Pandangan orang-orang di desa pada Dokter muda dari kota yang tidak hanya pintar namun juga memiliki paras yang cantik, membuat banyak dari mereka yang sering memuji Sheryl.
Tidak jarang ada orang tua yang meminang Sheryl untuk dijadikan menantunya.
Jawaban Sheryl pada para orang tua itu hanya tersenyum maklum dan tidak menanggapi lebih jauh.
Bahkan ada yang sengaja mengajak putranya ke puskesmas hanya untuk di perlihatkan pada Sheryl.
Terkadang para staff yang lain dengan sengaja "mengusir" orang-orang yang tidak berkepentingan itu.
Tapi dibalik itu semua ada banyak yang merasa tersaingi dengan adanya Sheryl di desa mereka.
Terutama para gadis di desa yanng sering mendapat perbandingan soal kecantikan dan juga kepintaran mereka, oleh para lelaki yang mereka sukai.
Tanpa sadar para orang tua gadis-gadis di desa juga membandingkan anaknya sendiri, karena rata-rata para gadis di sini bersekolah sampai lulus sekolah menengah atas. Jarang ada yang melanjutkan pendidikan mereka.
Mereka lebih memilih langsung menikah dengan pria pujaan hatinya masing-masing.
Tak terkecuali seorang gadis yang sejak dulu menjadi kembang desa. Apalagi orang tuanya adalah Kepala desa yang pasti dikenal masyarakat desa.
Tapi semenjak kedatangan Sheryl dirinya merasa tersingkirkan.
Gadis bernama Eti Watini itu selalu merasa kesal pada Sheryl hanya karena dia adalah seorang dokter dan tambahannya cantik, padahal menurut Eti yang paling cantik di desa ini tetaplah dirinya.
"Gara-gara dokter buluk itu aku jadi harus mendengarkan Bapak memujinya terus! Padahal aku juga cantik dan pintar! Bikin kesel aja!" cerocos Eti pada dua orang temannya. Rika dan Rani.
"Bener tuh! Belum lagi Bang Sabar juga jadi ngomongin dia terus. Padahal bentar lagi kita mau nikah," ucap Rika menimpali.
"Nah iya! Bang Supri juga kalau ketemu yang di obrolinnya selalu dokter itu. Kita kan baru aja tunangan." curhat Rani juga.
"Kalian masih meding. Masa Bang Adam juga bukannya jadi lamar aku malah mau lamar cewek kegatelan!" emosi Eti.
"Gak bisa dibiarin ini mah! Kita harus cari cara supaya cewek gatel itu di usir dari desa!" lanjut Eti yang sudah sangat benci dan iri pada Sheryl.
Mereka berteman sudah sejak kecil. Orang tua mereka adalah orang-orang yang cukup berpengaruh di desa ini. Paras mereka juga lebih ayu di bandingkan teman-teman sebaya lainnya.
Sejak dulu mereka selalu dipuji oleh para warga karena paras nya. Belum lagi karena kekuasaan orang tua mereka, mereka jadi pribadi yang sombong dan sering menyalahgunakan kekuasaan.
"Aku tahu! Kalian ingat kan dengan korban kecelakaan yang selamat? Kita bisa menjadikan itu senjata untuk menjatuhkan cewek itu. Syukur-syukur dia bakal di tendang dari desa!" ucap Eti dengan semangat membara.
"Kalau engga paling di suruh nikah sama korban yang kayaknya sudah tua dan jelek, makannya gak pernah keluar dari puskesmas kan." tambah Eti.
"Rasain!!" ucap mereka berbarengan lalu tertawa jahat.
......................
"Benar kan?! Seharusnya kita tidak terlalu mempercayai ucapan dokter itu! Bisa saja itu akal-akalannya agar dia bisa menggoda pria itu kan!!" ucap Eti yang sedang memulai aksinya di warung.
