Nathania tidak sabar untuk segera datang ke pesta, namun dia juga sedikit gugup. “Hufftt...” Nathania menghela napas.
“Nona? Hari ini anda mau memakai gaun yang mana?” tanya Mia dengan gembira.
“Hmm, Mia tolong ambilkan gaun merah di lemari ku.”
Mia mengangguk dan mengambil gaun merah itu, “Nona, ini sangat cantik... darimana anda mendapatkannya?”
“Kemarin Asher membelikannya untukku, apakah menurutmu itu cantik?” tanya Nathania sambil tersenyum.
“Ya, menurutku itu cantik. Anda akan tampil luar biasa dengan gaun merah itu.” Jawab Mia sambil tersenyum.
Ia senang melihat Nathania merasa percaya diri dan bersemangat untuk pergi ke pesta tersebut.
Mia siap membantu Nathania bersiap-siap untuk pesta, dan dia juga senang melihatnya mengenakan gaun itu.
“Biarkan saya membantu anda mengenakan gaun itu,” kata Mia sambil mulai membantu Nathania mengenakan gaun merah itu.
“Mia tolong buat aku cantik dengan riasan mu.” ucap Nathania dengan memohon.
“Iya, Nona! Saya akan membuat anda secantik yang saya bisa dengan riasan saya. Jangan khawatir.” Mia menjawab dengan penuh semangat.
Dia meluangkan waktunya untuk merias wajah Nathania dan membuatnya tampak cantik. Dia dengan senang hati membantu Nathania tampil cantik dan membantu mempersiapkannya untuk pesta. Mia memastikan riasannya sempurna dan Nathania bisa tampil dengan baik sebelum pergi ke pesta.
“Nona, Tuan Asher datang menjemput Anda. Biarkan saya membantu Anda berjalan dan bertemu Tuan Asher.”
“Terima kasih, Mia. Ya, tentu, tolong bantu aku berjalan menemui Asher.” Nathania menjawab, karena dia siap untuk bertemu dengannya lagi.
Dia merasa cemas dan bersemangat pada saat bersamaan. Dia telah mempersiapkan diri berjam-jam untuk tampil cantik dan dia tidak sabar untuk bertemu Asher.
Asher yang melihat Nathania tampil cantik langsung terpesona padanya. Dia tidak mengatakan apa pun dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Nathania.
Dia tampak cantik dalam gaun merahnya dan riasannya sempurna. Dia merasa percaya diri dan dia siap untuk mengesankan Asher. Asher tidak berkata apa-apa dan hanya menatapnya dalam diam, dia dapat merasakan bahwa jantungnya berdegup kencang.
“Nathania, apakah kamu siap?” Asher bertanya. “Ya, aku siap. Ayo pergi.” Jawab Nathania, merasa sedikit gugup tapi juga bersemangat untuk pergi bersama Asher.
Asher memegang tangan Nathania dan mereka pun masuk ke dalam mobil. “Selamat bersenang-senang nona!?” teriak Mia. “Terima kasih, Mia!” Nathania menjawab sambil tersenyum. Dia merasa senang dan bersemangat untuk pergi ke pesta itu.
Asher mengemudikan mobilnya sambil terus tersenyum pada Nathania. “Nathania, kamu sangat cantik.”
“Terima kasih.” Nathania merasa tersanjung dengan pujian Asher.
Asher menghentikan mobilnya di depan hotel mewah yang akan menjadi tempat pesta perusahaan ayah Nathania. Nathania terdiam mendengarkan suara-suara yang ada dari tempat itu.
Dia belum pernah menghadiri pesta di hotel mewah sebelumnya dan dia merasa gugup sekaligus bersemangat pada saat yang bersamaan. Suara-suara yang dia dengar membuatnya cemas dan dia bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat.
Asher membantu Nathania keluar dari mobil dan keduanya memasuki tempat pesta. Semua mata tertuju pada Asher dan Nathania. “Dia cantik tapi sayangnya buta.” orang-orang berbisik
Nathania yang mendengar hal itu langsung merasa sedih dan kecewa. Asher menyadari bahwa Nathania merasa sedih, dia pun menenangkannya dengan mengelus tangan Nathania. “Jangan khawatir, Nathania.”
“Kamu sangat cantik, jadi jangan pedulikan mereka” bisik Asher. “Terima kasih, Asher.” Nathania menjawabnya dengan lembut.
Dia merasa sedikit lebih baik sekarang, setelah mendengar kata-kata yang meyakinkannya.
Dia mencoba mengabaikan komentar orang-orang di sekitarnya dan fokus pada apa yang Asher katakan.
Nathania bisa merasakan tatapan orang-orang di sekitar mereka. Orang-orang membicarakan mereka dan takut pada Asher karena reputasinya sebagai bos mafia.
Asher tidak peduli kalau mereka takut padanya dan dia terus menatap mereka dengan tatapan dingin. Nathania merasa sedikit tidak nyaman karena situasi tersebut tetapi Asher tampak tidak peduli dengan hal itu.
Dia tidak keberatan menjadi pusat perhatian dan dia tidak keberatan membuat orang-orang di sekitarnya merasa sedikit tidak nyaman. Yang ada di pikiran Asher hanyalah menjaga Nathania.
“Nathania mau minum jus?” Asher bertanya dengan lembut
“Ya, aku mau jus.” Jawab Nathania, merasa senang karena Asher menawarinya minuman.
“Ayo, duduk dan tunggu, aku akan membawakan jus.” Asher membantu Nathania duduk dan dia pergi untuk mengambil jus.
Setelah beberapa saat, Asher kembali ke Nathania dan memberinya jus “ini jusnya.”
“Terima kasih, Asher.” Nathania mengambil jus dari Asher dan meminumnya. Dia merasa lebih baik sekarang dan perlahan mulai merasa lebih nyaman di pesta itu.
“Mau berdansa denganku?” Tanya Asher sambil menatap Nathania. “Aku… aku bukan penari yang baik, Asher.” Jawab Nathania, merasa sedikit cemas untuk berdansa dengan Asher.
Dia khawatir dia akan menabrak seseorang atau dia akan membuat tariannya menjadi canggung karena dia tidak dapat melihat apa yang dia lakukan. Namun dia juga tidak ingin merusak suasana dan pestanya.
Jadi dia ragu-ragu, tidak yakin apakah dia harus menerima tawaran Asher atau tidak. Dia gugup dan takut mempersulit Asher jika dia berdansa dengannya.
“Tidak apa-apa, ayo. Aku akan membantumu, dan ayo menari perlahan.”
“Oke… aku akan mempercayaimu, Asher.” Nathania meraih tangan Asher dan bangkit untuk berdansa dengannya.
Nathania merasa lega karena Asher membantunya dan mereka akan berdansa dengan lambat. Asher membantunya dan membimbingnya, sehingga dia bisa bersantai dan mengikuti arahannya dalam berdansa.
Nathania bisa merasakan tatapan semua orang yang memperhatikannya dan Asher berdansa. Nathania bisa merasakan kekesalan ibu tiri dan kakak tirinya. Mereka kesal karena Asher dan Nathania berdansa bersama dan mereka berpikir bahwa mereka harus mempercepat rencana mereka untuk mengambil Asher dari Nathania.
Dia bisa merasakan kemarahan, kebencian dan kecemburuan mereka terhadap dirinya, dan dia merasa cemas tentang apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Nathania mencoba mengabaikan perasaan dan kehadiran mereka di pesta itu, dan dia fokus menikmati waktu bersama Asher.Dia senang bersamanya dan berdansa dengannya perlahan.
Mereka berdua berhenti berdansa dan musik berhenti, semua orang terdiam. Namun tiba-tiba seseorang bertepuk tangan, dan itu adalah ayah Nathania dan membuat semua orang ikut bertepuk tangan.
“Tuan Asher, saya kira anda tidak bisa menari. Dan Nathania,kamu terlihat sangat cantik.” kata ayah Nathania. Nathania tertegun karena selama ini ayahnya belum pernah memujinya.
“Terima kasih atas pujian Anda, Tuan.” Asher menjawab dengan sopan kepada ayah Nathania.
Nathania hanya terdiam dan terkejut mendengar pujian ayahnya karena tidak biasanya ayahnya seperti itu, dan terdengar aneh saat mendengar ayahnya memuji dia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments