Tetua yang ikut datang membantu mengangkat tubuh Sheryl yang menegang dan memapahnya keluar sembari melirik Daren yang juga meliriknya.
Daren pun diangkat oleh beberapa orang warga dan membawanya menuju balai desa.
Nah kan benar!
Lihat mereka keluar!
Apa yang habis mereka lakukan tadi?!
Usir saja mereka!!!
Jangan biarkan mereka mengotori desa ini!!!
Masih banyak lagi teriakan yang terdengar saat keduanya sedang di bawa keluar dari dalam puskesmas. Bahkan orang-orang yang membawa mereka masih belum berbicara, tapi teriakan para warga sudah menggema dengan keras.
Mereka bahkan terus berteriak sampai memasuki ruang pertemuan di desa.
"DIAM!" teriak Guru besar Basir yang membuat keributan seketika hening.
"SEMUANYA TENANG! Jika kalian tidak bisa tenang. Lebih baik pulang!" sambung tetua Masrin.
Suasana yang sudah hening membuat para tetua dan Kepala desa memasuki salah satu ruangan di dalam balai desa. Sedangkan para warga menunggu di aula besar.
"Jadi?" ucap datar salah satu tetua yang jarang bicara, paling di segani para warga, karena sedari dulu beliau yang lebih banyak memberi kontribusi pada kemakmuran desa. Beliau yang membawa Sheryl tadi. Archer Danadyaksa.
Dahulu Archer yang sudah membangun bisnis sedari muda, memutuskan pensiun muda karena sang istri ingin menetap di desa tempat tinggalnya dulu.
Pada saat itu ternyata istrinya mengidap penyakit mematikan dan menyembunyikan semua itu dari Archer sampai akhirnya menutup mata untuk selamanya.
Dulu fasilitas puskesmas bahkan tidak dimiliki desa. Hanya ada pengobatan alternatif yang di pakai masyakarat desa.
Dengan meninggalnya sang istri membuat Archer membangun puskesmas yang cukup sebagai tempat pengobatan pertama. Jika sampai harus pergi ke kota Archer juga menyediakan mobil ambulans gratis untuk mengantar mereka.
Archer yang pendiam dan dingin, tidak pernah banyak bersosialisasi, namun banyak mengeluarkan dana untuk perkembangan desa. Jadi Archer termasuk dalam jajaran para tetua.
Bahkan Archer lah yang menjadi pemimpin para tetua karena aura pemimpinnya yang begitu kuat, baru setelahnya ada Guru besar Basir, Kakek Tono, tetua Masrin dan terakhir tetua Nasrun.
"Dengarkan pendapat mereka." ucap Kakek Tono yang sebenarnya merupakan kakek dari calon suami Eti.
"Ya benar. Kita harus mendengarkan dulu pembelaan mereka." sambung tetua Nasrun, ayah dari kepala desa yang sekarang sedang menjabat.
"Ki ta ti dak mela kukan ap apapun," ucap Sheryl terbata bata karena terlalu takut.
Pikirannya berkecamuk dan tidak bisa merangkai kata untuk pembelaan diri.
Daren yang melihat Sheryl yang gemetar ketakutan akhirnya menghela nafas pelan, sebelum berkata panjang.
"Tidak ada yang kami lakukan! Tadi hanya insiden kecil, kakinya terpeleset." ucap Daren tenang namun terkesan datar. Tidak menunjukkan raut emosi berlebih.
Bahkan dia melupakan jika lengannya kembali terluka.
"Sebelum itu, saya yang harus bertanya. Ada apa sebenarnya?!" tanya Daren lebih datar.
Sheryl hanya menunduk dan larut dalam pikirannya sendiri. Tidak lagi mendengarkan apa yang sedang di bicarakan mereka.
"Tolong jelaskan." ucap Guru besar Basir, melirik pada Kepala desa.
Begini kalau bersama dengan tiga ketua seperti mereka. Auranya benar-benar tidak bisa dikalahkan. Tapi sepertinya pemuda itu juga sama-sama memiliki aura yang mendominasi, pikir Kepala desa.
