Dari pantulan cermin, terlihat seorang wanita yang sedang membantu memakaikan jas hitam untuk sang mafia berusia 30 tahun itu. Wanita tersebut adalah salah satu anak buah Felix yang ikut dalam perjalanannya kali ini yang bernama Megan.
"Apa mereka sudah berkumpul." Tanya ketua organisasi Wolf Syndicate tersebut sembari memakai jam tangan mewah miliknya.
"Sudah, Tuan." Jawabnya sedikit mengangguk.
Kemudian Felix keluar dari kamarnya dan melihat Maxim dan Hendra sudah menunggu di depan pintu.
"Dimana Demis?" tanya Felix sambil melangkah lebar.
"Demis sudah ada di tempat pertemuan, Tuan." Jawab Maxim yang mengekor bersama Megan dan Hendra di belakang bosnya.
Bersama ketiga anak buahnya, Felix melewati lorong rahasia, hingga masuk ke dalam lift yang akan membawanya ke suatu tempat.
Benda besi itu bergerak turun. Karena memang lokasi pertemuan tersebut berada di bawah tanah.
Ketika pintu lift terbuka membelah, terlihat beberapa anak buah dari masing-masing anggota yang berjaga di luar pertemuan.
"Selamat datang, Tuan Felix." Sambut Demis yang sudah menunggunya di depan pintu lift.
Yang lainya pun ikut memberi salam dengan sedikit membungkuk pada sang pemimpin organisasi tersebut.
Lekas rombongan Felix masuk ke dalam ruang pertemuan. Sebuah ruangan yang cukup luas dengan beberapa kursi berjajar mengitari sebuah meja bundar yang sudah di duduki semua anggota yang hadir.
Kehadiran Felix yang datang terakhir menyita perhatian semua orang di sana. Karena kedatangannya memang di nantikan di pertemuan rahasia ini.
Felix duduk di kursinya, dengan Demis yang berdiri di belakang tuannya bersama Megan. Sedangkan Maxim dan Hendra berdiri di sudut lain bersama anak buah anggota lain.
Serius dan menegangkan, begitulah suasana di ruangan itu, seperti namanya 'pertemuan mafia' sudah pasti setiap anggota yang hadir membawa senjata masing-masing. Karena begitulah adanya dunia bawah, yang tak lepas dengan senjata yang jadi pelindung nyawa mereka.
"Kalian pasti sudah tahu kenapa pertemuan ini di adakan. Aku tidak akan berbasa-basi lagi. Kalian pun pasti sudah dengar kejadian di laut Mediterania." Ujar Felix sembari menyorot ke sosok satu orang yang berada tepat duduk di depannya. Siapa lagi kalau bukan Jacob Adam Smith.
Semua orang pun mengarahkan pandangannya pada Jacob, karena ucapan Felix merujuk pada kejadian penyerangan yang dilakukan John pada kapalnya yang berisi senjata kirimannya.
"John memang sial.an. Pria tua bangka itu juga menipuku. Dia menjual berlian palsu padaku!" Ujar Gustav penuh kekesalan, salah satu anggota Wolf Syndicate bagian negara Jerman.
Jacob yang sedari awal sudah tahu pertemuan ini bakal membahas kejadian penyerangan itu hanya diam. Karena menjelaskannya pun dirinya hanya akan di anggap mencari pembelaan.
"Tapi kalau aku boleh tahu, kenapa mantan anggota Yamata bisa masuk menjadi anggota kita?" tanya Gustav sembari menatap tak suka kehadiran pria bermata sipit berkebangsaan Jepang tersebut, yang bernama Hayate.
Semua orang di sana terdiam, sedangkan Felix hanya menyunggingkan sudut bibirnya mendengar pertanyaan Gustav. Dia tahu betul Gustav tak suka masuknya Hayate di organisasi ini. Kemungkinan anggota lain pun sama, mengingat Hayate adalah mantan anggota organisasi Yamata yang pernah berkonflik dengan Gustav.
"Apa ada masalah, Kakek Tua?" tanya Hayate membalas tatapan tajam Gustav dengan senyum menyeringai.
Respon Hayate yang meremehkan membuat semua anggota yang hadir merasa kesal dengan melempar tatapan tak suka pada anggota baru Wolf Syndicate tersebut.
"Diam lah kalian! Aku bukan orang bodoh yang akan sembarangan membawa orang baru ke kelompok kita." Perkataan tegas yang keluar dari pemimpin mereka, membuat semua anggota terdiam hingga suasana menjadi hening sesaat.
"Hahahaha! Sudah cukup bersitegang nya. Bukankah kita berkumpul di sini untuk membahas agenda organisasi kita." Kata salah satu anggota bernama Marco dari bagian negara Italia. Pria itu mencoba memecah keheningan yang menegangkan di pertemuan tersebut.
"Iya benar." Beberapa anggota lain yang hadir pun memberikan respon setuju pada perkataan pria yang usianya tak beda jauh dengan Felix dan Hayate tersebut.
Pertemuan yang di awali ketegangan itu akhirnya berjalan lancar tanpa kendala yang berarti. Meskipun di tengah pembicaraan masih saja ada perselisihan karena kesepakatan yang alot dari setiap anggota. Karena jelas mereka semua mencari untung tanpa ingin merugi sedikitpun.
Pasar gelap yang penuh persaingan dengan taruhan nyawa demi mendapatkan wilayah kekuasaan yang seluas-luasnya, menjadikan dunia bawah sangat penuh resiko.
Namun Felix yang hadir sebagai pemimpin mereka selalu menengahi perselisihan anggotanya, bahkan tak segan memberi ancaman pada anggota lain jika bertindak di luar peraturan yang ada di organisasi mereka.
Akhirnya pertemuan yang berlangsung beberapa jam itu menghasilkan kesepakatan baru dari semua anggota Wolf Syndicate.
Berakhirnya pertemuan tadi mengawali acara jamuan utama yang di siapkan Hendra sebagai pihak pemilik Resort, yaitu menikmati pesta malam yang berlangsung di klub resort yang hanya diperuntukkan untuk tamu VIP-nya.
Semua anggota menikmati malam mereka dengan segala pelayanan resort yang di sediakan, termasuk para wanita yang sengaja di siapkan untuk mereka.
Kabar acara makan malam yang sebelumnya di umumkan pihak resort hanyalah pengalihan pertemuan rahasia itu sendiri. Karena yang hadir di acara makan malam yang terselenggara di restauran resort malam ini, hanyalah anak buah Felix yang menyamar sebagai pengusaha, untuk menghindari kecurigaan musuh-musuh mereka. Karena Felix sudah mendengar pihak musuh sedang memata-matai kelompoknya.
Sedangkan Felix sendiri berada di kamar tidurnya. Kebisingan bukanlah tempat untuknya, karena dia tak menyukainya. Pria yang kini sedang menyesap wine-nya itu, tengah berdiri di balkon kamarnya sembari menikmati aroma laut malam pulau Dewata yang terpampang jelas dari tempatnya berdiri.
Bulan purnama dengan cahaya penuhnya, bintang yang nampak kecil menyebar di langit gelap dan angin malam yang menerpa rambut basahnya, membuat Felix cukup tenang menghabiskan malamnya sendiri di kamar.
Sampai terdengar langkah seseorang memasuki kamarnya.
***
Lekukan tubuh yang selama ini tersembunyi dari pakaian biasanya kini nampak jelas terlihat.
Dari pantulan cermin, Loli begitu tak menyangka bahwa Ana memiliki tubuh yang begitu di idamkan semua wanita, termasuk dirinya. Meskipun sedari awal dia sudah menduga tubuh Ana memang memiliki bentuk proporsi yang bagus. Akan tetapi dengan melihatnya secara langsung ini melebihi ekspektasinya.
Di mana dada dan pinggul memiliki ukuran bentuk yang hampir sama, namun dengan pinggang yang lebih ramping. Leher dan kakinya yang jenjang putih membuat tubuh yang kini terlihat jelas lekuk tubuhnya itu sudah dipastikan akan mengundang pria di sekitarnya yang melihat.
Ditambah lagi wajahnya yang cantik dengan bola mata biru berhiaskan bulu mata asli yang lentik, serta bibir kecil yang berbentuk hati. Tak salah jika selama ini banyak yang iri dengan fisiknya.
Tanpa make up pun, Ana sangat cantik, apalagi saat ini wajah mulusnya tengah di poles make up tipis yang membuatnya semakin mempesona.
Tapi di balik kekaguman Loli terselip kekhawatiran yang tak mampu ia sembunyikan di hadapan Ana.
Gadis berusia 18 tahun itu menyadari kegelisahan Loli. Dia menggenggam erat tangan temannya itu, mencoba menenangkan. Meski di dalam hati, Ana sendiri juga gelisah. Akan tetapi dia sudah bersiap melanjutkan ini dengan semua rencana yang mereka siapkan, walau hanya dalam waktu beberapa menit.
Tak lama kemudian pintu terbuka, dan nampak Darwin memasuki ruangan. Pria mesum itu jelas terus memandangi Ana dengan segala nafsu yang ada dalam dirinya. Bibirnya yang menyungging itu membuat Ana merasa jijik, bahkan Loli yang menyaksikan itu rasanya ingin mencolok matanya.
"Ayo, ikuti aku!" Perintah Darwin.
Ana dan Loli lalu mengikuti pria itu melangkah. Hingga sampailah mereka di ruangan yang di dalamnya sudah ada beberapa wanita dengan pakaian yang tak kalah menggoda seperti dirinya, dan salah satunya Lia.
Marah, iri, dengki segala keburukan hati yang di miliki Lia bercampur menjadi satu saat melihat sosok Ana yang berbeda. Keinginannya untuk merusak Ana semakin memuncak.
Tak jauh berbeda dengan wanita yang lain, mereka pun sama iri nya seperti Lia ketika melihat sosok gadis blasteran itu.
"Dasar jal.ang." Suara bernada sumbang terdengar dari salah satu wanita.
Meski suara itu tak jelas, tapi Ana bisa mendengar ucapan wanita tersebut. Meski begitu, dia hanya diam seolah tak mendengarnya. Tak peduli.
"Kalian semua akan melayani seorang tamu yang sangat istimewa. Jadi jangan pernah kecewakan tamu itu, atau kalian akan bernasib buruk nantinya." Ucap Darwin memperingatkan.
"Kalau aku boleh tahu siapa, Om?" tanya Lia. Karena dia sendiri tidak tahu orang hebat mana yang akan dia layani.
"Aku juga tidak tahu." Jawab Darwin sembari menaikkan bahunya.
"Tapi kalian tenang saja, Pak Hendra menjamin tamu itu akan membuat kalian kaya raya dalam satu malam jika mampu memuaskannya."
Lia tersenyum senang seperti wanita yang lainnya. Sedangkan Loli merasa cemas namun juga senang mendengar perkataan Darwin, karena memang dia butuh uang dalam waktu cepat.
Berbeda dengan Ana. Hatinya begitu geram mengetahui fakta bahwa bukan hanya kakaknya yang bersekongkol menjerumuskannya, tapi atasannya juga memiliki niat buruk padannya.
Tangannya mengepal kuat dengan rasa amarah. Semakin Ana tahu kebusukan mereka, semakin dia ingin membalas semuanya.
"Aku harus berhasil." Batin Ana dengan segala rencana yang ada dalam kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 135 Episodes
Comments