TYMK 15

Terhitung sudah 10 hari sejak kejadian dimana Daren turun tangan untuk menangani pasien.

Baik Ningsih maupun Sheryl tidak pernah membahas tentang Daren yang kemarin sudah menolong Pak Budi layaknya seorang dokter.

Seolah waktu yang tidak membiarkan mereka untuk mengingat kejadian kemarin.

"Hari ini sudah boleh pulang ya Pak. Tapi setiap 3 atau 4 hari kembali lagi ke sini untuk mengganti perban dan di lihat perkembangannya. Kalau hasilnya baik benang jahitnya sudah bisa di lepas." Sheryl menjelaskan pada Pak Budi dan juga istrinya sebelum pergi dari ruang rawat.

"Baik Bu Dokter. Terima kasih banyak," ucap istri dari Pak Budi.

Pak Budi sendiri mengurungkan niatnya untuk menyakiti Sheryl.

Pak Budi bersyukur masih di beri kehidupan, jika Dokter Sheryl tidak menolongnya mungkin sekarang dirinya sudah tidak bernyawa.

Padahal Pak Budi sudah sering berniat jahat. Bahkan kemarin Pak Budi orang yang paling keras menyuarakan agar Sheryl diusir.

Syukurlah satu per satu orang yang mempunyai rasa iri pada Sheryl sudah mulai melupakan rasa iri mereka.

Tapi tentu saja bagi penyebar berita dan para gadis yang sangat iri, mereka lebih sulit dihadapi!

................

Hari ini Daren juga sudah bisa pulang. Luka-lukanya sudah bisa di rawat jalan, karena sudah mulai mengering dan jahitannya sudah di lepas beberapa hari sebelumnya.

"Kamu jangan bandel dong! Di bilang jangan banyak gerak juga. Nanti kalau lukanya basah terus gimana!?" omel Sheryl dengan raut wajah garang, tapi dimata Daren raut wajah Sheryl yang seperti sekarang ini terlihat menggemaskan.

Namanya juga orang lagi dimabuk asmara yakan..

"Kamu denger aku gak!?" kesal Sheryl karena Daren malah tersenyum. Aneh kan!

"Kenapa sih, hm?" ucap Daren lembut sembari menangkup kedua pipi Sheryl.

"Kenapa sih? Kenapa sih?" ulang Sheryl dengan nada mengejeknya.

"Aaaa.. Lepas!" teriak kecil Sheryl karena Daren malah memainkan pipinya. Sedangkan pelaku hanya tertawa.

"Sudah dong, jangan marah-marah. Aku juga hanya merapikan sedikit barang. Bahkan semua itu tidak beras sama sekali," jelas Daren lembut selembut kain.

"ya tapi tetep aja tahu," cemberut Sheryl merajuk.

"Oke Sayang, nanti lagi aku tidak akan melakukannya. Bagaimana? Masih kesal?" bujuk Daren.

"Hm." dehem Sheryl sebagai jawaban.

Padahal sudah lebih dari 7 hari mereka menjadi pasangan yang sah dimata agama, tapi tetap saja Sheryl merasa malu saat Daren memanggilnya dengan kata-kata Sayang.

Daren yang melihat hanya terkekeh kecil, tingkah Sheryl yang malu-malu lebih menggemaskan lagi.

"Jam praktek sudah selesai kan? Mau jalan sekarang?" tanya Daren mengalihkan agar Sheryl mau menatapnya.

"Udah. Tapi ...," angguk Sheryl, benar saja Sheryl menatapnya hanya saja tatapan itu menyiratkan kegelisahan.

"Tidak papa, ada aku kan? Ingat kamu tidak sendiri sekarang. Tolong biarkan aku menjadi perisaimu." seolah bisa membaca pikiran Sheryl, Daren mengatakan hal ini agar menenangkan hati Sheryl.

Bukankah sering ada ungkapan yang mengatakan 'jadikanlah pasanganmu sebagai penenang hatimu'.

Sheryl mengangguk dan memeluk Daren erat agar suasana hatinya kembali membaik.

Sejak mereka bersama dan selalu saling mendekap saat tidur, Sheryl rasa emosinya lebih stabil saat sudah memeluk Daren.

Bagai obat yang tidak perlu menggunakan kapsul, tablet atau bahkan cairan lainnya. Ketenangannya bisa Sheryl dapatkan saat berada di dekat Daren dan memeluknya seperti ini.

"Kamu tahu gak? Kayanya kamu itu obat tanpa harus di minum! Soalnya kalau udah meluk kamu, semua rasa takut, gelisah atau gak nyaman langsung ilang.. Wushh kaya di tepuk angin." curhat Sheryl dengan raut wajah seperti anak kecil yang sedang mengadu.

Daren terkekeh kecil, ada ada saja kelakuan istrinya ini.

"Kalau gitu kamu bisa peluk aku sekuat mungkin agar semua rasa khawatir itu menghilang. Jangan pernah ragu untuk datang dan langsung memelukku!" tegas Daren syarat akan peringatan.

Sheryl mengangguk-anggukkan kepala, merasa terharu dengan ketulusan pria di hadapannya ini.

Daren mengecup lama kening Sheryl dengan sama-sama menutup mata meresapi perasaan satu sama lain.

Tok.. Tok.. Tok..

Kedua mata yang terpejam itu kembali terbuka dan saling menatap sebelum akhirnya suara tawa kecil keluar dari bibir keduanya.

"Buka dulu pintunya," pinta Daren pada Sheryl yang dianggukinya sebelum berjalan menuju pintu.

Ceklek..