"Jadi begini. Kemarin ada berita yang mengatakan jika Dokter Sheryl adalah seorang wanita penggoda yang dengan sengaja menggoda pasien yang tidak lain adalah Anda. Dokter Sheryl juga di tuduh membuat laporan palsu yang mengatakan Anda masih memerlukan perawatan, padahal kenyataannya Anda sudah sembuh dan di tahan Dokter Sheryl agar menjadi pemuas nafsunya dan bisa mendapatkan uang yang lebih banyak dari Anda." jelas Kepala desa panjang lebar.
"Dari mana saya mendapatkan uang?! Bahkan saya lupa siapa diri saya!" balas Daren dingin.
Entah kenapa suasana yang sudah dingin ini malah bertambah dingin saat Daren berbicara. Padahal tidak ada nada suara ataupun gerakan emosi dalam ucapan juga tindakannya.
"Lalu?" tanya Archer singkat. Dengan tatapan tajamnya.
"Anda pasti mengerti!" jawab Daren tak kalah menatap tajam.
"Bawa dia ke ruangan sebelah!" ucap Guru besar Basir dengan menatap pada Daren.
"Kalian bertiga tenangkan para warga! Suara mereka mengganggu." ucap Kakek Tono pada Kepala desa, tetua Masrin, dan tetua Nasrun.
Daren mengangguk singkat dan membawa Sheryl berdiri untuk berpindah ruangan. Sepertinya Daren tahu apa tujuan mereka.
Ketiga orang lainnya juga menyetujui dan berjalan menuju aula besar yang sebenarnya agak jauh dari ruangan itu, namun kericuhan warga membuat suara bisingnya sampai dalam ruangan.
"Laki-laki jika sudah bergosip melebihi wanita saja!" ucap Kakek Tono saat melihat pintu sudah tertutup.
"Ya bagaimana lagi." acuh Guru besar Basir.
"Hm." hanya itu tanggapan Archer.
Daren yang sudah mengantar Sheryl akan kembali beranjak untuk menemui para kakek yang sudah menunggu di ruangan sebelah. Tapi Sheryl lebih dulu menahan tangannya.
"Ap apa yang terjadi?" tanya Sheryl masih gemetar dan suaranya terbata-bata.
"Tenanglah! Tidak akan terjadi apapun. Kamu tunggu dulu di sini. Oke?" ucap Daren menenangkan dan diangguki Sheryl.
Sheryl percaya Daren bisa mengatasi masalah ini. Entah kenapa dia sangat yakin akan hal itu.
Daren yang melihat Sheryl mengangguk, berdiri dan berlalu menuju ruangan tadi dan menemui orang tua tadi.
Ceklek... (anggap aja suara pintu)
"Duduk!" tegas Archer saat Daren sudah kembali.
"Bagaimana bisa kalian ini mirip sekali. Sudahlah duduk dulu," ucap Kakek Tono tak habis pikir.
Sedikit bercerita tentang ketiganya...
Ya ketiga tetua ini adalah tiga sekawan. Dulu saat Archer mengelola perusahaan, Kakek Tono adalah asisten dari Archer. Dan Guru besar Basir adalah sahabat Archer sedari kecil.
Ketiganya memilih menetap dan membangun desa ini karena mereka menemukan pujaan hati masing-masing di desa ini.
Terlebih Guru besar Basir yang merupakan keturunan mesir ini menuntut ilmu di tempat kelahirannya dan kembali ke negara tempat dia tumbuh untuk membangun sekolah agama. Bertepatan dengan itu dia bertemu anak dari seorang Kiai pemilik pondok desa ini dan berhasil meminangnya.
Pondok yang sudah di kelola oleh Guru besar Basir semakin banyak dikenal masyakarat luas dan paling banyak diminati oleh para orang tua yang ingin memasukkan anaknya ke pondok.
Tapi tetap saja seleksi masuk ke dalam pondok ini cukup sengit. Tak jarang ada banyak orang yang ingin cepat memberikan iming-iming uang. Sudah pasti mereka di tolak.
Kembali lagi pada mereka yang sedang berkumpul...
"Sudah di kunci pintunya?" tanya Guru besar Basir dengan agak malas.
"Hm!" jawab Daren yang juga malas.
"Baiklah cepat mulai pembicaraannya!" ucap Kakek Tono tidak sabaran. Dikelilingi orang yang irit bicara itu membuat dirinya kesal!
.
.
.
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments