Kehidupan terus berjalan, sudah sekitar satu bulan lamanya Sheryl berstatus sebagai istri dari Daren.
Banyak hal yang berubah terutama sudut warga padanya. Beberapa warga juga masih tidak ingin diobati di puskesmas karena takut terkena nasib buruk.
Sudah hampir satu bulan pula sejak kejadian dimana Daren dan Sheryl kembali pulang ke rumah, hal ini cukup membuat Sheryl tertekan.
Bagaimana tidak, niatnya yang diam agar tidak menambah masalah, malah dianggap pembenaran semua berita yang tersebar.
Awalnya Sheryl pikir seluruh warga sudah mengetahui pernikahannya. Tapi melihat respon warga kemarin, sepertinya dia tidak yakin.
Faktanya memang benar seluruh warga tahu mengenai pernikahannya dari para warga yang ikut.
Tapi kebanyakan dari mereka tidak tahu siapa orang yang menjadi pasangannya itu.
"Huft," lesu Sheryl ketika baru sampai di rumah.
Pagi tadi seperti biasa Sheryl berangkat menuju puskesmas, namun perlakuan warga semakin hari semakin memburuk.
Tadi saja di puskesmas ada yang sengaja datang untuk mengacak acak ruang prakteknya sembari mencaci-maki dirinya.
Jadilah para staff lain menyarankan agar dirinya pulang saja.
Dia dengan lemas menundukkan kepala di atas meja makan sederhana yang ada di rumah ini.
Tempat tinggal Sheryl memiliki 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang tamu, dapur dengan kompor minyak, ruang belakang untuk memasak menggunakan tungku kayu, dan tempat untuk menjemur.
...(denah by me)...
Kurang lebih denah rumahnya seperti di atas ya.
Tiga minggu yang lalu para staff puskesmas berdiskusi, karena semakin hari beberapa warga berusaha untuk mencelakai Sheryl saat akan pergi atau pulang dari puskesmas.
Hasil diskusi itu, mereka bergotong-royong untuk merubah kamar depan rumah yang Sheryl gunakan, sebagai tempat praktek dokter.
Sebenarnya rencana ini sudah ada sejak Sheryl datang. Agar memudahkan para warga yang sakit saat di luar jam kerja puskesmas mendapatkan perawatan.
Tapi jika mereka membuatnya dulu, keselamatan Sheryl juga tidak bisa mereka jamin. Dulu Sheryl hanya tinggal seorang diri di rumah itu.
Apalagi dulu di puskesmas saja, banyak pemuda maupun lelaki hidung belang sengaja menggoda Sheryl.
Sekarang karena sudah ada Daren yang akan menjaga Sheryl, mereka mengusulkan hal itu dan di respon dengan baik oleh keduanya.
"Ada apa lagi hari ini?" tanya Daren lembut. Tangannya mengusap pelan pucuk kepala Sheryl.
Daren baru saja keluar dari dalam kamar, niatnya akan membuat makan siang untuk mereka berdua nanti tapi dirinya malah melihat Sheryl yang sedang menundukkan kepalanya di meja makan.
Bukan tanpa alasan Daren bertanya seperti itu, dalam waktu satu bulan ini banyak kejadian yang menimpa keduanya.
Dari mulai hinaan terus menerus, hingga mengarah kepada kekerasan fisik.
Terakhir ada seorang Ibu-Ibu yang menampar wajah Sheryl tiba-tiba, saat di tanya alasannya Ibu itu menjawab tidak suka dengan wajah munafik Sheryl.
Sheryl hanya menggelengkan kepalanya lemah, belum mau berbicara.
Daren menghela nafas pelan. Sheryl memang belum sepenuhnya terbuka pada Daren.
Daren menyadari hal itu. Daren mengerti, mungkin Sheryl masih membutuhkan waktu agar mempercayai dia sepenuhnya.
Memang Sheryl sudah menceritakan tentang kehidupannya dulu, tapi bukan berarti Sheryl sudah mempercayainya kan?
"Tidak mau cerita? Hm," tanya Daren sekali lagi tanpa memaksa.
Sheryl mulai mengangkat kepalanya dan menatap Daren sebentar sebelum dengan tiba-tiba memeluk erat perut eightpack Daren.
"Nanti aja," gumam Sheryl lesu.
Bukankah sudah Sheryl katakan jika memeluk Daren adalah solusi dari semua rasa gelisah yang menghampirinya.
Daren terkekeh kecil melihat tingkah Sheryl yang seperti ini. Wanita yang selalu berusaha kuat dan menerima semua perlakuan buruk ini, di depan dirinya berubah menjadi wanita yang membutuhkan sandaran dan perlindungan.
"Oke nanti! Siang ini mau makan siang dengan apa?" angguk Daren meminta dengan tegas, lalu bertanya untuk mengalihkan perhatian Sheryl.
"Kemarin kan ada daging sapi, gimana kalau kita buat steak lokal." pancing Daren karena Sheryl masih memeluknya dan menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaannya.
Benar saja mendengar makanan yang memang menjadi kesukaannya setelah dia memiliki uang sendiri, Sheryl mengangkat wajahnya dan menatap Daren dengan binaran matanya.
Tapi binaran itu berubah menjadi mata yang memicing curiga. Dari mana orang di depannya ini tahu makanan itu? Tidak ada yang pernah menyebut nama makanan itu kan! Batin Sheryl curiga.
"Ponsel kamu. Sewaktu di puskesmas aku pernah melihat foto dengan label di atas makanan itu bertuliskan Steak&Potato's LLARDHouse, itu daging sapi yang di bakar kan? Aku hanya menebak saja nama makanannya," seolah tahu tatapan curiga dan juga isi hati Sheryl, Daren langsung menimpali.
Dalam hatinya Daren sedikit khawatir Sheryl tidak mempercayainya.
intermezo..
Dikutip dari halodoc.com, amnesia tidak akan menurunkan kecerdasan, kemampuan berbahasa, perilaku dan keterampilan seseorang.
Jadi di sini Sheryl tidak terlalu mencurigai kecerdasan, perilaku dan keterampilan Daren. Tapi Sheryl juga sedikit terlupakan dengan hal yang pernah Daren lakukan karena adanya masalah baru.
oke back to topik..
"Oh waktu itu kamu pernah pinjem ponselku ya? Oke! Kita masak itu aja. Tapi aku gak terlalu bisa bikinnya, biasanya langsung beli. Kalau bikin sendiri kurang pas aja gitu rasanya," nah sekarang Sheryl sudah kembali banyak bicara, itu berarti usaha Daren membuat suasana hati Sheryl membaik berhasil!
Apalagi Sheryl juga ternyata mempercayai ucapannya, walau dalam hati Daren meringis karena sekali lagi dia berbohong.
"Percayakan saja padaku! Siapa tahu dulu aku ini seorang chef kan, haha," canda Daren yang semakin membuat suasana hati Sheryl membaik.
"Hahaha iya deh, semoga aja bener ya," tawa Sheryl menanggapi candaan Daren.
Bahagia mereka ternyata sesederhana ini!
.
.
.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments