TYMK 10

Di luar Kepala desa, tetua Masrin dan tetua Nasrun sedang berbicara pada warga agar tidak terus membuat keributan.

"Kami yakin mereka sudah memikirkan hal terbaik bagi daerah kita. Tolong hormati keputusannya!" ucap tetua Nasrun dengan nada yang tenang.

"Tapi kami lebih setuju mereka di usir saja!" sentak Budi tidak terima.

Budi ini dulunya adalah seorang juru pengobatan alternatif di desa yang sekarang sudah tersingkir karena adanya dokter.

Jadi dengan kesempatan ini, Budi dengan semangat ingin membuat Sheryl keluar dari desa dan kembali mendapat banyak keuntungan.

"Jika kamu berani bicara saja dengan Ketua Archer! Karena semua keputusan, beliau yang pegang." ucap tetua Masrin tak ambil pusing.

Warga lain yang tadinya ikut ricuh mengiyakan, mendadak terdiam membisu. Tak bisa berkutik mendengar ucapan tetua Masrin yang benar adanya.

Ingatkan mereka jasa besar Tuan Archer pada desa. Jangan sampai mereka juga lupa jika tiga serangkai desa ini tidak bisa di tentang.

Jika ada yang berani menentang hanya ada 1 pilihan. Di asingkan dalam satu lembah kematian.

Lembah kematian ini hanyalah istilah. Pasalnya dalam satu lembah ini terdapat banyak hewan buas liar dan juga tanah yang hidup, alias tanah yang bisa membuat kita terkubur hidup-hidup jika tidak sengaja menginjaknya.

"Cukup tunggu dengan tenang! Sisanya adalah keputusan mutlak mereka." tambah tetua Masrin ketika melihat para warga sudah terdiam.

Sembari menunggu mereka sedikit berdiskusi tentang berita yang tersebar. Menelaah kembali apakah ini adalah kebenaran atau hanya akal bulus dari para warga yang iri dengan adanya Sheryl di desa ini.

Bukan tanpa alasan. Hampir semua gadis di desa ini iri dengan Sheryl. Dan semua tetua serta jajaran pengurus desa mengetahuinya.

Apalagi Kepala desa yang juga mengetahui anak gadisnya memiliki watak seperti mendiang istrinya yang gampang iri dengan orang lain. Kepala desa hanya takut anaknya juga terlibat melakukan hal buruk ini.

Tidak tahu saja beliau memang anaknya lah dalang dari semua berita yang tengah tersebar ini.

......................

"Lalu apa keputusannya?" setelah mereka selesai berbicara panjang lebar, Daren bertanya tentang keputusan para tetua itu.

"Bukankah kau juga menginginkannya?" suara dingin Archer menyahut. Tumben sekali kata-katanya panjang.

"Hm." angguknya dengan nada malas.

"Ya sudah!" balas Archer sembari menghela nafas.

"Kalian ini bicara apa sih!? Bisa tidak jangan membuat orang banyak berpikir saat sudah hampir tengah malam begini!" kesal Kakek Tono karena dirinya memerlukan banyak konsentrasi agar bisa memahami maksud dari 2 orang, tidak-tidak tapi 3 orang yang mengelilinginya ini.

Walaupun perkataan Guru besar Basir masih bisa dimengerti, karena kali ini beliau mengeluarkan banyak kalimat.

"Biar aku menjadi walinya." ucap Guru besar Basir.

"Dokumen negara menyusul." balas Daren.

"Nasib ketemu dua kutub, sekarang tambah satu kutub. Bukannya tambah paham, malah tambah bingung," keluh Kakek Tono memijat pangkal hidungnya dramatis.

Tidak ada yang menanggapi ucapan Kakek Tono, tapi suara yang keluar dari Archer membuat Kakek Tono hanya bisa menghela nafas pasrah dan mengikuti.

"Keluar!" ucap Archer lalu beranjak diikuti yang lainnya.

......................

Para warga yang melihat ke empat orang tadi sudah keluar segera menatap Kakek Tono dan meminta penjelasan dari beliau.

Tidak ada yang berani bertanya pada Tuan Archer atau Guru besar Basir. Karena mereka tahu jika bertanya pada 2 kawanan singa dan serigala itu, tidak akan ada jawaban dari keduanya, melainkan tatapan dingin dan tajam yang menghunus badan mereka.

"Kita tidak bisa percaya pada berita yang simpang siur ..."

"Tapi ada buktinya tadi!"

"Jangan percaya omongannya!"

"Mereka harus diusir!"

Belum selesai Kakek Tono berbicara, ucapannya sudah lebih dulu di potong oleh teriakan para warga.

"Diam!" nada dingin yang diucapkan Tuan Archer seketika membuat keadaan hening kembali.

"Jika kalian memotong ucapanku lagi. Maka kalian akan mendapat hukuman dariku!" ancam Kakek Tono yang membuat mereka bertambah bungkam.

Walau hukuman dari Kakek Tono hanyalah menjaga sebuah gerbang.

Ya gerbang menuju lembah yang digunakan untuk menghukum pelaku kejahatan di desa.

Lembah itu memang sengaja di beri penjagaan, takut jika sewaktu waktu para hewan kehabisan makanan dan malah mencari makanan ke desa, jadi mereka yang berjaga bisa bersiap memberikan makanan agar para hewan liar itu tidak sampai ke desa.

Di sekitar gerbang juga sengaja di buat peternakan hewan yang setiap beberapa bulan, ternaknya di lepas menuju gerbang dan menjadi santapan para hewan lain.

"Dengar! Kita tidak memiliki bukti apapun. Yang kita lihat hanyalah kejadian kilat, jadi tidak bisa di jadikan bukti! Pasien juga masih memerlukan perawatan, itu bukanlah kebohongan. Jadi kami putuskan agar mereka kami nikahkan saja agar kita semua juga bisa tenang!" jelas Kakek Tono lantang.

Sudah pasti suara yang menggelegar itu terdengar sampai ke luar bahkan juga terdengar ke dalam ruangan yang Sheryl tempati.

Namun karena pikiran Sheryl masih terus berkecamuk, jadi dia tidak mendengar apa yang Kakek Tono ucapkan.

"Baik kami setuju. Asalkan mereka tidak meresahkan kembali!" ucap salah satu warga menyetujui.

Ya tidak papa

Jangan sampai desa ini hancur

Setuju

Kami setuju

Iya kami juga

Ya ya

Sahutan dari para warga menggema. Menyetujui keputusan dari para tetua yang memang benar adanya.

Walau begitu ada saja yang masih menahan dongkol karena tidak bisa mengusir Dokter Sheryl dari desa.

Belum lagi mungkin besok berita yang tersebar akan semakin beragam lagi.

Tapi untuk sekarang lebih baik fokus pada pernikahan yang akan dilaksanakan saja!

.

.

.

Tbc...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!