semakin gelap kabut semakin tebal disini, kamu mau kita celaka? "
"Lalu kita akan menginap disini"
"Iya"
"Satu kamar? "
"Kalau kamu maunya begitu saya tidak keberatan"
"Saya serius tuan"
"Saya pun"
"Lebih baik saya tidur di sofa ruang tamu saja"
"Terserah" ucap atasan ku yang super dingin itu lalu pergi begitu saja
Memang menyebalkan manusia satu ini, aku segera masuk kedalam dan duduk di sofa. Beberapa saat tuan Dirga menghampiriku
"Nona Arra tidak bisa tidur? "
"Maaf tuan Dirga, saya masih ingin menikmati suasana tenang ini"
"Pemandangan dari kamar Anda juga tidak kalah bagus untuk di nikmati"
"Sepertinya begitu tuan, tetapi di kamar ada tuan Nathan"
"Bukankah Nathan ada di kamar sebelah kiri, sementara kamar Nona Arra ada di sampingnya"
"Jadi bukan satu kamar tuan? "
"Tentu saja tidak, mana berani saya mengganggu privasi tamu yang sudah jauh-jauh datang kemari"
"Baiklah terimakasih atas kemurahan hati tuan Dirga, saya pamit masuk ke kamar"
"Sama-sama nona Arra"
Aku berjalan menaiki tangga sembari bergumam dalam hati, dasar atasan ku satu ini memang menyebalkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments