TYMK 12

Seketika tangisan Sheryl tertahan. Dengan cepat Sheryl menghapus air matanya dan mencoba untuk terlihat baik-baik saja.

Mata Sheryl melihat ada noda darah di sekitar luka tubuh Daren. Membuat Sheryl segera beranjak dan mengambil peralatan.

"Khm hm... Lebih baik kamu tiduran," ucap Sheryl berdehem sebentar agar menetralkan suaranya.

Daren tanpa mengatakan apapun, langsung menuruti apa yang Sheryl katakan.

Sheryl yang masih memikirkan masalah tadi, dipaksa harus kembali fokus agar bisa mengobati Daren dengan baik.

Beberapa kali Sheryl mengatur nafas demi menahan rasa sesak di dada dan juga gerakan tangannya yang gemetar.

Beberapa kali bahkan Sheryl tidak sengaja menekan luka terlalu kuat karena darah akan mengalir keluar, namun Daren sama sekali tidak meringis atau terlihat kesakitan.

"Su dah. M maaf jika aku tidak sadar terlalu menekan lukanya," ucap Sheryl terbata-bata.

Sheryl membereskan semua barang dengan tangan yang gemetaran dan isakkan yang sengaja dia tahan.

Grab...

Tanpa banyak kata Daren membawa tubuh Sheryl ke dalam dekap hangatnya.

"Tidak usah menahannya. Menangislah," bisik Daren lalu mengecup pucuk kepala Sheryl yang membuat Sheryl meluapkan tangisnya seketika.

"Hiks hiks ke napa hiks semua terjadi seperti ini. Apa hiks salahku hiks hiks," gumam Sheryl di tengah derai air mata juga isak tangis yang kuat.

"Ayah hiks hiks Bunda hiks Adel tidak mau seperti ini terus hiks kenapa semua orang jahat pada Adel hiks hiks" Sheryl terus bergumam disertai isak tangisnya.

Daren hanya terus mendengarkan, tidak menanggapi apapun sekarang. Belum saatnya dia berbicara.

Tangannya dia usapkan pada punggung ramping gadis yang sudah sah menjadi istrinya ini, walau tangan Sheryl tergeletak lemah di samping kanan dan kirinya.

Cukup lama Daren memeluk tubuh Sheryl yang semakin lama semakin melemah dengan helaan nafas teratur serta isakkan yang sesekali masih terdengar.

Sheryl tertidur karena sudah lelah menangis dan juga sepertinya dia sangat nyaman berada dalam pelukkan seseorang yang sudah menjadi suaminya ini.

"Hari ini aku akn membiarkanmu menangis. Tapi lain kali aku tidak ingin melihat dan mendengarmu menangis, kecuali jika itu tangis bahagia." bisik Daren sebelum mengangkat Sheryl agar bisa tidur bersamanya di atas ranjang pasien.

......................

Pagi ini matahari sudah menampakkan sinarnya. Tidak biasanya Sheryl terlelap pulas seperti sekarang.

Padahal biasanya tidur jam berapapun Sheryl akan tetap bangun di waktu subuh.

Entah karena faktor kelelahan menangis atau karena ada seseorang yang selalu mendekap erat tubuhnya sejak semalam.

Daren sendiri sudah membuka matanya sejak matahari belum menampakkan sinarnya.

Namun yang di lakukan laki-laki itu sedari tadi hanya diam memandangi wanita dalam pelukannya.

Daren sebelumnya sudah berbicara langsung pada para staff agar tidak mengganggu Sheryl untuk sementara ini. Agar Sheryl bisa menenangkan dirinya terlebih dahulu.

Flashback on

"Bagaimana keadaan Adek ya?! Siapa yang sudah menyebar berita itu. Harusnya kemarin aku tinggal juga di puskesmas bantu Adek." gumam Bu Inah khawatir akan kondisi Sheryl.

Bagaimana tidak khawatir, para staff baru mengetahui beritanya tadi pagi saat sedang bersiap untuk pergi ke puskesmas.

"Ibu sudah bertemu Adek?!" tanya Ningsih yang sama khawatirnya.

"Aku tahu kamu khawatir Ning. Tapi ingat kandunganmu!" tegas Tito karena tadi istrinya itu berlari kecil mengejar Bu Inah.

"Iya maaf," sesal Ningsih, lalu kembali menatap ke arah Bu Inah.

"Ibu juga baru dateng Ning," balas Bu Inah.

"Bagaimana awalnya sih Bu, Ning," Bidan Marni yang baru datang bersama Pak Doni juga langsung bertanya.

Lingkup dalam puskesmas ini memang saling bersangkutan. Seperti halnya Ningsih dan Tito, Bidan Marni dan juga Pak Doni adalah pasangan suami istri.

Belum sempat Bu Inah menjawab kembali pertanyaan dari Bidan Marni, pintu puskesmas terbuka dan menampilkan wajah bak pangeran negeri dongeng yang sedikit familiar dengan orang yang mereka kenal. Tapi mereka juga tidak bisa memastikan siapa orang itu.

"Perkenalkan saya Daren. Bisa kita bicara sebentar?" ucap Daren tanpa basa basi.

"Tapi tolong jangan terlalu berisik. Biarkan Dokter Sheryl istirahat." ucapnya lagi sebelum duduk diikuti kelima orang staff lain.

Mereka duduk di bagian depan puskesmas, tempat para warga mendaftar dan mengurus administrasi.

Kelima orang staff itu juga, entah kenapa langsung mengikuti Daren tanpa banyak bertanya.

Mereka semakin merasa orang di hadapannya ini persis seperti seseorang yang mempunyai aura kepemimpinan begitu kuat dan tak terbantahkan.

Daren menghela nafas dan berusaha agar bisa memberikan pengertian pada kelimanya dengan jelas tanpa perlu menjelaskan berulang-ulang.

"Sepertinya berita itu sudah sampai pada telinga kalian. Malam tadi para warga khususnya yang laki-laki datang dan langsung memasuki ruang rawat. Saat itu Saya baru saja di antar Dokter Sheryl ke kamar kecil, tapi kami berdua terpeleset dan mereka yang melihat langsung membawa kami pergi."

"Di balai desa kami menceritakan hal itu pada mereka yang di sebut sebagai tetua desa, juga Kepala desa. Mereka menjelaskan bahwa para warga mencurigai Dokter Sheryl karena ada berita yang tersebar sejak siang kemarin."

"Dari yang saya dengar, mereka bilang bahwa Dokter Sheryl adalah seorang wanita pe******. Alasannya karena Dokter Sheryl merawat saya sendiri selama beberapa minggu ini."

"Mereka juga bilang jika Dokter Sheryl sengaja membuat pengumuman agar tidak ada yang memberikan sumbangan berupa uang tunai lagi untuk membantu pengobatan saya dan perkataan Dokter Sheryl mengenai saya yang masih dalam perawatan itu adalah bohong. Karena sebenarnya Dokter Sheryl sedang me****** saya dan mendapatkan uang tambahan dari sana."

"Tentu kalian pasti lebih mengetahui kebenarannya seperti apa. Jadi para tetua memutuskan agar kami dinikahkan saja."

"Dan ya, kami adalah pasangan sekarang yang sah dimata agama. Pernikahan ini memang bukanlah keinginan kami berdua, namun saya pastikan tidak akan pernah melepaskan wanita yang sudah menjadi milik saya. Untuk dokumen negara dan juga pesta pernikahan, mungkin akan menyusul nanti saat ingatan saya sudah pulih."

"Untuk saat ini, saya meminta izin agar istri saya bisa beristirahat sementara. Tolong jangan ganggu dia dulu. Jika keadaan mendesak baru kalian bisa memanggilnya," jelas Daren lugas tanpa ada yang memotong ucapannya.

Kelima staff ini dengan serius mendengarkan, seolah terhipnotis dan alam bawah sadar mereka mengatakan agar tidak ada yang memotong ucapan pria dihadapan mereka ini.

Siapa orang ini sebenarnya? Mengapa aura kepemimpinannya begitu kuat?, batin Tito

Orang sehebat ini memang pantas untuk Adek, batin Ningsih.

Apa dia sebenarnya seorang pemimpin negara?, batin Bidan Marni.

Latar belakangnya kuat, batin Pak Doni.

Entah kenapa aku percaya dengan anak muda ini. Semoga Adek menemukan kebahagiaan sejatinya bersama orang ini, batin Bu Inah.

"Ekhm.. Kami mengerti. Adek memang memerlukan istirahat sementara ini. Kami juga percayakan Adik kami pada anda." ucap Pak Doni mewakili yang lainnya.

"Terima kasih banyak. Saya permisi kembali," angguk Daren sebelum berpamitan singkat.

Semua staff hanya menganggukkan kepala tanpa berniat bertanya lebih jauh.

Menurut mereka penjelasan Daren sudah cukup menutupi rasa penasaran dan kekhawatiran mereka pada kondisi Sheryl.

"Adek pantas mendapatkan orang sepertinya," celetuk Ningsih.

"Aku juga yakin Adek akan bahagia bersama orang itu," tambah Bidan Marni.

"Kita doakan yang terbaik bagi mereka saja," ucap Bu Inah diangguki yang lainnya.

"Kita mulai bekerja. Sepertinya hari ini ada kemungkinan para warga enggan datang ke puskesmas, tapi kita tetap harus berjaga. Sementara Ningsih yang akan memeriksa pasien. Bagaimana Ning? Bersedia?" ucap Pak Doni.

"Tentu. Saya yang handle sementara, selama Adek libur." angguk Ningsih tak keberatan.

"Jangan sampai kelelahan saja." tegas Tito yang Ningsih angguki sembari berkata 'iya'.

Flashback off

.

.

.

Tbc...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!