Pagi hari yang cerah penuh kesibukan, Ana sedang mengganti seprai kamar resort yang baru di tinggal oleh penyewanya. Namun meski hampir tiga minggu bekerja di sana, dia masih tidak mengerti, kenapa seprai yang selalu yang dia ganti sering kali meninggalkan noda merah dan basah. Dan itu masih menjadi tanda tanya baginya.
"Ana!"
Begitu terkejutnya Ana dengan kehadiran temannya yang tiba-tiba sudah ada di belakang punggungnya tanpa dia sadari.
"Kak Loli mengagetkan saja." Sembari memegang dadanya, seakan jantungnya ingin loncat.
Wanita bernama Loli itu memperhatikan seprai yang di ganti oleh Ana sambil terkekeh.
Jelas Ana merasa bingung dengan tingkah temannya itu.
"Apa yang Kak Loli tertawakan?" tanya Ana.
"Itu?" Loli menunjuk seprai yang basah tersebut, "aku pikir pasangan penyewa kamar ini bermain dengan liar."
"Maksud Kak Loli, liar? Apa penyewa kamar ini memiliki hewan buas?" tanya Ana dengan rasa bingung yang melanda.
"Hahaha! Apa yang kau katakan, Ana? Apa kamu sama sekali tak mengerti maksudku?"
Ana menggelengkan kepalanya.
Pastinya jawaban Ana yang polos itu membuat Loli semakin ingin tertawa, namun berusaha dia tahan. "Sudahlah, nanti kamu akan mengerti sendiri kalau sudah menikah."
"Apa maksud Kak Loli? Ayolah ceritakan padaku. Aku juga ingin tahu." Rengek Ana.
"Tidak mau, Kamu terlalu polos untuk mengetahuinya." Lekas Loli meninggalkan Ana tanpa memberi jawaban sedikitpun.
Ana hanya bisa kecewa karena tidak mendapat jawaban yang dia mau. Dia memanyunkan bibirnya kesal karena masih penasaran.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, ini waktunya Ana dan teman seprofesi lainya untuk menyudahi pekerjaannya. Namun ketika dia sudah sampai di ruang loker, ternyata ada banyak temannya yang berkumpul.
Kedatangan Ana yang paling akhir di sambut dengan tatapan dari banyak pasang mata. Karena sedari awal dirinya bekerja di resort ini, sudah menarik perhatian banyak orang dengan bentuk fisik dan rupa yang sempurna.
Banyak pujian yang dia terima atas kelebihannya itu, tapi tidak sedikit suara bernada sumbang yang mencibir dirinya dan membuat gosip jahat yang tak berdasar tanpa bukti.
Tapi Ana tidak mempedulikan semua itu, karena di desa tempatnya tinggal pun dia sudah terbiasa dengan omongan orang-orang yang cemburu dengan kelebihannya. Dia hanya perlu menebalkan telinganya dan membesarkan hatinya untuk bertahan dari gempuran mulut berbisa yang menilai buruk dirinya tanpa dasar.
"Kak Loli, ada apa?" tanya Ana.
"Katanya sih, ada pengumuman penting."
Semua orang menyimak pengumuman yang akan di sampaikan Manager yang bertanggung jawab di Departemen housekeeping.
Sang Manager menjelaskan bahwa seminggu lagi akan ada beberapa tamu penting VIP yang akan menginap di resort ini.
Semua orang menyimak penjelasan sang Manager salah satunya Ana. Dari penjelasan yang dia tangkap, sudah bisa di simpulkan Manager meminta semua orang yang ada di departemennya harus bekerja lebih keras soal kebersihan untuk menyambut para tamu VIP.
Setelah semuanya selesai Ana bersama Loli keluar loker dan bergegas menuju kafe dekat pantai yang biasa mereka kunjungi setiap akan pulang.
"Kak, memang siapa tamu-tamu itu? Apakah artis terkenal, menteri atau presiden?" tanya Ana sembari menikmati segelas es cappucino-nya
"Aku juga tidak tahu, tapi yang pasti para tamu itu melebihi artis atau menteri, bahkan presiden sekalipun."
Begitulah yang di pikirkan Loli. Karena selama bekerja di resort, persiapan untuk menyambut tamu VIP kali ini lebih berbeda, bahkan persiapannya kali ini lebih teliti dan pengamanannya lebih ketat dari pengamanan seorang presiden.
"Sudah lah, tak usah memikirkannya, kita tidak di bayar lebih untuk hal itu, biar para atasan saja yang mengurusnya."
"Hahaha, iya Kak."
Keduanya mengobrol santai menikmati suasana pantai di sore hari. Bagi Ana, Loli adalah orang pertama yang mau mengulurkan tangannya di saat orang lain enggan membantunya.
Bahkan Loli seperti kakak baginya. Meski Ana hanya baru mengenal Loli kurang dari satu bulan, tapi hati kecilnya selalu mengatakan bahwa wanita cantik berkulit eksotis itu adalah orang yang sangat baik.
Usia Loli lebih tua lima tahun darinya, yaitu 23 tahun, sedangkan Ana sendiri baru menginjak 18 tahun. Karena itu lah Loli sudah di anggap kakak sendiri oleh Ana, bahkan perlakuannya jauh lebih baik dari pada kakak sepupunya sendiri, Lia.
Obrolan mereka berakhir bersamaan dengan terbenamnya matahari di ufuk barat. Keduanya beranjak dari kursi, tapi tiba-tiba suara ponsel milik Loli berdering.
"Ayah?" batin Loli saat melihat nomor ayahnya di layar ponsel miliknya.
"Ana, kamu pulang dulu saja, aku ingin telepon ayahku."
Karena kerja hari ini begitu melelahkan, jadi Ana memutuskan pulang terlebih dulu, meninggalkan Loli di kafe tersebut setelah berpamitan.
Segera Loli menerima telepon dari ayahnya.
"Loli!" suara pria yang terdengar serak sembari menangis tertangkap oleh telinganya.
"Ada apa, Yah? Kenapa menangis?" tanya Loli yang mulai diliputi kekhawatiran mendengar tangisan ayahnya.
"Adikmu nak, adikmu Reza kecelakaan."
Deg
Jantung Loli rasanya ingin runtuh dan tubuhnya gemetaran. Kakinya yang lemas tak mampu menopang tubuhnya, hingga akhirnya Ana duduk kembali di kursinya. Loli begitu syok mendapat kabar dari ayahnya tersebut.
"Bagaimana bisa terjadi?" tangisan Loli pun pecah. Air matanya luruh di kedua pipinya.
Ayahnya menceritakan musibah yang menimpa adiknya. Sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan adik laki-laki nya tersebut mengalami patah tulang rusuk dan beberapa organ dalam yang terluka.
Karena berbagai luka serius yang di alami Reza, dokter harus segera mengambil tindakan operasi. Sedangkan tindakan tersebut harus mendapatkan persetujuan dengan biaya yang tidak murah.
200 juta, itulah biaya yang harus dikeluarkan untuk operasi Reza, dan itu belum termasuk biaya terapi dan pemulihannya.
Loli mendengar sejumlah biaya yang harus di keluarkan begitu kaget. Bagaimana uang sebanyak itu dia dapatkan dalam waktu singkat? Apalagi gajinya sebagai housekeeper resort hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dirinya dan keluarganya yang ada di kampung halaman.
"Ba-baiklah, segera Loli akan kirim uangnya. Ayah tanda tangan saja dulu, agar Reza segera di tangani."
Begitulah kata terakhir Loli sebelum sambungan telepon terputus.
Loli segera menyeka air matanya, mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Halo, bisa kita bertemu sebentar, aku tunggu sekarang di kafe Nyiur dekat pantai."
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh malam dan Loli masih setia menunggu kedatangan seseorang di kafe tersebut.
"Hai sayang, apa kabar? Lama tidak bertemu." Suara seorang wanita yang menghampiri Loli.
"Duduklah! Aku ingin bicara, kau mau pesan apa?" Tanya Loli sambil menatap wanita yang baru datang tadi.
"Tidak usah, langsung ke intinya saja, aku ada acara nanti malam." Jawab wanita itu ketus, sembari mengangkat salah satu alisnya dengan senyuman menghina.
"Aku butuh uang Lia, bisakah kau meminjamkan untukku." Ujar Loli tanpa basa-basi.
Lia, dialah wanita yang di hubungi Loli. Kakak sepupu Ana itu ternyata pernah berteman dengan Loli di dalam suatu pekerjaan malam yaitu sebagai wanita panggilan.
Bahkan Loli sendiri tak menyangka kalau dia akan terlibat lagi dengan Lia dengan situasi seperti ini.
Lia dapat menerka situasi sulit yang di alami mantan rekannya itu, karena dia cukup lama mengenal Loli sebagai partnernya untuk melayani pria hidung belang. Hanya dengan melihat wajah cemasnya saja, di tahu bahwa mantan rekannya itu butuh uang dengan jumlah banyak.
"Kau butuh berapa?" kata yang begitu saja keluar dari mulut Lia, "100 juta, 200 juta atau 1 miliyar?" lanjutnya.
Perkataan Lia seakan meremehkannya, tapi memang tak ada jalan lain selain meminta bantuan pada wanita di depannya sekarang ini, meski harus merendahkan harga dirinya. Dia akan lakukan apapun demi adiknya.
"500 juta, pinjamkan aku yang 500 juta." Menatap serius pada Lia.
"Baik, tapi kau harus mengembalikannya dalam waktu satu bulan, bagaimana?"
"Apa kau gila?! Bagaimana aku bisa kembalikan uang sebanyak itu dalam waktu satu bulan?!" begitu kesalnya Loli dengan omongan Lia, sampai menggebrak meja di depannya.
"Tenanglah, kau jangan naik darah dulu. Kau tak sabaran sekali." Ucapnya terkekeh, "ada cara lain agar hutangmu bisa lunas, tapi kau harus menuruti semua syarat ku."
Loli mengangguk menyanggupi, karena tak ada pilihan lain selain menyetujui syarat dari wanita licik tersebut.
Lia menjelaskan apa yang harus di lakukan Loli, yaitu menjadi salah satu wanita penghibur untuk melayani tamu VIP di resort tempatnya bekerja minggu depan dan mengajak Ana untuk menjadi bagian dari para wanita yang akan melayani para tamu spesial tersebut.
Membola mata Loli mendengar syarat dari Lia. Jika soal dirinya yang harus menjadi wanita panggilan kembali, itu tak masalah baginya, tapi untuk menjerumuskan Ana ke dalam dunia prostitusi, dia sangat tidak terima itu.
"Kau gila! Bagaimana kau bisa setega itu pada adikmu sendiri, apa kau iblis?!"
Sungguh mengerikan rencana Lia tersebut, bahkan dirinya sampai bergidik mendengar rencana wanita gila di depannya.
"Terserah kau saja, jika kau mau semuanya mudah, maka turuti perkataanku tadi. Pikirkan baik-baik Loli, kesempatan ini tak akan datang dua kali."
Setelah mengatakan itu, Lia berlalu pergi meninggalkan Loli sendiri.
Loli merasa putus asa. Entah pilihan mana yang musti dia ambil. Adiknya sekarat di rumah sakit, sedangkan untuk menyelamatkannya dia harus mengorbankan orang lain.
"Apa yang harus hamba lakukan, Tuhan?" ucapnya lirih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments