Hari berlalu begitu cepat, tak tersadar besok aku akan menjadi istri orang yang baru saja ku kenal. Serasa mimpi aku akan melepas masa lajang dengan cara seperti ini, bahkan seumur hidup aku sama sekali tidak pernah menjalin kisah cinta dengan pria manapun.Bagaimana sempat, waktu terus memburuku dengan pekerjaan.
Aku memandang cermin yang memantulkan bayangan sosok perempuan asing dengan kebaya putih bertabur manik-manik yang gemerlap, aku hampir tak mengenali diriku sendiri kali ini. Tangan-tangan ajaib itu telah merubahku yang dari itik buruk rupa menjadi angsa, dengan senyuman tipis aku memandang perempuan di cermin itu. Tak menyangka setitik kilau bening mengalir di pipi, aku teringat dengan ayah dan ibu yang sudah tiada. Di hari seperti ini seharusnya mereka mendampingiku, meski ayah mungkin mustahil untuk ada tetapi ibu entah kemana.
Saat budhe Diah berusaha menghubunginya, ibu sama sekali tidak peduli dengan berita pernikahanku. Keluarga barunya telah membutakan segalanya bahkan aku putri kandungnya yang membutuhkan sedikit belas kasihan ini sama sekali tidak ada artinya.
Tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan lamunan ini, budhe masuk bersama mbak Yayuk. Mereka membawaku menuju pelaminan agar ijab kabul segera dilaksanakan, para tamu yang hadir menatap ke arahku.
Langkahku agak gemetar manakala ratusan pasang mata menatap, aku yang membuat keluarga calon mempelai laki-laki begitu bertanya-tanya soal rencana pernikahan yang serba dadakan ini.
Aku duduk di samping om Daniel yang mengenakan beskap beserta pelengkapnya,penampilannya tak jauh gagahnya saat mengenakan setelan jas seperti saat pertama kali aku melihatnya.
Setelah penghulu memastikan kesiapan kami akhirnya acara ijab kabul dimulai, dengan di akhiri kata Alhamdulillah aku dan om Daniel kini telah sah menjadi pasangan suami istri.
Setelah selesai ijab kabul kami berdua di bawa ke ruangan untuk berganti baju resepsi, setelan tuxedo dan jas itu membuat suamiku nampak seperti seorang pangeran. Sedangkan ballgown ini sepertinya sudah menemukan tempat yang layak, dengan rambut terurai dipadukan mahkota berhias kristal aku bagai seorang putri.
Kami berdua kembali memasuki ruang resepsi di iringi alunan musik dari bintang tamu ibu kota dan beberapa pertunjukan dancer terkenal, semua tamu mengukirkan senyum diwajahnya namun tidak dengan seorang wanita yang berdiri jauh dari tempatku berdiri. Ia menatap sinis ke arah kami sembari mengusap pipinya yang nampak basah oleh air mata, entah siapa gerangan namun aku sama sekali tidak ingin mengganggu om Daniel yang tengah sibuk menyapa koleganya hanya karena pertanyaan ini.
*
Sejak pagi hingga menjelang malam, tepat pukul 22.00 para tamu akhirnya pulang. Aku yang sedari tadi menahan sakit karena terlalu lama berdiri dan memakai highhils akhirnya bisa menghela nafas sebentar sebelum akhirnya nyonya Bella mertuaku meminta kami segera masuk mobil menuju rumah, di dalam mobil aku dan om Daniel hanya diam manakala sopir sibuk dengan kemudinya.
Sesampai di depan rumah yang bagiku sungguh besar jika hanya untuk aku dan om Daniel tempati, aku turun dan masuk ke dalam. Seorang asisten rumah tangga menyambut kami berdua
"Selamat datang den Daniel dan non Rainarra"
"Terima kasih mbok, oh ya Rain ini mbok Asih asisten rumah tangga kita. Mbok tolong antarkan Rain ke kamar" ucap om Daniel yang masih sibuk dengan ponselnya
"Baik den" balas perempuan setengah baya itu
Aku mengikuti mbok Asih menuju lantai dua
"Non ini kamar non dan den Daniel, kalau non Rainarra butuh apa-apa silahkan panggil mbok"
"Terima kasih mbok"
"Sama-sama non, kalau begitu mbok permisi kembali ke paviliun"
"Baik mbok"
*
Setelah mbok Asih pergi aku masuk ke dalam kamar yang sudah berhiaskan bunga mawar lengkap dengan lilin aromaterapi, aku segera menghapus make up lalu pergi mandi. Tak lama setelah aku selesai om Daniel masuk
"Kamu belum tidur?"
"Saya baru selesai mandi"
"Oh baiklah" ucapnya sembari meletakkan jasnya di sebelahku lalu masuk ke kamar mandi
Jantungku terus berdetak dengan cepat menunggu om Daniel keluar dari pintu itu, aku bingung harus bagaimana dan berbuat apa. Mengingat malam ini adalah malam pertama kami, aku hanya bisa duduk di tepi ranjang yang penuh dengan taburan mawar merah.
Tiba-tiba suara tegas om Daniel mengejutkan ku
"Masih belum tidur juga?"
"Belum"
"Jangan bilang kamu sedang menungguku? "
Aku menelan saliva manakala om Daniel berjalan ke arahku dengan tubuh yang hanya terbalut handuk, ingin rasanya aku berlari tetapi kaki ini hanya sanggup gemetar. Aku memejamkan mata saat tubuhnya sudah begitu dekat
"Sudah tidur kaki kamu sampai gemetaran begitu" ucapnya dengan senyuman yang terukir di wajah tampannta itu
Aku membuka mata dan melihat om Daniel yang memungut jas di sampingku lalu melangkah menuju pintu
"Kamu mau kemana?" tanyaku pelan
"Malam ini saya akan tidur di kamar tamu, saya tidak ingin mengganggu istirahat mu dengan suara ketikan keyboard karena masih banyak pekerjaan yang perlu ku urus" ucapnya lalu menghilang di balik pintu berwarna coklat tua itu
Aku menghela nafas panjang, entah aku harus senang atau sedih karena di malam pertama mempelai wanita harus menghabiskan malamnya dengan menatap langit-langit yang nampak tak bersahabat itu.
*
Keesokan harinya aku terbangun pada pukul 09.00,buru-buru aku bangun dan membersihkan diri. Sembari berganti baju aku tiada hentinya merutuki diri sendiri karena di hari pertama menjadi seorang istri aku justru bangun kesiangan.
Aku turun ke lantai bawah dan tak ku temui sosok om Daniel, mbok Asih yang selesai mencuci piring menyapaku
"Selamat pagi non"
"Pagi mbok, oh ya om Daniel belum bangun ya?"
"Om Daniel? maksud non tuan Daniel?"
"Iya mbok"
"Kok non Rainarra manggilnya om?"
"Maaf mbok, saya bingung mau memanggilnya apa"
"Biasanya orang Jawa kalau manggil suami itu mas"
"Mas Daniel begitu mbok?"
Mbok Asih mengangguk dan tersenyum
"Nampak aneh mbok, coba nanti saya tanyakan ke Om Daniel. Oh ya dia belum bangun ya mbok?"
"Den Daniel sudah dari jam 06.00 berangkat ke bandara non, katanya mau ke Surabaya ada pekerjaan disana"
"Sepagi itu? bahkan seharusnya ini masih hari cuti dia kan mbok? "
"Saya sendiri juga bingung non, di hari bahagianya saja den Daniel masih mementingkan pekerjaannya. Non Rainarra yang sabar ya, den Daniel memang seperti itu. Beliau gila kerja seperti papanya"
Aku hanya bisa menghela napas lagi, aku harus siap menerima kenyataan bahwa om Daniel memang orang yang super sibuk. Bahkan di hari kedua pernikahan kami ia sudah mulai bekerja, padahal aku ingin mengatakan suatu hal padanya.
Masih dengan tatapan kecewa mbok Asih mencoba menghiburku dengan memasakkan nasi goreng dengan resep andalannya, meski sederhana nasi goreng buatannya mampu sedikit menghilangkan rasa kecewa ku.
Selesai menyantap sarapan, aku kembali ke kamar dan memasukkan baju-baju ku yang masih ada di dalam koper. Nampak satu ruangan besar di samping kamar utama ini penuh dengan pakaian, sepatu, jam dan masih banyak lagi barang mewah milik om Daniel. Aku sampai bingun mau meletakkan dimana baju milikku yang tak seberapa ini, untung saja mbok Asih datang dan membantuku.
...WILLIAM...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Shanti Siti Nurhayati Nurhayati
mulai deg degan😔
2024-02-10
0
Indyy Kawaii
Mencengangkan
2023-12-06
0