TYMK 3

Sudah dua hari ini hujan selalu turun mengguyur tanah di desa yang sejuk, tempat dimana Sheryl tinggal selama bertugas di puskesmas desa.

Malam ini seperti biasanya Sheryl akan menginap di puskesmas dan melakukan perawatan rutin pada pasiennya.

Tadi siang Sheryl pulang sebentar ke rumah yang ditinggalinya. Dia hanya mengambil beberapa baju ganti dan menyimpan yang kotor di rumah.

Puskesmas biasanya hanya buka sampai hari sabtu, jadi waktu liburnya di pakai Sheryl untuk bebersih rumah. Untuk pakaian biasanya setiap pulang dari puskesmas Sheryl akan langsung mencuci dan pakaian keringnya langsung dia setrika.

“Ya ampun. Kenapa hari ini rasanya mata itu rapet gak mau melek! Kayanya harus bikin dulu kopi sekalian cek pintu sudah terkunci atau belum,” gerutu Sheryl pada dirinya sendiri.

Sheryl pun beranjak menuju dapur kecil yang puskesmas punya dan membuat minuman pahit itu agar matanya terus terjaga. Setelah selesai Sheryl mengecek pintu utama puskesmas terlebih dahulu sebelum kembali menuju ruang rawat.

Sesampainya di ruang rawat Sheryl dibuat terkejut saat melihat pasien yang selama 5 hari ini menutup matanya mulai sadarkan diri.

“Alhamdulillah ternyata Anda sudah sadarkan diri,” ucap Sheryl spontan sembari bergerak menaruh gelas dan membawa alat-alatnya.

“Semuanya stabil, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Hanya tinggal menunggu luka-luka lain pulih,” gumam Sheryl pelan tapi masih bisa terdengar oleh pasiennya itu.

“Bagaimana perasaan Anda?” tanya Sheryl setelah selesai melakukan pengecekan.

“Ini dimana? Apa saya mengenal anda?” ucap pasien itu dengan kernyitan di dahinya.

“Anda sekarang sedang berada di desa xx wilayah selatan. Kemarin helikopter yang anda tumpangi mengalami kecelakaan dan anda di temukan oleh warga di sekitar semak liar area sungai,” jelas Sheryl dengan nada tidak yakin.

“Apa anda ingat siapa nama anda?” tanya Sheryl lagi dengan hati-hati.

“Arghh” ringis pria yang ada di depan Sheryl.

“Tolong jangan dipaksakan!” ucap Sheryl sembari menyuntikkan obat pereda nyeri.

“Sebaiknya anda kembali beristirahat.” Lanjut Sheryl dan langsung menuliskan diagnosis pada sebuah kertas.

Pasien tadi sudah mulai memejamkan kembali matanya, obat tadi juga mempunyai efek samping yang membuat orang mengantuk. Sengaja Sheryl menyuntikkan obat agar kondisi pasien tidak kembali drop.

“Dugaanku sepertinya benar. Dia mengalami amnesia. Dari tanda pengenal yang ada di pakaiannya sih dia bernama Daren. Setahuku obat untuk penderita amnesia ini tidak tersedia di puskesmas! Apa yang harus aku lakukan,” gumam Sheryl bingung. Pasalnya jika ingin melakukan pengobatan lebih lanjut mereka harus pergi ke ibu kota yang jarak tempuhnya sudah lebih dari 2.000 km.

Pasien juga baru saja bangun dari masa kritisnya, jadi tidak mungkin dia bisa langsung memberi izin terbang pada pasien. Apalagi jika harus pergi dia juga harus ikut serta agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Pusing dengan semua pemikirannya, Sheryl memilih beristirahat sejenak sebelum kembali melakukan tugasnya esok hari.

...----------------...

Pukul 03.00 dini hari Sheryl terbangun dan mulai melakukan aktivitasnya. Agar tidak kembali mengantuk Sheryl memutuskan untuk langsung mandi dan bersiap memeriksa kondisi pasien setelah semalam sadar.

Dengan serius Sheryl melakukan pengecekan, menyuntikkan obat ke dalam cairan infus dan juga mencari data pemasok obat yang dikirim ke desa. Sheryl berusaha agar bisa mendapatkan obat itu walaupun sulit dan harganya cukup mahal.

Tak terasa waktu sudah menujukkan pukul 06.00 yang artinya sebentar lagi waktunya puskesmas kembali beroperasi. Meninggalkan sejenak aktivitasnya, Sheryl mulai membuka kunci pintu dan mulai bebersih.

Ya tidak salah lagi. Sheryl memang sering membantu meringankan tugas petugas kebersihan jika datang lebih dulu atau pulang lebih lambat dari yang lainnya. Apalagi beberapa hari ini Sheryl menginap di puskesmas.

“Aduh Adek kenapa sih ngeyel terus! Bukannya dipake istirahat ini malah bersih-bersih lagi.” Ucap garang dari Bu Inah karena memang Sheryl ini susah dibilangin.

“Ehehe jangan marah dong Bu. Aku kan cuma bantu dikit,” ucap Sheryl sembari menggaruk tengkuknya padahal tidak sedang gatal.

“Sudah sudah sana, pergi baring dulu sebentar. Nanti kalau sudah jam 08.00 dan pasien sudah datang Ibu bangunkan,” ucap Bu Inah sambil menggelengkan kepala.

Dengan terpaksa dan bibir yang mengerucut lucu Sheryl pergi ke dalam ruang rawat yang memang tersedia kasur lipat untuknya berbaring di sudut kamar. Sejak awal memang kasur ini sengaja di berikan oleh Kepala desa agar yang berjaga bisa beristirahat dengan nyaman.

“Kena marah mulu deh heran, padahal kan bantuin dikit doang. Eh sutt gak boleh berisik, nanti pasiennya bangun!” gumam Sheryl dengan gerutuannya yang masih terdengar oleh orang yang sebenarnya sudah membuka matanya itu.

“Eh berhubung pasien udah sadar, berarti harus bikin makanan mulai sekarang. Untung saja sudah ada dapur jadi tidak perlu repot lagi,” gumam Sheryl lagi seakan baru menyadari hal itu.

“Nah bagus! Berarti aku bisa alasan bikin makanan untuk pasien sekarang, hihihi,” semangat Sheryl dengan tawa cekikikannya.

Sheryl bangkit berdiri dan mulai keluar untuk membuatkan makanan. Hari ini Sheryl akan membuat olahan sup yang terbuat dari ayam.

Sheryl mengetahui takaran gizi yang harus terkandung dalam makanan pasien sebab dulu dia sering membaca buku mengenai gizi dan makanan sehat yang baik untuk mempercepat proses penyembuhan.

Bu Inah yang melihat itu tidak bisa melarang karena dirinya sendiri hanya bisa membuat masakan tradisional dan tidak terlalu mengerti dengan kebutuhan gizi.

Kurang dari 30 menit makanan sudah selesai Sheryl masak. Mangkuk sup dan juga air putih sudah tersedia di nampan yang akan Sheryl bawa.

“Mau kemana dek?” tanya Pak Doni yang kebetulan baru datang dan akan ke ruangan farmasi.

“Oh ini Pak, Alhamdulillah pasien kemarin sadar, jadi saya coba untuk memberikan asupan selain cairan infus. Nah kebetulan Bapak lewat, saya mau minta tolong siapkan beberapa obat tablet ya Pak,” jelas Sheryl dan menjelaskan obat apa saja yang dia maksud.

“Alhamdulillah, akhirnya dia sadar setelah beberapa hari ini tak sadarkan diri. Baik kalau gitu nanti Bapak antar obat obat itu,” ucap Pak Doni senang.

Mereka berjalan menuju ruangan berbeda. Tidak lama Pak Doni datang setelah mendapatkan obat yang Sheryl butuhkan untuk di berikan selesai sarapan.

“Terimakasih ya Pak,” ucap Sheryl sebelum Pak Doni keluar ruangan dan dibalas anggukan sebagai tanda 'sama-sama'.

Tbc...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!