"Udah mau pulang Dek?" tanya langsung Ningsih saat Sheryl membuka pintu.

"Iya Mbak. Kenapa ya?" angguk Sheryl dan kembali bertanya dengan kening mengkerut.

Dalam hatinya Sheryl berdoa agar tidak ada suatu keadaan yang serius.

"Enggak kok. Ini Mbak tadi dititipi hasil kebun dari istrinya Pak Budi, katanya sebagai ucapan terima kasih." ucap Ningsih sembari menunjuk beberapa keresek sayur dan hasil kebun lain dekat pintu ruang praktek dokter.

"Loh kok sampai repot gini sih? Banyak banget loh ini Mbak," ucap Sheryl yang mendekat ke arah keresek-keresek itu di simpan.

"Ini aku ambil satu aja deh, sisanya tolong bagiin ke yang lainnya aja ya Mbak." tambah Sheryl.

"Kok cuma 1? Kan sekarang udah tinggal berdua," ucap Ningsih diselingi godaan.

Sejak mengetahui hubungan kedua pasutri baru, para staff sering kali menggoda Sheryl.

Berbeda jika dengan Daren mereka merasa segan. Semakin hari aura yang Daren keluarkan semakin kuat. Tidak bisa mereka jabarkan.

Tapi saat mereka melihat perlakuan Daren pada Sheryl, mereka sangat yakin Sheryl akan bahagia.

Lihat saja wajah cantik itu yang selalu mengeluarkan senyum lebar.

Bahkan jika bisa di gambarkan, sudah ada bunga-bunga dan kupu-kupu yang berterbangan di sekitar wajah wanita itu.

"Mbak!! Ngeselin deh," garang Sheryl menutupi rasa malunya.

"Hahaha, iya iya maaf. Bawa satu keresek lagi aja. Nanti sisanya baru di bagiin. Masih banyak juga kok ini," ucap Ningsih sembari tertawa melihat tingkah pengantin baru ini.

"Iya. Ya udah aku sama Kak Daren pulang dulu ya. Udah hampir 2 minggu rumah belum di bersihin, hehe." ucap Sheryl terkekeh kecil.

"Oke. Hati-hati ya, kalau perlu bantuan kasih tau!" peringat Ningsih yang diangguki Sheryl karena sudah berjalan kembali menuju ruangan untuk memanggil Daren.

Baru setelahnya mereka pulang ke rumah yang ditempati Sheryl selama di desa.

......................

"Kan aku udah bilang, aku aja yang bawa ransel sama barang lainnya. Kamu baru sembuh udah banyak tingkah perasaan! Kalau sakit lagi gimana," gerutu Sheryl sepanjang jalan.

Daren memang tidak membiarkan Sheryl membawa barang dari puskesmas, karena memang barangnya hanya sedikit dan masih bisa dia bawa sendiri.

"Aku punya dokter pribadi kan! Jadi kalau sakit sudah ada yang rawat." balas Daren di selingi candaan agar Sheryl tidak merasa kesal.

Daren tahu Sheryl hanya khawatir padanya, tapi di sisi lain dia juga tidak akan tega jika Sheryl harus berjalan dengan membawa barang.

Belum lagi bisa dia pastikan jarak puskesmas dan rumah yang Sheryl tempati tidaklah dekat.

"Dasar perempuan j*****, udah di nikahin malah jalan sama pria lain!" sinis Eti yang entah kebetulan atau tidak sedang berjalan ke arahnya.

"Mas ganteng kok mau sih sama modelan kek dia!?" ucap Eti yang nada bicaranya berubah, dari manis kembali ke sinis saat menatap Sheryl.

Dari kejauhan Eti memang sudah memperhatikan Sheryl. Melihat ada pria tampan dengan tubuh kekar yang bahkan dilihat dari luar baju saja sudah dapat dipastikan betapa tegap dan kekarnya tubuh itu.

Tentu saja Eti tidak terima karena Sheryl bisa bersama pria setampan ini. Pokoknya dia harus jadi milikku! Batin Eti.

Bahkan kedua teman Eti saja mengagumi wajah Daren, walau raut wajah itu terlihat sangat dingin dan datar.

"LIHAT NIH IBU IBU. PEREMPUAN INI MEMANG M******!!! PADAHAL KEMARIN UDAH DI NIKAHIN SAMA SIMPANANNYA, TAPI SEKARANG MALAH BAWA GANDENGAN BARU!!!" teriak Eti keras karena memang mereka mendekati perkampungan dan juga pasar kecil di desa.

Tanda jika mereka sudah dekat dengan rumah adalah ada banyak penjual layaknya pasar di dekat sawah dan kebun, ada juga beberapa warung dengan jarak yang berada di tengah-tengah antara pasar dan pemukiman.

Sheryl sekuat tenaga menahan tangis dengan mengepalkan tangannya erat.

Darena tentu memperhatikan Sheryl, sedari awal datangnya tiga gadis desa di depannya, Daren tidak mengalihkan tatapan dari Sheryl.

Ih kan bener

Jauhi saja dia

Semakin malas jika harus berobat!

Lebih baik membeli obat warung sajalah!

Wanita tidak benar!

Eti yang mendengar diam-diam tersenyum sinis karena berhasil membuat para warga tersulut emosi. Terutama para Ibu-Ibu.

Daren yang saat itu ingin membalas, ditahan oleh Sheryl dengan gelengan kepalanya.

"Jangan." ucap Sheryl tanpa suara.

Akhirnya mereka kembali berjalan tanpa memperdulikan gunjingan para warga.

.

.

.

Tbc...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!