Sesampainya di depan pintu seorang laki-laki berbadan kekar menyambut kedatangan ku, ku fikir dia adalah tuan Nathan namun ternyata ia hanyalah ajudannya. Semakin penasaran saja pada atasan ku ini, aku di minta menunggu sedangkan ajudan itu kembali menuju lantai atas. Sekeliling ruang tamu ku perhatikan tak banyak furniture, hanya sepasang sofa dan set meja bir serta rak berisi minuman anggur.
Seorang laki-laki bertubuh kekar dengan kemeja putih menuruni anak tangga, lain tipis itu nampaknya tidak pandai menyembunyikan lekuk tubuh pemakainya. Aku berdiri menyambut kedatangan atasan ku tersebut
"Rainarra?"
"Iya tuan"
"Silahkan duduk"
"Terimakasih tuan"
"Vero sudah jelaskan job desc kamu sebagai sekretaris pribadi saya? "
"Sudah tuan"
"Okey"
"Tuan, ini ada beberapa dokumen yang harus di tanda tangani"
"Tinggalkan saja di meja"
"Saya harus membawanya kembali ke kantor tuan"
"Saya bilang tinggalkan"
"Maaf tuan tidak bisa, saya sudah cek semuanya dan tenggang waktunya tidak dapat di toleransi lagi. Dokumen harus segera di setujui agar barang bisa segera dikirimkan"
"Keras kepala sekali kamu"
"Maaf tuan, bukan maksud saya membantah tetapi ini semua demi kelancaran perusahaan dan tidak mengecewakan klien"
"Bukan urusan saya mereka mau kecewa atau tidak"
"Tetapi jika anda terus seperti ini lama kelamaan perusahaan akan bangkrut, lalu bagaimana nasib para karyawan yang menggantungkan kehidupannya pada anda? "
"Berani sekali kamu ya mengatur saya"
"Sekali lagi saya minta maaf tuan, bukan maksud saya seperti itu tapi tolong tuan pahami keadaan kami yang hanya orang kecil"
Laki-laki itu hanya terdiam tak menjawab ucapanku lagi, nampak ia menatap lama ke arahku sehingga membuat wajah ini tak berani mengangkat mata untuk membalas tatapannya. Tak lama kemudian ia melemparkan tumpukan dokumen itu ke arahku
"Katakan pada Vero untuk memperingatkan kamu soal bagaimana cara melakukan tugas dengan baik" ucap tuan Nathan yang kemudian meninggalkan diriku di ruang tamu
Mungkin menurutnya aku ini orang yang tak tahu diri, baru beberapa jam bekerja sudah berani membantah bahkan membuat keributan dengan atasan. Untung saja ia baik bahkan tak memberhentikan diriku dari posisi ini, aku menghela nafas panjang kemudian keluar dan meminta sopir mengantarku kembali ke kantor.
"Mbak kok cepat sekali?" tanya sopir kantor ku
"Kan cuma minta tanda tangan tuan Nathan saja pak, kenapa harus lama-lama"
"Biasanya sekretaris tuan yang sebelum-sebelum mbak Arra mereka selalu lama meski cuma minta tanda tangan satu dokumen"
"Mungkin karena mereka disuruh menunggu ya" batinku
Aku hanya tersenyum menanggapi ucapan pak sopir, sesampainya di kantor aku langsung menyerahkan dokumen tadi pada Vero.
"Loh kak Arra cepat sekali? "
"Memangnya ada yang salah ya kak Vero? bukanya saya cuma di suruh minta tanda tangan CEO saja? "
"Iya sih kak, tapi kebanyakan pada lama kalau di suruh ke rumah tuan Nathan"
Aku menjadi bingung kenapa mereka beranggapan hal seperti ini butuh waktu lama, padahal aku merasa tadi itu sudah cukup lama untuk membujuk atasan ku yang ternyata berhati dingin dan keras kepala.
...SEBULAN KEMUDIAN...
Tak terasa aku sudah bekerja selama satu bulan penuh, meski pekerjaan ku terbilang mudah namun cukup menguras emosi menghadapi atasan yang cukup keras kepala. Tak jarang ia menguji kesabaranku hanya sekedar untuk meminta tanda tangan, namun sekarang hal seperti itu akan terbiasa bagiku.
Seperti biasa setiap pagi aku di antarkan oleh pak Bagas, karena kantor mas Daniel dan tempat kerjaku berlawanan arah. Setiba di depan gerbang aku buru-buru turun dari mobil karena tidak ingin ada orang kantor yang melihatku di antar oleh sopir. Tiba-tiba saat aku berjalan santai menuju lobby suara klakson mobil mengejutkan ku, aku menepi dan terlihat mobil itu berhenti tepat di depan pintu lobby. Ku perhatikan dengan seksama laki-laki yang turun dari mobil jeep Rubicon berwarna hitam tersebut, dan dia adalah tuan Nathan, aku setengah tak percaya karena selama sebulan aku bekerja disini baru kali ini melihat beliau datang ke kantor.
Semua karyawan menunduk hormat padanya, aku hanya berjalan di belakang para bodyguardnya yang bertubuh kekar tak kalah besar dari majikannya itu.
Lagi-lagi si centil Susan menyapa atasannya tersebut, namun bukannya respon yang ia dapatkan melainkan sikap dingin sama seperti yang ia lakukan setiap aku datang ke rumahnya.
"Mbak Arra... " panggil Susan padaku
"Iya kak Susan, ada apa? "
"Tukar posisi sehari dong"
"Memang bisa begitu? "
"Ini momen langka, tuan Nathan datang ke kantor. Jarang loh biasanya tiga bulan sekali baru datang, ini baru sebulan udah nongol aja"
"Mungkin ada hal penting kak"
Aku tersenyum ke Susan lalu pergi menuju lift begitu atasan ku tak terlihat lagi di lantai yang sama, sesampainya di depan pintu aku mendengar suara tegas si kulkas empat pintu tersebut. Sepertinya ia sedang memerintah para bodyguardnya, tak ingin telat absen karena harus menunggu pembicaraan mereka selesai aku langsung mengetuk pintu dan masuk. Mereka bertiga yang ada di dalam serentak menatapku
"Suruh siapa kamu masuk?" tanya tuan Nathan
"Maaf tuan, tapi sebentar lagi jam kantor akan di mulai dan saya belum absen jadi dari pada menunggu anda dan anak buah anda selesai bicara lebih baik saya absen dulu kemudian keluar lagi"
"Selalu pandai ya kamu mencari alasan"
"Maaf tuan bukan maksud saya begitu"
"Ya sudah kalian keluar"
Aku langsung berbalik arah menuju pintu, kesal sekali rasanya mengetahui dia yang begitu saja mengusir ku seperti nyamuk.
"Ngapain kamu ikut keluar" teriaknya lagi
Aku menghela nafas panjang kemudian berbalik menatapnya lagi
"Tadi tuan menyuruh saya keluar, sekarang saya mau keluar malah di halangi"
"Saya tidak menyuruh kamu, saya suruh anak buah saya"
Aku kembali menghela nafas kemudian pergi menuju ruang kerja, ku letakkan tas yang sedari tadi menjadi beban pundak ini. Saat aku mulai membuka laptop tiba-tiba bayangan tuan Nathan sudah ada di belakang ku, sontak aku berbalik dan secara tak sengaja wajah kami saling menatap.
Jantungku mulai berlari kencang manakala jarak kami hanya tinggal sejengkal jari
"Tuan, ada apa? " tanyaku agar tidak terlihat gugup karena ulahnya
"Hari ini kamu ikut saya meeting di luar"
"Baik tuan"
Aku segera membalikkan badan untuk menghindari tatapannya yang semakin dalam, aku mencoba sibuk dengan laptop di depanku namun entah kapan ia pergi dari sini aku tak menyadarinya.
Buru-buru aku menuju ruangan kak Vero untuk menanyakan dokumen apa saja yang perlu ku bawa untuk meeting nanti, karena ini pertama kalinya bagiku di ajak meeting tuan Nathan di luar.
"Kak... "
"Eh Arra ada apa? "
"Kak, tuan Nathan hari ini mengajakku meeting diluar. Kira-kira berkas apa saja yang perlu saya siapkan? "
"Oh hanya surat perjanjian saja Ra, kamu copy aja di dokumen new klien semuanya ada disitu"
"Baik kak, makasih ya"
"Sama-sama"
"Oh ya kak, aku lupa mau tanya. Kira-kira meeting diluar sampai jam berapa ya? "
"Tidak pasti sih Ra, kadang satu jam, dua jam, bahkan biasanya satu hari full kalau klien mengajak sambil main golf"
"Jadi selama itu saya harus mendampingi tuan Nathan terus ya kak? "
"Iyalah Ra, itukan sudah tugas kamu"
"Baik kak, sekali lagi terimakasih"
"Sama-sama, semoga betah ya"
Aku kembali menuju ruangan, terlihat tuan Nathan sedang berbicara dengan seseorang di telfon. Ku sambangi laptop dan segera mengcopy semua dokumen sesuai arahan kak Vero, setelah semua siap aku tinggal menunggu tuan Nathan untuk pergi meeting.
...Nathan Aleandro Dominic...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
kalea rizuky
jodoh ara siapa nathan kah apakah akan cerai sama Daniel kayaknya Daniel cm suka ma masa lalu dan anggap ara mirip mantan
2024-10-29
0