...WARNING ⛔BAB INI BERISI CERITA DEWASA YANG MUNGKIN UNTUK SEBAGIAN PEMBACA TIDAK NYAMAN. MOHON KEBIJAKANNYA UNTUK MEMBACA NOVEL BAB INI ATAU BISA LANGSUNG SKIP SAJA...
...----------------...
...----------------...
Ana begitu canggung dengan kedekatannya bersama Felix. Dia terus bergerak karena merasa tidak nyaman dengan posisinya yang berada di depan Felix. Gerakan Ana membuat bokongnya tidak sengaja bergesekan dengan benda intim milik Felix.
Felix merasakan bendanya bergesekan dengan bokong Ana, mulai merasakan bagian intimnya mulai bangun. Mulut Felix mendesis merasakan gesekan bokong wanita itu. Miliknya mulai berdenyut dan panas. Felix merasakan gairahnya mulai menguasai dan hasratnya tak sanggup ia bendung.
Ana merasakan sesuatu yang mendesak bokongnya. Seperti ada benda besar yang menyembul.
"Apa itu" batin Ana dengan perasaan was-was.
Sedangkan Felix sendiri masih merasakan sensasi yang menyentuh miliknya. Ana masih bergerak karena merasa tidak nyaman, hingga membuatnya tidak dapat menahannya lagi.
"Apa kau memancingku, Ana" ucap Felix dengan nada yang begitu rendah berbisik di telinganya.
"A...apa ma..maksud Tuan, saya tidak mengerti apa yang Tuan katakan" jawab Ana dengan suara terbata-bata.
"Kamu harus bertanggung jawab sekarang" kata Felix yang kemudian dengan segera dia memacu kudanya dengan cepat menuju rumah pelampiasan.
"Saya akan di bawah kemana Tuan?" tanya Ana yang ketakutan karena kuda yang di tungganginya di pacu oleh Felix begitu cepat, seperti ingin memburu sesuatu. Felix tidak mendengarkan perkataan Ana dan terus memacu kudanya agar segera sampai ke tempat yang di tuju. Sesampainya di depan rumah, Felix mengikat kudanya, lalu mengangkat Ana seperti karung beras masuk kedalam rumah, menuju kamar tidur.
Kemudian Felix membanting tubuh Ana di atas ranjang namum tidak kasar dengan tangannya menopang kepala Ana.
"Apa yang akan anda lakukan" kata Ana lalu menggigit bibirnya.
"Aku ingin kau melayaniku segera, Ana" ucap Felix sambil menyelipkan anak rambutnya.
Ana syok mendengar itu, walaupun sebelumnya ia beberapa kali mengiyakan keinginan Felix, tapi itu hanya spontanitas mulutnya, untuk menghindari siksaan Felix.
Kali ini sepertinya Ana tidak dapat menghindar lagi, karena ancaman demi ancaman Felix untuk menyakiti keluarganya dan orang-orang tidak bersalah di sekitarnya, yang membuat Ana takut.
"Apakah ini akhir dari pertahananku, apakah kehormatanku akan di renggut paksa oleh pria kejam ini?" batin Ana dengan menitikkan air matanya. Dia benar-benar pasrah.
Felix mulai menyentuh wajah Ana dengan lembut, mengecup kedua matanya yang berlinang air mata, lalu segera melumat bibir Ana yang ranum itu, yang begitu manis dan candu. Ana menutup rapat bibirnya namun Felix menggigit sedikit bibirnya kemudian terbuka lah mulut gadis itu, dan dengan segera Felix memasukkan lidahnya, memperdalam ciumannya.
Tangan Felix mulai menyusuri setiap inci bagian tubuh Ana hingga sampai di dada sintalnya yang hangat.
Kemudian Felix segera melepas ciumannya, dan terlihat Ana mulai kehabisan nafas. Dia mulai mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Apa kamu tidak apa-apa?" ucap Felix dengan nada rendah.
Mendengar ucapan Felix, Ana langsung mengalihkan pandangannya, hati Ana rasanya hancur namun tidak bisa melawan. Melihat tingkah Ana itu, Felix hanya tersenyum.
ciumannya turun di bagian ceruk lehernya, mengecup dan sesekali menggigitnya, memberikan beberapa tanda merah di leher jenjang gadis cantik itu. Tidak ingin berlama-lama Felix langsung melucuti baju Ana ke sembarang tempat, hingga setiap bagian inci tubuhnya terlihat jelas. Ini bukan pertama kalinya bagi Felix melihat tubuh polosnya, tapi ini pertama kalinya dia bisa melihat dan menyentuh Ana tanpa perlawanan.
"Apa kamu siap dengan selanjutnya?" ucap Felix, sambil merengkuh tubuh Ana yang sedang berbaring sembari menatap matanya dalam. Ana terus menghindari tatapan Felix yang membuat mafia itu sedikit kesal.
Tidak ingin berlama-lama, bibirnya menikmati tubuh indah milik Ana dari atas hingga bawah, dari kepala hingga ujung kakinya.
"Ahh...Mmmss..!! desahan yang lolos dari mulut Ana.
Ana merasakan sensasi nikmat yang aneh, pikirannya kosong, merasakan tubuhnya seperti di setrum, bagian itu mengeras, serasa dadanya merespon sentuhan pria itu.
"Apa kau tahu, aku menyukaimu dirimu yang seperti ini. Wajahmu tak bisa berbohong, Ana. Kali kau juga menyukai sentuhanku."
"Mmmmgh...! Kau pria bre.ngsek" desahan Ana diikuti makian darinya.
Felix langsung merentangkan kedua kaki jenjangnya. "Milikmu sangat indah" ucap Felix tersenyum puas penuh kemenangan.
Ana yang mendengar itu ingin sekali berontak dan melawan. Rasa malu bercampur amarah berusaha dia bendung. Mendengar setiap perkataan yang di tujukan padannya. Bagi Ana ini seperti penghinaan untuknya. Felix menganggap Ana seperti seorang pela.cur. Memandangi tubuh miliknya dengan nafsu yang merendahkan. Air matanya tak henti menetes.
Semakin dia menggigit bibirnya dengan kuat sampai bibirnya berdarah dan suara tangisannya sayup-sayup terdengar pilu.
"Harusnya aku melakukan ini dengan suami yang aku cintai, tapi nyatanya aku akan menjadi barang bekas yang tidak ada nilainya" batinnya.
Felix yang melihat tangisan Ana mulai terganggu, dia begitu muak. Hasratnya dan gairahnya mulai hilang. tangisan pilu wanita itu menganggu hati kecilnya. Tadinya dia ingin menikmati bagian indah itu, segera ia urungkan.
"Kenapa kau menangis?! Felix kesal sambil mengaca-acak rambutnya sendiri. Ucapannya membuat tangisan Ana semakin menjadi-jadi.
"Jawab aku Ana...!!!" teriakan Felix semakin tinggi. Ana hanya diam dalam tangisannya yang pilu.
"Kenapa kamu selalu saja melanggar janjimu, kau sudah bersedia namun saat aku menginginkannya kau menolak ku, terus saja begitu!!"
"Aku tak mau melakukanya denganmu, aku hanya akan melakukan pada suamiku saja." Begitulah jawaban Ana atas penolakannya selama ini.
Mendengar jawaban Ana membuat Felix sedikit kaget merasa heran.
"Hahaha...!!! Apa katamu, suami?" kata Felix diikuti gelak tertawan nya sambil duduk di atas paha.
"Apa kamu menginginkan sebuah pernikahan denganku?" sembari menautkan alisnya.
"Ciih..,aku tidak sudi menikah denganmu. Lebih baik aku mati saja."
Dicengkeramnya kedua tangan Ana ke atas hanya dengan satu tangan miliknya yang besar. Menatap netra coklat wanita itu dengan lekat seraya ingin tahu isi pikirannya. "Begitu kah keinginanmu saat ini, Kau ingin mati?"
"Ya, akhiri saja penderitaan ku." seru Ana dengan tegas.
"Baiklah,...tapi sebelum itu, aku ingin kau menyaksikan kematian kakekmu di tanganku."
Ana kembali di buat geram dengan ancaman Felix.
"Kau pria menjijikkan, kau pengecut! Jangan sentuh kakek ku walau itu sehelai rambutnya saja atau kau..."
"Atau apa? Kau ingin membunuhku." Felix terkekeh, "keadaanmu saja seperti ini, tapi kau masih angkuh dengan omong kosong mu itu."
Felix beranjak dari ranjang bergegas ingin keluar.
"Kau mau kemana?" teriak Ana yang mulai diliputi kecemasan.
Felix menghentikan langkahnya, berbalik menatap Ana yang memasang raut wajah kebencian terhadapnya, "mengirim kakek mu ke peristirahatan nya yang terakhir."
Ana membolakan matanya, lekas dia juga beranjak dari tempat tidur lalu menghalangi Felix dengan menarik tangannya. "Kumohon, jangan libatkan kakekku. Baiklah apa yang kau inginkan?"
Senyum iblis itu mengurai manakala mendengar perkataan Ana. Felix tahu gadis itu tak ada pilihan selain menuruti apa yang dia mau saat ini.
"Layani aku setiap hari sampai puas."
Menjijikkan dan memuakkan, mungkin inilah sosok Felix yang terlihat oleh Ana. Mengepal kedua tangannya mendengar keinginan Felix. Pria itu hanya menginginkan tubuhnya untuk memenuhi nafsunya yang gila. Tapi tak ada pilihan lain selain menerima semua itu.
"Baiklah, kau boleh menikmati tubuhku, tapi berikan aku status sebagai istrimu." bergetar suara Ana ketika mengatakan semua itu, seraya dia telah menggadaikan dirinya sendiri pada Felix.
Felix terkekeh, menatap mengejek pada Ana. "ternyata kau pintar juga dalam bernegosiasi" menarik tubuh Ana yang telanjang itu ke dalam pelukannya. "Mari kita bersenang-senang sebentar."
Felix kembali menggendong Ana dan membaringkannya ke atas ranjang. Tangan dan mulutnya tak henti menikmati tubuh indah tersebut. Hingga Ana tak berdaya untuk menolak. Berkali-kali Ana mengalami pelepasan dan Felix menikmati hasil pelepasan tersebut seperti menikmati sajian makanan.
^^^Bersambung ...^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments