Aku duduk di sebelah sopir pribadi tuan Nathan sedangkan ia duduk di belakang kami, satu mobil bodyguardnya berada di depan kami seperti memandu jalan. Aku bertanya-tanya kemana meeting mereka di adakan, lambat laun aku mengantuk karena tak terbiasa perjalanan jauh. Sopir bernama pak Tirta itu melirik ke arahku, tuan Nathan mungkin juga tahu karena aku sedari tadi menguap. Entah kapan aku mulai tak sadarkan diri namun saat aku bangun mobil telah memasuki kawasan puncak, kabut mulai memburamkan pandanganku.
"Pak kita sampai dimana ya? " tanyaku pada Tirta
"Puncak B**or non"
Astaga selama itukah aku tidur karena tiba-tiba sudah berada di tempat ini, ku lirik tuan Nathan yang sibuk dengan laptop di pangkuannya. Tak berselang lama mobil berhenti di sebuah rumah dengan halaman luas, salah satu bodyguard turun dan membuka pintu untuk tuan Nathan.
Ku lirik jam tangan nampak sudah menunjukkan pukul 13.00,astaga perjalanan dari kantor menuju tempat ini memakan waktu lima jam sendiri. Aku rasa klien kali ini benar-benar penting sehingga tuan Nathan rela jauh-jauh kemari untuk membicarakan kontrak dokumen yang ku bawa ini, selama ini aku tidak tahu perusahaan tempat ku bekerja memproduksi apa. Karena aku hanya mengurus bagian dokumen ekspor import saja, hamparan rumput hijau yang segar sungguh menyejukkan mata. Seorang pria setengah baya keluar di ikuti dua orang anak buah di belakangnya, ia tersenyum pada tuan Nathan yang juga membalas senyumannya.
"Tuan Dirgo apa kabar? "
"Baik, Nathan kamu sendiri apa kabar? "
"Baik juga tuan, sudah lama kita tidak bertemu"
"Benar juga, sejak papa kamu meninggal kita jadi jarang kumpul bersama"
Rupanya tuan Nathan dan klien ini sudah kenal begitu akrab, Laki-laki tua itu mempersilahkan kami masuk menuju taman sebelah vila tersebut, aku duduk di sofa dekat jendela yang menghadap taman sedangkan mereka berdua mengobrol di bawah gazebo taman. Dua orang bodyguard tuan Nathan masuk membawa tiga kotak berbentuk persegi panjang kehadapan mereka, sepertinya dua bos besar itu sedang menunggu sebuah hadiah untuk di buka.
Aku mengirimkan pesan teks pada mas Daniel, memberitahukan bahwa aku akan pulang telat hari ini. Namun ia belum juga membalasnya, aku lalu mengalihkan pandanganku pada tuan Nathan lagi namun kali ini mataku begitu terkejut melihat kotak yang mereka bawa ternyata berisi berbagai senjata api.
Mataku bertemu dengan dua bola mata tuan Nathan, nampak ia juga terkejut mengetahui aku yang sedang memperhatikan mereka. Buru-buru aku memalingkan pandangan namun entah sejak kapan tuan Nathan melangkahkan kakinya tiba-tiba ia sudah berada di sampingku
"Tu tuan... "
"Ikut saya" ucapnya sambil menarik lengan tanganku
Kami tiba di tepi kolam renang yang cukup besar, ia masih menggenggam erat lengan kananku
"Kamu sudah tahu job desc kamu apa disini? "
"Maaf, saya tidak paham maksud tuan"
"Jangan pernah membocorkan apa yang barusan kamu lihat ke siapapun, karena itu bagian dari pekerjaan kamu. Dan satu lagi jika hal ini sampai bocor keluar kamu orang pertama yang akan saya cari, paham!! "
"Baik tuan"
"Sekarang ikut saya dan bawa dokumen kamu"
Aku masih sedikit bergetar mendengar ucapan tuan Nathan barusan, entah berapa bodohnya aku tidak mencari tahu terlebih dahulu latar belakang tempatku bekerja sekarang. Aku memberikan map berwarna merah kepada tuan Nathan tanpa berani menatapnya
"Baru lagi Nathan? "
"Iya tuan Dirgo"
"Yang kemarin sudah bosan? "
Tuan Nathan hanya tersenyum menanggapi pertanyaan tersebut, entah apa yang mereka maksud tetapi setelah dokumen itu di kembalikan padaku tuan Nathan memintaku untuk menunggu di mobil sementara ia menyelesaikan pekerjaannya.
Aku hanya mengikuti perintahnya, tak ada kata-kata yang ingin ku ucapkan lagi setelah apa yang barusan terjadi. Sikap tuan Nathan memang tidak bisa di tebak selain dingin ia juga laki-laki yang misterius, meski kelihatannya dia dan mas Daniel sama tampannya namun sifat mas Daniel jauh lebih lembut jika memperlakukan wanita.
Aku duduk di bangku samping kemudi, pak Tirta menatapku dari luar. Seputung rokok ia hisap untuk menghangatkan tubuhnya yang tersapu udara dingin di puncak, tak berselang lama atasan ku itu keluar bersama bodyguardnya. Ia memasuki mobil dan tersenyum senang, nampaknya pekerjaan berjalan lancar
"Kita balik sekarang"
"Baik tuan"ucap Tirta sembari menyalakan mesin mobil
Sepanjang perjalanan aku hanya diam, menatap kosong keluar jendela sembari sesekali memperhatikan ponselku. Nampaknya mas Daniel belum menjawab pesanku sedari tadi, aku melirik jam di layar ponsel yang susah menunjukkan pukul 14.00.
Di tengah perjalanan kami berhenti untuk makan siang, di sebuah restauran mewah tuan Nathan memesan makanan. Ia duduk seorang diri di meja terpisah, sementara aku duduk berempat bersama pak Tirta dan dua bodyguardnya.
Setelah selesai menyantap makanan kami melanjutkan perjalanan, seperti biasa penyakit manusia adalah kantuk jika perut kenyang. Aku tertidur hingga tak lagi mempedulikan bagaimana pandangan pak Tirta maupun atasan ku yang sedingin kulkas empat pintu tersebut.
*
Aku terbangun dan menyadari tubuhku yang sudah berpindah tempat, ku amati sekeliling nampaknya aku sudah berada di dalam rumah. Rumah yang pernah aku kunjungi, beberapa saat aku mencoba mengingatnya dan sontak aku langsung berdiri dan menyambar tas kerjaku.
Bagaimana bisa aku tertidur di sofa ruang tamu tuan Nathan, dan mataku semakin terkejut manakala jam menunjukkan pukul 21.00. Aku bergegas menuju pintu dan seorang bodyguard bernama Pras menghentikan langkahku
"Pak Pras kenapa tadi saya tidak di bangunkan ya kalau sudah sampai? "
"Maaf nona tuan meminta saya hanya untuk memindahkan nona kedalam"
"Sekarang tuan Nathan dimana? "
"Tuan ada di kamarnya, mungkin sedang beristirahat"
"Kalau begitu tolong sampaikan padanya bahwa saya sudah pulang"
"Baik nona nanti akan saya sampaikan"
"Terimakasih saya permisi"
"Tunggu nona biar saya panggilkan pak Tirta untuk mengantarkan anda"
"Tidak usah saya naik taksi online saja"
Aku langsung berjalan menuju pagar sembari memesan taksi, tak berapa lama taksi pesanan ku datang. Di perjalanan aku mengecek ponsel takut mas Daniel khawatir karena sudah malam aku masih belum pulang, dan benar saja ada tujuh panggilan tak terjawab dan beberapa pesan darinya.
Aku buru-buru menghubunginya memberitahu bahwa aku baik-baik saja
"Halo mas... "
"Rain, kamu dari mana saja? kenapa jam segini belum pulang juga? "
"Maaf mas aku ada lembur di kantor dan ketiduran"
"Ya sudah sekarang biar saya jemput kamu"
"Tidak usah mas, aku sudah perjalanan pulang dengan taksi online"
"Baiklah saya tunggu kamu"
Dua puluh menit kiranya aku sampai di rumah, mas Daniel langsung membuka pintu begitu melihat roda mobil memasuki halaman rumah. Nampak raut wajah khawatir dan itu membuatku semakin merasa bersalah
"Mas maaf ya, aku ketiduran tadi"
"Tidak apa, pasti kamu capek. Kita masuk sekarang"
"Iya mas"
Aku segera pergi menuju kamar untuk membersihkan diri, sementara suamiku itu kembali sibuk dengan ponselnya di balkon kamar dan ku hampirinya
"Mas, kamu sudah makan? "
"Sudah tadi di luar sama William, kamu mau makan? "
"Enggak mas, aku juga sudah kenyang. Tadi dapat jatah makan lembur dari kantor"
"Kamu anak baru tapi sudah main kasih lembur saja ya atasan kamu itu"
"Ya namanya juga untuk test kinerja mas"
"Memangnya perusahaan kamu bergerak dalam bidang apa? "
"Penjualan kok mas"
"Oh, sudah malam Rain kita tidur ya. Pasti kamu juga lelah karena habis lembur"
Aku tersenyum dan mengikuti suamiku menuju tempat tidur, ia terpejam lebih dulu namun aku masih kepikiran soal pekerjaan tuan Nathan sebenarnya. Aku mengambil ponsel dan browsing tentang perusahaan tempatku bekerja, memang keterangan yang ku dapatkan hanyalah perusahaan exsport import namun tidak di jelaskan di dalamnya barang apa yang mereka kirim dan terima.Karena menemui titik buntu akhirnya ku putuskan meletakkan ponsel dan menyusul suamiku menuju alam mimpi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments