Pandangan warga desa pada Sheryl dan Daren sudah berubah kembali.
Tidak ada lagi yang mencemooh atau memaki Sheryl. Bahkan puskesmas sudah kembali ramai dikunjungi.
Beberapa bulan lalu bahkan orang-orang lebih memilih membeli obat warung saat sedang sakit, namun sekarang mereka sudah mau kembali berobat di puskesmas.
"Kalau kamu anter aku dulu, kapan sampe ladangnya coba? Tadi bilang ke Pak Budi lima menit tahu," ucap Sheryl cemberut.
"Tidak papa, lagi pula jika aku di pecat kamu masih mau kasih makan kan?" canda Daren menaik-turunkan alisnya.
Jangan lupakan tangan yang mencolek dagu Sheryl agar tidak lagi cemberut.
Benar saja Sheryl tersenyum malu-malu dengan tangan yang memukul pelan lengan Daren.
"Sudah sana masuk, nanti aku jemput." ucap Daren, mereka sudah sampai di halaman puskesmas.
"Kalau kamu lama, aku pulang duluan!" angguk Sheryl di sertai sedikit ancaman.
"Eheheh aku gak akan berani kok," cengir Sheryl. Karena melihat raut wajah suaminya itu berubah datar saat dia mengatakan itu.
"Aku pergi," singkat Daren.
Cup
"Hati-hati. Semangat kerjanya," Sheryl mengecup pipi Daren agar laki-laki itu tidak marah lagi, tapi karena malu dia langsung berlari masuk ke dalam puskesmas.
Beruntung puskesmas masih sepi di jam ini.
Daren tersenyum gemas dengan tingkah Sheryl ini. Namun senyuman itu kian meredup saat langkah kakinya semakin menjauhi pekarangan puskesmas.
Membutuhkan waktu sekitar 5 menit dengan langkah kaki yang cepat milik Daren dan dengan tinggi badan mencapai 190 cm memudahkannya mempercepat laju kedua kakinya. Biasanya orang-orang membutuhkan waktu sekitar 8-10 menit.
"Nah itu dia Pak Daren saudagar," ucap warga yang bekerja di ladang.
"Ikut saya!" perintah saudagar itu.
Daren mengikutinya tanpa banyak bicara. Lagi pula sepertinya ada yang sedang ingin dia cari tahu.
Sesampainya mereka di halaman depan rumah saudagar itu, mereka duduk oh tidak tidak hanya saudagar itu yang duduk sedangkan Daren tetap berdiri.
"Ada yang saya harus tanyakan pada anda." ucap saudagar itu angkuh.
Sedangkan Daren hanya diam membiarkan saudagar itu bicara.
"Apa anda benar tidak mengetahui kenapa helikopter itu bisa terjatuh?" tanya saudagar itu sembari memperhatikan sekitar. Takut ada yang mendengarkan.
"Tidak." jawab Daren singkat.
Mulai takut ternyata, batin Daren dengan seringainya.
"Apa anda tidak ingat kenapa anda dikirim kemari?" tanya saudagar itu lagi.
"Tidak." jawab Daren lagi. Raut wajahnya tidak terlihat emosi lain selain datar.
"Baguslah! Eh.. Tidak maksud saya, kembali bekerja!" angkuh saudagar itu memerintah, takut dirinya yang keceplosan di sadari oleh Daren.
Padahal iya! Daren sudah menangkap ada yang tidak beres. Dan dia sepertinya sudah tahu harus melakukan apa.
"Permisi!" dingin Daren sebelum meninggalkan tempat itu.
"Kalau bukan karena aku membutuhkan ingatanmu itu, sudah ku bunuh kau!" sinis saudagar itu pelan agar tidak terdengar oleh Daren.
Namun ternyata Daren masih mendengar ucapan saudagar itu.
I got it, batin Daren. (saya mendapatkannya)
Daren berjalan terus menuju ladang dan mulai melakukan pekerjaannya.
Sebenarnya tanpa Sheryl dan yang lainnya ketahui Daren tidaklah hilang ingatan.
Dia dengan sengaja melakukan hal itu sejak membuka matanya, karena sebelum helikopter yang dikendalikan oleh pekerjanya jatuh, mereka di serang tepat di desa ini.
Padahal sebenarnya helikopter itu akan mendarat di desa seberang, karena Daren akan memulai proyek baru di sana.
Maka dari itu Daren ingin melakukan penyelidikan sendiri. Dan lagi wajahnya tidak pernah dia tunjukkan langsung pada orang-orang di desa ini, jadi para penyerang itu pasti tidak akan mengetahui siapa dia sebenarnya.
Saat penggerebekan terjadi Daren sengaja mengikuti alurnya agar tidak dicurigai. Jadilah dia mengikuti apa mau warga saat menikahkan paksa mereka berdua.
Tapi tenang saja, Daren memang benar-benar ingin Sheryl menjadi miliknya, jadi dengan hal ini memudahkannya mendapatkan Sheryl seutuhnya.
...----------------...
Pekerjaan di ladang memang hanya dari pagi hingga siang hari, namun jika sedang musim panen maka pekerjaan di ladang akan berlanjut hingga petang.
Daren berjalan menuju puskesmas sesuai dengan perkataannya pagi tadi.
Sebenarnya selama beberapa minggu ke belakang setelah Daren mulai bekerja, dia pasti akan mengantar dan menjemput Sheryl.
Bahkan saat sudah di rumah dia sebenarnya sudah sering melakukan hal tersebut. Daren tidak ingin warga yang masih dalam hasutan itu menyakiti Sheryl.
Tapi tidak setiap waktu dia bisa pergi karena harus mencuri waktu agar bisa mencari data di rumah Tuan Archer.
Apa kalian sudah menyadari keanehan Daren dan juga tiga tetua itu?
Flashback sewaktu di balai desa... [bab 9]
"Duduk!" tegas Archer saat Daren sudah kembali.
"Bagaimana bisa kalian ini mirip sekali. Sudahlah duduk dulu," ucap Kakek Tono tak habis pikir.
"Sudah di kunci pintunya?" tanya Guru besar Basir dengan agak malas.
"Hm!" jawab Daren yang juga malas.
"Baiklah cepat mulai pembicaraannya!" ucap Kakek Tono tidak sabaran. Dikelilingi orang yang irit bicara itu membuat dirinya kesal!
"Kenapa?" tanya Tuan Archer menatap malas Daren.
"Ada yang bermain-main denganku," jawab Daren acuh.
"Dan kau tidak mengabariku? Grandpa mu sendiri?" kesal Tuan Archer mulai cerewet.
Ya Daren adalah cucu dari Archer Danadyaksa. Namanya adalah Daren Abellard Danadyaksa.
"Grandpa tahu sendiri kan?" tatap Daren kesal pada Kakeknya ini.
"Kakek Tono juga sudah pasti mengabari Grandpa!" malas juga dia harus bicara panjang begini.
"Gimana Kakek tidak tahu kalau kamu sendiri yang dengan sengaja meminta agar bisa di temukan oleh para petugas ronda saat itu!" gerutu Kakek Tono kesal.
"Lalu gadis itu bagaimana?" tanya Guru besar Basir yang sudah lelah mendengar perdebatan panjang.
"Aku menyukainya!" kali ini Daren berkata tegas dengan sedikit senyumannya.
Hal itu malah membuat Kakek Tono sedikit bergidik takut. Hey! Langka sekali melihat cucu atasannya ini tersenyum.
"Tidak usah menampilkan wajah seperti itu, Kakek terlihat semakin tua!" cecarnya tanpa rasa bersalah.
"Heh! Awas saja kamu ya!" dengan nafas naik turun Kakek Tono berusaha untuk meredam amarahnya.
"Kau memang cucuku," bangga Tuan Archer yang semakin membuat Kakek Tono naik darah.
"Sudahlah kita harus cepat. Jangan sampai para warga curiga," ucap Guru besar Basir menengahi. Jika tidak maka omelan Kakek Tono akan kembali terdengar. Membuatnya pusing nanti!
"Aku ingin minta tolong padamu untuk mencari tahu latar keluarga dari Dokter Sheryl," pinta Guru besar Basir pada Daren yang diangguki Daren sebagai jawaban.
Flashback off
Kira kira seperti itu obrolan dalam ruangan itu. Padahal niatnya Daren akan mencari tahu latar Sheryl seiring berjalannya waktu, namun ternyata Sheryl lebih dulu menceritakannya saat itu.
Lamunan Daren kala memikirkan akan dengan benar mengenalkan Sheryl dan Kakeknya Tuan Archer buyar kala melihat beberapa pemuda sedang mencoba untuk mendekati istrinya.
"Tolong jangan ganggu saya!" mohon Sheryl ketakutan.
Teror yang datang padanya sewaktu di fitnah dulu memang banyak. Namun yang paling parah adalah gangguan dari para pemuda yang hampir melecehkannya.
Alasan mereka mengganggu, karena berita yang tersebar Sheryl adalah seorang j****g yang suka menjajakan dirinya pada lelaki hidung belang.
Apalagi mereka juga terobsesi pada Sheryl dan tidak peduli akan keselamatan wanita itu.
Beruntung waktu itu Daren datang dan menyelamatkan Sheryl yang sudah pingsan karena syok berat.
Ini juga menjadi salah satu ketakutan yang menjadi trauma dan tanpa sadar Sheryl pendam.
"Mau apa kalian!" dingin Daren dari arah belakang para pemuda itu.
Sheryl yang melihat Daren datang segera berlari dan memeluk suaminya itu.
"Aku takut!" gumam Sheryl.
"Tidak papa, ada aku." bisik Daren pelan namun tatapan matanya menghunus pada para pemuda itu.
"Ka mi hanya ingin meminta ma af Bang." ucap gagap salah satu dari mereka karena takut.
"Tidak perlu!" dingin Daren tak peduli.
"Tapi Bang.." ucap ragu para pemuda itu.
"Bilang saja aku sudah maafkan. Jangan ganggu lagi." ucap Sheryl cepat namun hanya menatap pada Daren.
Daren menghela nafas sebelum mengangguk dan melakukan apa yang Sheryl minta.
"Kalian dengar kan? Sudah pergi!" ucap Daren yang langsung diangguki para pemuda itu.
Bahkan sebelum pergi mereka mengucapkan banyak terima kasih pada keduanya.
"Apa kamu masih mau memelukku? Mereka sudah pergi," goda Daren mencairkan suasana. Tubuh Sheryl terasa gemetar dalam pelukannya.
Genggaman tangan Sheryl pada kausnya itu bukannya di lepas malah semakin erat.
"Stt.. Sudah tidak papa. Kita pulang ya?" bisik Daren mengerti dan tanpa kata mengangkat tubuh Sheryl ke dalam gendongan koalanya.
Satu tangannya mengambil alih tas yang Sheryl bawa dan yang lainnya menahan tubuh Sheryl dengan mudah.
.
.
.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments