Broken Boundaries: A Blind Girl'S Love For A Mafia
"Ibu makasih untuk hari ini, aku bahagia karena ini adalah hari ulang tahunku yang paling menyenangkan" ucap seorang gadis dan mencium pipi ibunya yang sedang menyetir. Ibunya tersenyum dan menoleh, namun saat itu Truk dari arah berlawanan menabrak mobilnya.
"Ibu...ibu..." Gadis itu memanggil ibunya dengan suara lirih. Dia melihat ibunya yang terkapar dijalan raya, dia merangkak mencoba mendekati ibunya dengan wajahnya yang penuh luka dan dilumuri darah.
Dia terus merangkak menahan rasa sakitnya, namun pandangannya semakin kabur dia tidak bisa melihat lagi dengan jelas hingga akhirnya semua yang dilihat olehnya hanyalah kegelapan.
"IBU!!” Gadis itu berteriak dan terbangun dari tidurnya. Lagi-lagi dia memimpikan hal yang sama di setiap tidurnya. Gadis itu bernama Nathania, seorang gadis cantik berusia 18 tahun yang kehilangan penglihatannya karena mengalami kecelakaan.
Sudah 3 tahun dia mengalami kebutaan dan hidup dalam dunia yang penuh dengan kegelapan dan kesepian. Namun, hari kecelakaan yang merenggut penglihatan dan nyawa ibunya itu terus menghantuinya di dalam mimpinya setiap malam.
Setelah mengalami kebutaan dan kehilangan ibunya, Nathania tinggal bersama ayahnya yang seorang CEO perusahaan besar. Ayahnya menikah lagi dan dia tidak pernah peduli dengan putrinya sendiri, apalagi ibu tirinya sering menyiksanya sejak dirinya mengalami kebutaan.
Hidupnya yang sangat menyedihkan itu membuat Nathania tidak pernah tersenyum lagi, dia selalu dihantui oleh rasa takut.
"Aw, sakit" Nathania bergumam sambil meraba luka-lukanya yang ia terima dari siksaan ibu tirinya. Dia ingin memberi tahu ayahnya bahwa ibu tirinya selalu menyiksanya, tapi dia tidak memiliki keberanian untuk mengatakannya.
Tok..tok..tok (suara ketukan pintu)
"Nona sudah bangun? Ini saya Mia." ucap Seseorang dari depan pintu. "Masuk." sambung Nathania sambil duduk di pinggir ranjangnya.
Orang itu adalah salah satu pelayan yang ada dirumahnya, nama dia adalah Mia. Nathania bersyukur dengan kehadiran Mia, karena dia adalah satu-satunya orang yang peduli pada Nathania, dia selalu mengurus Nathania dengan baik.
Mia masuk ke dalam kamar Nathania dan terkejut karena hari ini pun Nathania mendapatkan banyak luka di sekujur tubuhnya. "Nona, apa nyonya yang melakukannya lagi pada Nona?" tanya Mia dengan nada khawatir, dan dijawab oleh Nathania hanya dengan anggukan.
Mia sangat khawatir melihat keadaan Nathania, dia juga merasa kecewa karena dirinya tidak bisa menghentikan kejahatan yang dilakukan oleh ibu tirinya pada Nathania.
"Saya akan mengobati lukanya, tolong tunggu sebentar nona." Mia mengambil obat dan perban lalu mulai mengobati lukanya Nathania sambil menahan kesedihannya. "Bahkan luka yang kemarin belum sembuh, kasihan." ucap Mia dalam hatinya.
Selama bekerja di sana, Mia tidak pernah melihat Nathania tersenyum. Yang dia lihat hanyalah kesedihan, Mia berharap jika Nathania juga dapat menemukan kebahagiaannya.
"Sudah selesai Nona. Ayo kita pergi, Tuan dan Nyonya sudah menunggu di meja makan untuk sarapan." ucap Mia.
Nathania merasa bingung karena keluarganya tidak pernah mengajaknya makan bersama, karena biasanya dia tidak diperbolehkan dan makan pun hanya boleh didalam kamar.
Nathania memegang tongkatnya dan berjalan sambil dibantu oleh Mia. Ayah, Ibu dan Kakak tirinya sudah menunggu di meja makan. Ibu dan kakak tirinya langsung merasa kesal dan ekspresinya menunjukkan kebencian saat melihat Nathania yang bergabung dengan mereka.
"Nah karena sudah berkumpul semua, ada yang harus ayah sampaikan." ucap Ayahnya Nathania. Sudah lama sekali Nathania tidak mendengar suara ayahnya, namun dia merasa sedih karena ayahnya masih bersikap dingin bahkan tidak menanyakan kabar putrinya sendiri.
Nathania memakan makanannya sambil menunggu ayahnya menyampaikan sesuatu. "Hmm, jadi beberapa waktu lalu perusahaan ayah hampir mengalami kebangkrutan." ucap Ayahnya Nathania.
Semua orang terkejut lalu ibu tirinya pun bertanya, "Jadi sekarang bagaimana? Gimana kalau kita bangkrut, dan jadi miskin." Ibu tirinya merasa cemas, takut jika dis jatuh miskin lagi.
"Tenang.. Perusahaan kita tidak jadi bangkrut. Ayah meminjam uang pada seorang mafia, namun karena perusahaan kita belum bangkit sepenuhnya jadi ayah belum bisa membayar hutang. Dan jaminan yang ayah gunakan adalah dengan menjodohkan salah satu putri ayah. Sekarang kita diskusikan siapa yang akan ayah jodohkan, Nathania atau Laura?" ucap sang Ayah dengan nada serius.
Semua orang terkejut termasuk Nathania dia seketika berhenti makan dan tangannya gemetaran. "Ayah aku gak bisa, ayah kan tahu aku lagi fokus kuliah dan bentar lagi aku ujian. Aku gak mau konsentrasi ku terganggu, ayah paham kan. Gimana kalau Nathania aja?" ucap Laura, Kakak tirinya Nathania.
"Betul kata Laura, sayang. Laura harus fokus kuliah. Dan kayaknya Nathania aja, terus kan dia butuh orang yang ngejaga. Siapa tahu dia bisa jagain Nathania kan? Dan biar Nathania gak mengurung diri di dalam kamar terus." sambung Ibu tirinya.
"Ayah please, aku mohon. Sekali ini aja kabulkan permintaan ku, aku gak mau dijodohin sama Mafia." ucap Nathania dalam hatinya.
"Ok Nathania ya, akan ayah jodohkan kamu sama Mafia itu." ucap Ayahnya, Nathania sangat terkejut setelah mendengar itu. "T-tapi ayah, kan aku masih SMA." Nathania mengatakan itu dengan suaranya yang bergetar.
"Nak, ayah tau kamu masih sekolah dan pernikahannya akan dilakukan setelah kamu lulus sekolah. Jadi untuk sekarang kamu hanya tunangan saja, tolong Nathania terima perjodohan ini. Ini demi keluarga kita, dan demi kebaikan kamu juga." ucap ayahnya.
"Baik ayah." Nathania menundukkan kepalanya dengan kesal. Dia merasa kecewa dengan ayahnya yang lebih mendengarkan perkataan Laura anak tirinya, dibandingkan dengan Nathania anak kandungnya sendiri. Dia ingin sekali menolak perjodohan ini, tapi tetap saja dia tidak memiliki keberanian. Dia merasa takut apalagi dengan ibu tirinya, dia takut sesuatu yang buruk akan terjadi jika dia menolak perjodohan ini.
Nathania hanya bisa menuruti perintah ayahnya walaupun dia merasa terjebak saat ini. "Kenapa? Kenapa ayah harus menggunakan anaknya sendiri sebagai jaminan hutang? Aku marah, karena itu sama aja dengan seorang ayah yang menjual anaknya sendiri." ucap Nathania dalam hatinya.
"Ok, ayah akan menghubunginya tentang perjodohan ini. Dan nanti hari minggu dia akan datang ke sini untuk acara tunangan, jadi persiapkan dirimu Nathania" ucap Ayahnya sambil pergi meninggalkan meja makan.
"Nah gitu dong, anak buta kayak kamu yang gak bisa apa-apa dan tidak berguna itu harus menuruti perintah orang tua." ucap Ibu tirinya dengan nada mengejek.
Nathania merasa hatinya sangat sakit dengan perkataan ibu tirinya, dia juga merasa marah. "Ibu, tolong jangan bilang seperti itu, hatiku sakit dengan ibu bilang itu." Nathania mencoba memberanikan diri mengatakan itu, namun ibu tirinya langsung menampar pipi Nathania dengan keras.
Nathania terkejut saat tamparan keras mendarat di pipinya. Dia hanya bisa terdiam merasakan rasa sakit itu sambil memegang pipinya yang merah karena tamparan. "Sekarang cepat balik ke kamar, gak usah keluar. CEPET!!" Ibu tirinya berteriak sambil menarik tangan Nathania dan mendorong badannya, hingga Nathania terjatuh di lantai.
"Nona" Mia langsung berlari menghampiri Nathania dan membantunya berdiri. Mia menggandeng lengan Nathania dan mengantarnya ke dalam kamar. Sesampainya di kamar Nathania duduk di kasurnya dengan air matanya yang menetes, dia sudah tidak bisa menahan rasa sedihnya lagi
Mia yang melihat Nathania menangis seketika merasa hatinya tergores. Mia menghampiri Nathania dan memeluknya erat, dia ingin Nathania mengetahui bahwa masih ada dirinya yang peduli. "Tidak apa-apa Nona, saya ada di sini bersama Nona."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Nana Mina 26
Sumpah baper! 😭
2023-11-25
2