Setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Nathania sudah sembuh dan bisa pulang. Asher masuk ke ruangan Nathania untuk menjemputnya.
“Nathania, kamu sudah siap?” tanya Asher sambil menghampiri Nathania. “Ya, aku sudah siap.” jawab Nathania sambil tersenyum.
“Boss!” Asher menoleh dan melihat Travis yang datang berkunjung. “Ada apa Travis?” tanya Asher. “Oh saya hanya ingin menjenguk nona Nathania.” jawab Travis
“Nathania sudah diperbolehkan pulang hari ini.” ucap Asher. “Wow, itu berita bagus!” seru Travis. “Saya senang sekali nona Nathania sudah merasa lebih baik sekarang. Bolehkah saya masuk dan menyapa?”
“Tentu saja, Travis,” kata Asher sambil menyingkir untuk membiarkan Travis masuk ke ruangan. “Ayo masuk, Nathania akan senang jika tau kamu datang.”
Travis memasuki ruangan dan menyapa Nathania dengan hangat. “Hai, nona Nathania! Senang sekali anda akhirnya sudah bisa diperbolehkan pulang. Bagaimana perasaan anda?” Dia bertanya. “Saya baik-baik saja tuan Travis.” jawab Nathania.
“Nathania ayo pulang, aku akan mengantarmu ke rumah. Oh iya, ini tongkat mu.” Asher memberikan tongkat pada Nathania. “Terimakasih Asher.” ucap Nathania sambil tersenyum.
Asher memegang tangan Nathania untuk membantunya berjalan ke luar rumah sakit. Mereka berdua berjalan ke arah mobil dan Asher membantu Nathania masuk ke dalam mobil dengan hati-hati.
Asher menoleh dan melihat Travis yang mengikutinya. “Kenapa Travis?” tanya Asher dengan tegas. “Saya akan ikut anda, saya juga ingin mengantar nona Nathania. Tenang saja boss saya bawa mobil sendiri” jawab Travis gembira.
“Oh, baiklah,” kata Asher sambil menghela nafas. “Ingat saja, kita sedang terburu-buru.” Asher menyalakan mobil dan mulai mengemudi, dengan Travis di mobilnya mengikuti dari belakang.
Nathania duduk dengan tenang di dalam mobil, dia merasakan angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, dan menghirup udara segar dalam-dalam.
Sesampainya di rumah, Asher bergegas keluar dari mobilnya dan membantu Nathania untuk keluar dari mobil dengan hati-hati. Nathania masuk ke dalam rumah disambut dengan buruk oleh ibu tirinya.
“Nathania kamu dari mana? Pergi ke mana kamu selama beberapa hari? Bagaimana jika ayahmu tahu pasti dia akan memarahiku karena tidak bisa menjagamu.” ucap ibu tirinya Nathania dengan marah.
Ibu tirinya itu langsung gugup setelah menyadari Nathania datang bersama Asher. Dia langsung menyambut Asher sambil memasang senyum palsu. “Oh...tuan Asher, selamat datang.”
Asher menoleh dan menatap ibu tiri Nathania dengan tajam. “Senang bertemu denganmu lagi.” ucapnya sopan namun tegas.
“Tolong mengerti, Nathania baru saja dirawat di rumah sakit.” Asher mengalihkan perhatiannya kembali ke Nathania.
“Dokter bilang kamu harus istirahat.” Senyuman palsu ibu tiri Nathania dengan cepat memudar, saat dia menyadari bahwa Nathania kini berada di bawah perlindungan Asher.
“Tuan Asher, memangnya apa yang terjadi dengan Nathania? Saya tidak tahu, karena setelah sekolah dia tidak kembali ke rumah.” tanya si ibu tiri.
“Nathania ditindas oleh para murid nakal di sekolah, mereka melakukan tindakan kekerasan pada Nathania. Saya membawanya ke rumah sakit karena keadaannya sangat mengkhawatirkan saat itu.” jawab Asher.
“Oh, Nathania sayangku. Kamu harus istirahat, tuan Asher kamu bisa mengantar Nathania ke kamarnya.” Ibu tirinya Nathania berpura-pura
terlihat baik dan mengkhawatirkan Nathania.
Asher membawa Nathania ke kamarnya, memastikan dia berjalan dengan hati-hati dan tidak menabrak apa pun secara tidak sengaja.
Asher membantu Nathania berbaring di ranjangnya dan berbalik menatap Ibu tirinya Nathania. “Tolong pastikan Nathania istirahat dengan baik dan tetap mengikuti saran dokter. Jika dia butuh sesuatu, hubungi saya.”
“Iya, Tuan Asher. Jangan khawatir, saya akan menjaga Nathania dengan baik” jawab ibu tirinya, masih berpura-pura peduli pada Nathania.
“Baiklah saya pulang, tolong jaga Nathania.” ucap Asher dengan tegas pada Ibu tirinya Nathania. Asher keluar dari rumah Nathania dan menghampiri Travis yang menunggu di luar.
Travis keluar dari mobilnya untuk menyambut Asher yang sedang berjalan keluar dari rumah Nathania. “Apakah semuanya baik-baik saja, boss?” Travis bertanya. “Saya menjadi khawatir sejenak.”
Asher mengangguk. “Tampaknya semuanya baik-baik saja untuk saat ini. Nathania telah keluar dari rumah sakit dan tampaknya kondisinya lebih baik. Namun, penting bagi dia untuk terus beristirahat, dan kita tetap mengawasinya.”