Biasanya para Ibu-Ibu dan beberapa gadis desa berkumpul di warung pada siang atau sore hari.
Tentu saja alasannya untuk saling bergosip atau curhat masalah kehidupannya di rumah atau juga saling memamerkan apa yang sudah mereka dapatkan.
"Tapi masa sih Dokter cantik begitu?" ucap salah satu Ibu-Ibu di sana merasa tidak percaya.
"Iya loh. Dokter cantikkan baik, gak mungkin dong mempunyai niat buruk begitu," ucap Ibu lainnya yang juga masih tidak percaya.
Eti masih tidak menyerah dia mulai kembali menghasut mereka agar mempercayainya.
"Duh Bu ibu semua. Di zaman sekarang mana ada yang mau merawat orang secara cuma-cuma coba? Apalagi kemarin kan dia sendiri yang bilang bakal lanjutin pengobatan tanpa mengambil uang donasi dari para saudagar. Mana ada orang yang bakal lakuin itu." jelas Eti sangat meyakinkan.
Tatapan para Ibu-Ibu mengisyaratkan akan pemikiran mereka yang mengiyakan ucapan dari Eti ini.
Karena memang kemarin setelah banyaknya protes yang tidak diketahui warga lain, Sheryl membuat pengumuman bahwa dia sendiri yang akan mengeluarkan biaya untuk merawat korban.
Para saudagar yang mendengarnya tentu saja merasa senang karena uangnya akan aman mulai saat itu. Sedangkan warga lain berpikir korban sudah mulai membaik dan akan kembali ke kota.
"Coba saja lihat dalam beberapa hari ke depan apakah korban yang selamat itu akan kembali ke kota atau malah masih berada di puskesmas," tambah Eti supaya lebih meyakinkan.
Dari cerita Bapaknya yang sudah pernah bertanya pada Sheryl, kondisi dari korban masih memerlukan perawatan sekitar kurang lebih dua minggu ke depan. Jadi sudah pasti rencananya ini akan berjalan mulus.
Lagi pula pasti orang yang di tolong itu adalah lelaki paru baya dengan perut buncit dan sudah buruk rupa karena terbentur sesuatu, pikir Eti sembari tertawa jahat dalam hatinya.
"Kita harus mempunyai pikiran yang lebih maju juga agar tidak mudah dibo**hi oleh orang kota sepertinya!! Jangan sampai kita terkna imbasnya nanti." ucap Eti sebelum benar-benar pergi meninggalkan kerumunan bersama dengan kedua temannya.
Tentu saja hal itu menjadi bahan perbincangan lanjutan para Ibu-Ibu. Ada yang langsung terhasut dan ada juga yang masih meragukan ucapan Eti dan teman-temannya.
"Tapi ucapan Eti ada benernya juga sih. Walaupun kita tinggal di desa tapi kita juga gak bo**-bo** amat. Kemarin emang dokter bilang akan menanggung sendiri biaya korban itu kan?" ucap satu Ibu-Ibu yang sepertinya sudah terhasut.
"Memang iya sih. Tap saya masih belum percaya ah." ucap Ibu lainnya.
"Kita juga kan belum tahu kejadian yang benernya," ucap Yang lainnya mencoba menepis hasutan dari Eti.
"Sudah sudah. Lebih baik kalian pulang, sudah mau senja. Warung juga mau tutup dulu." ucap pemilik warung yang juga sebenarnya masih ragu.
Mereka mulai membubarkan diri menuju rumah masing-masing.
Tidak jarang dalam perjalanan menuju rumah mereka masih membicarakan hal itu dan membuat bertambah banyak yang mendengarkan dan ingin tahu gosip terhangat itu.
Bahkan para Bapak-Bapak yang begadang untuk ronda keliling pun membicarakan gosip itu dengan menambah asumsi lain.
Sampai tanpa sadar sudah sebagian desa tahu tentang berita yang masih belum jelas kebenarannya itu.
.
.
.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments