Tugas Terakhir

 

Malam itu Nala segera pergi dari mansion dengan alasan dia mau main ke rumah Aluna. Dia juga meminta izin Alga untuk menginap di rumah Aluna sambil mengerjakan tugas sekolah mereka, walau sebenarnya mereka akan melakukan tugas terakhir ini agar Nala bisa segera berhenti dari pekerjaan nya.

Kalau Nala tidak bantu Aluna. Nala takut nya Aluna akan kalah dan bisa saja dia yang akan terbunuh malam ini. Nala tidak mau sahabat nya terbunuh dari pada hal buruk itu terjadi lebih baik kedua nya berkerja sama untuk tugas ini.

Kalau tugas ini gagal maka Nala tidak bisa berhenti dari pekerjaan nya dia harus melakukan tugas terakhir lagi yang akan di berikan oleh Jino.

Saat ini Nala dan Aluna masih berada di dalam rumah mereka. Kini mereka sibuk menyiapkan beberapa senjata yang akan mereka gunakan untuk membunuh seorang ketua gangster yang cukup terkenal dia memiliki seratus lebih anggota.

"Bawa beberapa pistol dan pisau juga, kita pasti akan terlihat adu otot," ucap Aluna.

Nala segera memasukan semua yang mereka butuhkan kedalam tas masing masing. Nala dan Aluna juga terlihat sudah siap dengan mengenakan pakaian serba hitam dan, topeng untuk milik anggota gangster itu untuk membantu penyamaran mereka agar semakin aman saja.

"Sudah siap?" tana Aluna.

"Sudah."

Nala dan Aluna pun segara keluar dari rumah. Mereka segera masuk kedalam mobil dan di dalam mobil juga ada Kelvin yang terlihat sudah siap dengan pakaian yang sama dengan kedua gadis itu.

"Malam ini target kita hanya satu tapi memiliki banyak tikus. Bunuh saja kalau mengganggu," ucap Nala memberitahu kedua nya.

"Siap!"

Brum!!

............

Kini mereka tiba di belakang depan gedung kosong yang berdekatan dengan bandara tersebut. Kebetulan gedung kosong itu sudah lama tidak di gunakan lagi karna pernah terjadi kebanyakan hebat sampai menewaskan puluhan pedagang.

Kini gedung itu di manfaatkan oleh mereka untuk membunuh ketua gangster itu dari jarak yang menurut mereka aman tidak akan membuat mereka gampang di kepung. Pertarungan mungkin akan terjadi namun mereka semua harus pulang dalam keadaan hidup tidak boleh ada yang mati.

Nala sudah siap dari sisi kanan  gedung di rooftop bersama dengan Aluna uang juga ada disana namun dia dari sisi kiri. Sedangkan Kelvin dia berjaga di lantai satu sebagai radar kalau ada musuh yang datang.

Sedangkan dari sisi depan dan belakang terdapat dua pembunuh bayaran lain bernama F dan S kedua nya memakai inisial saja sebagai nama mereka membuat Nala dan Aluna penasaran sebab inisial itu ada di kelas mereka.

Ucapan Jino waktu itu membuat mereka juga jadi curiga kalau di kelas mereka bukan hanya mereka saja pembunuh bayaran tapi ada banyak namun mereka semua menyimpan rahasia mereka dengan sangat rapi.

"Kenapa nama kalian pakai inisial segala? Kayak tahanan aja," cetus Aluna.

"Diam lah. Lo mau kita semua ketahuan?" kesal F.

"Kita nggak bisa di atas semua seperti ini. Gua akan turun ke lantai 20 gua pantau dari sana, untuk bantu kalian dan dia yang di bawah," ucap S.

"Baiklah hati hati," ucap Nala.

S segera turun ke lantai 20 untuk mencari posisi aman membantu semua rekan nya. Disana mereka semua sudah siap dengan memakai topeng dan, senjata senapan laras panjang yang akan mereka gunakan juga sudah di siapkan tinggal membidik target saja.

"Sepertinya topeng ini tidak terlalu berguna untuk kita?" ucap F karna kali ini mereka tidak jadi menyusup menjadi anggota gangster itu kedalam markas karna terlalu beresiko.

Mereka mengubah rencana dengan menunggu bos gangster itu tiba di bandara, saat bos gangster itu sudah tiba mereka akan segara mulai membunuh target dari gedung kosong itu.

"Wajah bos gangster itu tidak asing," ucap Nala dari balik topeng nya dia seperti pernah melihat wajah itu namun dia lupa.

"Lo yakin?" tanya Aluna.

"Iya. Tapi Nala lupa dia siapa," saut Nala.

"Dasar pikun!" ledek F.

"Woy jaga mulut lo. Kalau ngomong jangan suka benar!" tegur Aluna yang sama saja meledek Nala jatuh nya.

"Kebalik cantik."

"Sorry typo," ujar Aluna.

Nala hanya menghela nafas panjang dia memasukan permen itu kedalam saku nya dia yang kali ini memakan permen itu dan berarti dia juga lah yang harus menjadi pembunuh nya. Karna penglihatan Nala lebih tajam di banding yang lain dia cukup handal dalam membidik target dari gedung yang jarak nya agak jauh dikit dari lokasi target.

Setelah menunggu beberapa menit segerombolan mobil hitam mewah datang ke bandara dengan berjejer rapi, puluhan orang keluar dari semua mobil itu dan berbaris rapi di depan bandara. Sebuah mobil mewah berhenti di depan mereka semua, dan semua orang berpakaian rapi itu langsung tunduk hormat.

Seorang pria dengan stelan jas rapi keluar dari dalam mobil bersama dengan dua orang lain. Puluhan orang yang berjejer rapi itu langsung tunduk pada seorang pria itu dan kedua pria yang berada di sisi kanan dan kiri nya.

"Nala sudah kunci target?" tanya Aluna.

"Sudah," jawab Nala.

"Dia di posisi tengah," ucap F.

"Tidak. Dia ada di sisi kiri," jawab Nala membuat F terkejut karna F yakin pria yang di tengah itu adalah ketua nya, wajah nya juga sama dengan yang di foto.

"Lo yakin nggak salah lihat?" tanya F.

"Iya. Yang di tengah hanya orang bodoh yang menyamar, sedangkan yang sisi kiri adalah ketua, dia memakai pakaian yang sama dengan sisi kanan agar terlihat seperti seorang bawahan," saut Aluna mewakili Nala.

"Dia sengaja menyamar jadi bawahan, tapi sayang nya dia tidak atur posisi dengan baik," ucap Nala.

Pria bawahan di sisi kiri itu memakai topi dan menyamarkan diri nya, namun dengan penglihatan tajam Nala. Nala dapat mengetahui nya dia tidak akan salah membidik target nya dia akan lihat dengan teliti.

Nala mulai menarik pelatuk senapan nya namun tiba tiba saja tertahan dia tidak bisa melakukan nya setelah melihat dengan jelas siapa wajah pria itu. Dia kenal dan dia ingat sekarang.

"Aluna! Lo yang bunuh," tegas Nala.

"Why?"

"Nala kenal dia."

"Shit!"

Dorrr!

Satu tarikan tembakan pun sudah di luncurkan oleh Aluna. Dia membidik kepala target kali ini dan suara peluru yang dia lepas tidak terdengar dengan jelas pasti tidak akan membuat mereka sadar ada peluru yang sedang melesat cepat menembus otak pria bos mereka.

"Malam ini akan menjadi malam duka cita mereka," ucap F.

"Lupakan saja. Dia tidak mati!" saut Aluna kesal.

"Ha?"

"Kita mundur!!!"

"CEPAT!!!"

..............

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!