“Ya, tentu saja. Apakah Anda memerlukan bantuan lain?” Travis bertanya. “Saya di sini untuk membantu.” Asher berpikir sejenak lalu menjawab, “Ah benar, aku ingin anak buahku menjaga Nathania saat dia sekolah, tolong perintahkan pada anak buahku untuk mengantar jemput dan menjaga Nathania. Aku tidak ingin Nathania ditindas lagi.”
Travis mengangguk. “Saya akan pastikan untuk mengirim beberapa anak buah anda untuk menjemput nona Nathania dan melindunginya selama dia di sekolah. Jangan khawatir, kami tidak akan membiarkan apa pun terjadi pada nona Nathania, dia akan aman.”
Asher menghela nafas, lega karena dia bisa mengandalkan Travis dan anak buahnya untuk menjaga Nathania dan menjaganya tetap aman.
“Terima kasih, Travis,” ucapnya.
“Baiklah boss ayo kita pergi ke markas.” ucap Travis sambil masuk ke dalam mobilnya. Asher mengangguk dan masuk ke mobilnya, mengikuti Travis kembali ke markas.
Asher berpikir dalam hati, “Ibu tiri Nathania terlihat mencurigakan seperti menyembunyikan sesuatu. Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan Nathania, tapi semoga dengan berada di bawah perlindunganku akan membuat Nathania aman sekarang. Setidaknya, menurutku dia akan lebih aman dari sebelumnya.” Asher terus mengemudi, mengikuti mobil Travis kembali ke markas.
Sedangkan di rumah Nathania, ibu tirinya merasa marah dengan Nathania. Dia pun datang menghampiri Nathania dengan wajah marahnya. “Heh anak buta, jangan kira kamu berada di bawah perlindungan tuan Asher, kamu akan hidup tenang. Aku tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang.”
Nathania merasakan kemarahan dan permusuhan ibu tirinya terhadapnya, padahal sebelumnya ibu tirinya bertingkah palsu di depan Asher. Tapi sekarang, dia menunjukkan perasaannya yang sebenarnya terhadap Nathania.
“Kenapa ibu sangat kejam padaku? Aku kan tidak melakukan kesalahan apa pun.” Nathania bertanya dengan suara lemah. Ibu tirinya meraih pergelangan tangan Nathania, cengkeramannya mengencang secara perlahan dan menyakitkan.
“Karena aku ingin menyingkirkan mu,” bisiknya, kebencian terlihat jelas dalam suaranya
Nathania merasakan sakit di pergelangan tangannya, tapi dia tahu bahwa jika dia berteriak atau meminta bantuan, ibu tirinya akan memastikan tidak ada yang mendengar.
Nathania berjuang untuk membebaskan dirinya, tapi dia tidak bisa. Dia tahu ibu tirinya terlalu kuat untuknya. “Ibu” katanya lemah. “Tolong lepaskan aku.”
“Tenang saja Nathania sayangku, aku tidak akan melakukannya sekarang. Aku akan melakukannya dengan perlahan, sekarang istirahatlah.” ucap Ibu tiri sambil menyeringai dan pergi dari kamar Nathania.
Nathania kini diliputi rasa takut dan cemas, mengetahui bahwa ibu tirinya selama ini menyembunyikan niat sebenarnya. Dia berbaring di tempat tidurnya, berusaha untuk tetap tenang dan mengendalikan rasa takut dan kecemasannya.
Namun mau tak mau dia bertanya-tanya, apa yang akan dilakukan ibu tirinya selanjutnya?
Akankah dia mencoba menyakitinya lagi?
Akankah dia mencoba merencanakan sesuatu untuk menyingkirkannya pada akhirnya? Nathania tidak yakin harus berbuat apa. Dia hanya merasa takut dan khawatir.
“Nona.. saya merindukan anda, saya sangat khawatir dengan anda.” ucap Mia sambil menghampiri Nathania dan duduk di kursi sebelah ranjang.
“Saya mendengar jika anda ditindas saat di sekolah, apakah anda baik-baik saja?” tanya Mia dengan khawatir. Nathania dapat merasakan kepedulian Mia yang tulus terhadapnya.
“Terima kasih, Mia. Aku baik-baik saja sekarang, tapi aku di-bully di sekolah dan itu sangat menyakitkan,” ujarnya. “Iya, saya dengar anda harus menghabiskan beberapa hari di rumah sakit. Saya turut berduka cita atas kejadian yang menimpa anda nona.” kata Mia. “Tidak apa-apa, Mia. Aku baik-baik saja sekarang.” Jawab Nathania.“Terima kasih sudah mengkhawatirkan ku.”
“Nona beristirahatlah sekarang, saya akan menemani anda.” ucap Mia sambil mengelus tangan Nathania. Nathania pun mengangguk dan memejamkan matanya, dia masih bersyukur walaupun dia merasa tinggal di rumah seperti di neraka dia masih mempunyai Mia yang setia dan peduli padanya.
Namun, meski ada kehadiran Mia, mau tak mau ia merasa cemas dan khawatir dengan niat ibu tirinya. Dia senang memiliki seseorang seperti Mia bersamanya, tapi dia masih tidak bisa menghilangkan rasa takut akan apa yang ibu tirinya bisa lakukan padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments