Tepat pukul 16.00 penata rias dan desainer fashion suruhan mas Daniel sudah tiba, setelah selesai mandi mereka langsung membantuku bersiap. Saat mas Daniel pulang dan selesai bersiap di kamar tamu akupun turun menemuinya, balutan dress merah dengan punggung terbuka membuat mas Daniel tak memalingkan pandangannya dariku. Terlebih lagi rambutku yang sengaja di cepol ke atas membuat area sekitar bahu terlihat jelas, aku ingin tertawa melihat mas Daniel yang diam seribu bahasa saat penata rias ingin berpamitan padanya
"Mas... mas Daniel" panggil ku yang sudah berdiri di hadapannya
"Embb iya Gi" ucapnya terkejut
"Gi??? Gi siapa mas? " tanyaku bingung
"Emb maksud saya Rain, ada apa? "
"Oh, aku sudah siap. Kita mau berangkat jam berapa? "
"Sekarang"
Aku dan mas Daniel segera pergi menuju hotel tempat di adakan pesta itu, dengan sopir pribadi yang sering menemaninya setiap hari.
*
Sesampainya di ballroom semua orang memandang kami dengan senyuman, beberapa berbasa-basi menanyakan kesibukan ku. Setelah sibuk mengobrol dengan para teman bisnis mas Daniel kami di minta untuk fokus pada acara yang sebetar lagi akan di mulai,setelah lelah mengikuti runtutan acara mas Daniel mengajakku pulang.
Di dalam mobil aku memberanikan diri untuk berbicara pada suamiku,meminta izin padanya untuk bekerja.
"Mas.... "
"Ada apa Rain? "
"Ada yang mau aku bicarakan"
"Katakan saja"
"Aku mau kerja mas, boleh kan? "
Sesaat mas Daniel terdiam tanpa ekspresi apapun, lalu ia menatapku dan tersenyum
"Kamu mau kerja dimana? "
"Belum tahu mas, tadi aku coba apply CV ke beberapa perusahaan. Semoga saja salah satunya ada yang keterima"
"Kamu yakin mau bekerja? "
"Yakin mas, aku ingin ada kegiatan lain. Lagipula seharian dirumah seorang diri lama kelamaan membuatku bosan"
"Tapi kalau kamu kerja nanti terus kewajiban kamu sebagai istri bagaimana!? "
"Maaf mas sebelumnya, bukankah sebelum ini segala sesuatu pekerjaan rumah mbok Asih yang handel. Bahkan aku sekedar membantu saja dilarang, lalu aku hanya duduk seharian di kamar yang membuat tubuhku justru terasa capek"
"Baiklah kalau kamu mau bekerja, saya izinkan. Tetapi kamu tidak boleh lupa kewajiban kamu terhadap suami"
"Maksud mas Daniel? "
"Kewajiban malam kamu" ucap suamiku sembari tersenyum genit
Aku sedikit paham mungkin memang perkataan mas Daniel barusan menjurus ke arah sana
"Bukankah mas Daniel selama ini nyaman tidur di kamar tamu, lagian sudah ada guling yang menemani"
"Oh jadi aku di suruh tidur di kamar tamu terus, gak boleh gitu tidur sama istri sendiri? "
Aku tersenyum kecil melihat wajah mas Daniel yang seperti anak kecil ngambek karena tidak di beri permen
"Habisnya mas Daniel terlalu nyaman tidur di kamar tamu"
"Baiklah mulai malam ini aku akan tidur di atas, tapi jangan salahkan aku ya kalau tengah malam aku bangunkan karena harus memenuhi permintaan suami"
"Idih mas Daniel apaan sih, malu tahu di dengar pak Agus"
Pak Agus yang merupakan sopir mas Daniel sejak lama hanya memberikan senyum kecil
"Gak usah khawatir, pak Agus kalau saya minta untuk fokus ke jalan ia bakal fokus jadi nggak masalah misal saya mau cium kamu sekarang"
"Mas apaan sih.... "
Tak terasa mobil sudah memasuki halaman rumah, pak Agus keluar lebih dulu karena ia menyadari atasannya pasti akan lebih lama menghabiskan waktu di dalam mobil. Aku dan mas Daniel masih saling bercumbu di kursi belakang tanpa menghiraukan keadaan sekitar, hingga beberapa saat aku mendorongnya agak menjauh karena tersadar ternyata mobil sudah berhenti.
Tanpa basa basi mas Daniel langsung menggendong ku yang baru saja turun dari mobil dan langsung membawanya ke kamar atas, mbok Asih yang membukakan pintu untuk kami hanya menggelengkan kepala dan tersenyum.
Mas Daniel membaringkan ku ke atas ranjang,kami kembali bercumbu dengan liarnya. Satu persatu barang yang ku kenakan ia lu cuti begitu mudah, nafas kami saling beradu. Kini suara sepasang kekasih yang sedang memadu cinta telah menggema di seluruh sudut kamar, aku meremas rambut suamiku itu. Bibirnya dengan liar menjelajah di area leher ini sehingga membuatku tak tahan di buatnya, hampir satu jam dan akhirnya aku meremas bahunya sekeras mungkin.
Mas Daniel menyenderkan kepalanya di atas dadaku,ku elus pelan rambutnya yang baru saja ia pangkas. Sesekali ia melirik ke arahku dan mencium tanganku yang sedari tadi berada dalam genggamannya
"Mas.... "
"Iya"
"Apakah kamu melakukan ini semua karena sebuah keinginan? "
"Maksud kamu? "
"Ya karena aku istri kamu dan kamu suamiku, jadi sudah sewajarnya saja kita melakukan ini dan bukan karena cinta"
"Memangnya kamu bisa melakukan hal seperti ini tanpa perasaan? "
"Kan memang sudah kewajibanku sebagai istri harus melayani suami"
"Jadi karena terpaksa? "
"Bu bukan begitu maksud aku mas"
"Lalu? "
"Ya aku bingung saja, tadinya aku mengira rumah tangga kita akan kaku dan masa bodoh karena pernikahan kita bukan di landasi atas rasa saling suka ataupun cinta"
"Kata siapa? saya suka kok dan saya cinta sama kamu"
"Mas, aku serius"
"Saya juga serius Rain"
Mas Daniel mengubah posisinya menjadi bersandar di ranjang dan memintaku untuk tidur di pelukannya
"Dengar ya, jauh sebelum kita bertemu saya sudah lebih dulu memantau kegiatan kamu. Saya ingin mendekati kamu tapi saya bingung harus dengan cara apa, sedangkan saya tahu kamu orang yang sangat tertutup. Dan karena kejadian kakakmu itu saya jadi punya kesempatan untuk mendekati kamu"
"Jadi kamu menolong keluargaku karena ingin mendekati aku saja? "
"Ya bukan begitu juga, intinya saya sudah suka sama kamu jauh sebelum kita bertemu. Saya memperhatikan kamu dari jauh dan akhirnya semua ini terjadi, mungkin saja kamu sendiri yang bahkan melakukan ini hanya karena sebatas kewajiban"
"Jujur menang iya mas, aku melakukan ini karena dasar kewajiban ku sebagai istri. Bahkan sampai sekarang aku belum bisa cinta sama kamu meski rasa suka sudah mulai tumbuh. Terima kasih mas, sudah menjadi suami, kakak, bahkan ayah yang selalu menjaga dan setia di sampingku"
"Kamu tenang saja perlahan saya akan membuat kamu jatuh cinta, dan saat itu terjadi aku ingin kamu tidak akan pernah meninggalkan ku baik saat aku susah maupun senang kamu harus tetap ada di sampingku"
Aku mengangguk dan tersenyum mendengar ucapan suamiku barusan, aku tak menyangka di balik sikap dinginnya ia menyimpan perasaan untukku. Sekarang tinggal aku saja yang harus belajar supaya bisa jatuh cinta kepadanya dan menjadi istri yang baik untuknya, aku yakin ini semua terjadi bukan hanya karena takdir tetapi juga karena sang Pencipta memberikan aku sosok lelaki yang seperti ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments