AIR MATA RAINARRA
Siang ini warteg kecil di pinggir kota itu nampak ramai,tempat tinggal sekaligus mata pencaharian budhe Diah. Seperti biasa para pekerja kantoran maupun anak muda menghabiskan waktu makan siangnya untuk menikmati masakan budhe Diah yang sudah tak asing di telinga orang-orang.
Aku yang sibuk kesana kemari melayani pelanggan sedangkan budhe Diah sibuk menyiapkan hidangan untuk mereka, tiba-tiba dua orang laki-laki berbadan besar dan sangar masuk ke dalam warteg. Dengan raut wajah sedikit ketakutan aku menghampiri mereka berniat menanyakan pesanan, namun salah satu dari laki-laki itu justru menggebrak meja dan membuat semua orang yang disana terkejut
"Heh kamu tahu tujuan kami kesini bukan untuk makan melainkan mau menagih hutang Anton yang sudah terlewat tanggal" ucap pria berjambang sangar itu
Tanpa menjawab akupun langsung menghampiri bj Diah yang masih berdiri di belakang etalase
"Budhe di depan ada dua orang mencari mas Anton" ucapku dengan ekspresi panik
"Siapa ndok?" tanya budhe Diah yang penasaran karena selama ini Anton anak satu-satunya itu tidak pernah terlihat bergaul dengan siapapun
"Arra juga tidak tahu budhe, mereka bilang katanya ingin menagih hutang pada mas Anton"
Masih dengan wajah penasaran budhe melangkah keluar dan menemui mereka
"Maaf mas-mas ini cari siapa ya? "
"Mana Anton? kurang ajar sekali dia cuma bisa janji-janji saja"
"Untuk apa mas-mas ini mencari anak saya? "
"oh jadi si Anton itu anak kamu? dia berhutang pada bos kami, dia juga janji akan melunasinya tetapi sudah seminggu ini kami tidak melihat batang hidung manusia tengik itu"
"Apa? Anton punya hutang? "
"Benar dia menjaminkan rumahnya jika tidak sanggup melunasi"
"Itu tidak mungkin, anak saya selama ini bekerja bahkan tidak pernah bergaul dengan lintah darat manapun"
"Jika anda tidak percaya silahkan lihat ini" Laki-laki itu menyerahkan selembar kertas yang berisi surat perjanjian hutang mas Anton dan bos mereka
Budhe mendadak lemas, aku buru-buru menarik kursi dan memintanya duduk. Aku melihat angka fantastis di atas kertas itu, aku tidak menyangka mas Anton yang terkenal pendiam itu berani meminjam uang pada lintah darat.
"maaf sebaiknya mas-mas ini pergi dulu, bukan maksud mengusir tetapi kami juga tidak tahu menahu soal hutang mas Anton. Biar nanti kami beri tahu pada mas Anton ketika pulang" jawabku mencoba meredam amarah mereka
"Sampaikan pada Anton jika besok dia belum juga melunasinya maka kami akan menyita rumah ini" ucap mereka sebelum pergi
Aku ke belakang mengambilkan segelas air putih untuk budhe, sementara mbak Yayuk karyawan budhe yang membantu cuci piring ku minta untuk melayani para pembeli terlebih dahulu.
"Budhe ini di minum dulu" ucapku seraya memberikan segelas air putih
Setelah meneguknya budhe berdiri dan memintaku untuk menutup warung lebih awal, aku hanya mengangguk mengikuti perintahnya. Sebelum jam 17.00 warteg budhe sudah ku tutup, setelah mbak Yayuk berpamitan untuk pulang aku pergi menemui budhe di kamar sembari membawakan nampan berisi nasi. Sedari tadi siang budhe sama sekali belum makan karena warung yang ramai apalagi di tambah masalah para penagih hutang itu.
"Budhe makan ya ini Arra bawakan nasi dan sayur soto kesukaan budhe"
"Tidak ndok budhe tidak nafsu makan, budhe hanya tidak habis pikir kenapa kakakmu bisa memiliki hutang pada lintah darat seperti mereka" ucap budhe Diah lirih
"Budhe yang sabar ya, mungkin mas Anton punya alasan sendiri"
Tak lama setelah itu ada suara pintu terbuka ku lihat dari depan pintu kamar budhe mas Anton baru saja pulang dari tempat kerjanya yang gak jelas itu.
"Anton sudah pulang ndok? " tanya budhe yang sudah berdiri dari pembaringannya
Aku menangguk sembari menggandeng tangan budhe yang masih sedikit lemas itu, mas Anton yang melihat kami berdua langsung menghampiri
"Bu ibu kenapa? sepertinya terlihat kurang sehat"
"Ibu mau tanya sama kamu Anton"
"Soal apa bu? "
"Apa benar kamu menggadaikan rumah ini pada lintah darat? "
Mata mas Anton membelalak bercampur dengan raut wajah yang ketakutan
"Ibu ngomong apasih? mana mungkin Anton berani menggadaikan rumah peninggalan almarhum bapak"
"Lalu ini apa? " ucap budhe sambil menunjukkan kertas salinan perjanjian hutang
"I ibu dapat dari mana? "
"Tidak usah banyak tanya, jawab ibu!! buat apa uang sebanyak itu Ton? "
"Ma maafkan Anton bu, Anton tergiur dengan penawaran usaha dari teman tempat Anton bekerja. Ia meminta Anton berinvestasi pada perusahaan milik pamannya yang ternyata semua itu hanyalah kebohongan, ia juga menipu beberapa karyawan lain kemudian menghilang begitu saja"
"Mas, mas bagaimana sih kenapa bisa begitu ceroboh? kenapa tidak minta pendapat ibu terlebih dahulu" ucapku sembari mengelus pundak budhe yang sedang menahan amarahnya
"Untuk apa? pasti ibu tidak akan mengizinkannya apalagi sekarang pengeluaran bertambah sejak kamu tinggal disini. Aku juga ingin berpenghasilan besar seperti teman-temanku, aku bosan tinggal di gubug ini"
"Astagfirullah Anton, ini harta satu-satunya peninggalan bapak kamu. Maafkan ibu jika selama ini belum bisa memberikan kamu tempat tinggal yang nyaman dan mewah"
"Salah ibu sendiri memungut Arra yang hanya menghabiskan uang untuk biaya sekolahnya itu. Coba saja jika kita tidak menampung dia pasti rumah ini sudah berubah menjadi rumah mewah dan juga ibu bisa berangkat umroh secepatnya"
Plaakkkkk...
sebuah tamparan mendarat di pipi mas Anton
"Benar-benar anak tidak tahu untung kamu, selama ini kurang apa bapak sama ibu ke kamu? masih saja menyalahkan orang lain. Semua ini karena diri kamu sendiri yang selalu tidak jelas pekerjaannya, mana hasil kerja kamu selama ini? Ibu perhatikan bukannya menghasilkan tetapi diam-diam kamu malah menggadaikan rumah ini" ucap budhe yang sudah memuncak emosinya
"Sudah budhe sudah, jangan sampai tekanan darah budhe naik lagi. Mas maafkan Arra jika selama ini menjadi penghalang kesuksesan mas Anton dan kesejahteraan budhe" ucapku merasa bersalah
"Nggak ndok, semua ini bukan salah kamu. Memang Anton saja yang selama ini terlalu di manjakan sehingga budhe lalai dan mengikuti semua kemauannya"
"Bu jangan terus terusan membela dia, mau sampai kapan dia numpang terus sama kita? kamu juga Arra, cari kerjaan gitu biar bisa bantu aku menebus rumah ini"
"Anton, semua ini salah kamu! kenapa justru Arra yang kamu salahkan. Harusnya kamu berterima kasih kalau tidak ada Arra siapa yang mau bantu ibu mengurus warung? Tempat ini sumber kehidupan kita satu-satunya tetapi sekarang terancam tutup karena ulah kamu"
"Budhe, sekali lagi Arra minta maaf. Arra akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari kerja dan membantu mas Anton menebus rumah ini"
"Nah gitu dong, kenapa gak dari dulu sih mikir seperti ini? " ucap mas Anton yang lalu pergi meninggalkan kami
"Ndok maafkan budhe ya, gara-gara Mas mu itu kamu jadi harus ikut menanggung bebannya"
"Budhe, sama sekali ini bukan beban buat Arra. Arra juga sadar selama ini keluarga budhe sudah sangat membantu Arra semenjak ayah meninggal dan mama juga memilih laki-laki itu. Kini saatnya Arra membalas kebaikan keluarga ini meski mau sampai kapanpun itu tidak akan cukup"
Budhe Diah tersenyum dan memeluk tubuhku, kami saat ini benar-benar bingung bagaimana caranya mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu sehari.
...Rainarra Joscelyn...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Shanti Siti Nurhayati Nurhayati
nyimak
2024-02-10
0
Mom Dee 🥰 IG : damayanti6902
vote untukmu thor ... teruslah berkarya 😊
2024-01-13
2