Tentang Nathania

Asher bangun di pagi hari dan melihat Nathania yang duduk di tempat tidurnya sambil menatap jendela. Asher pun menghampiri Nathania dan menepuk pundaknya. “Nathania, kamu sedang apa?” tanya Asher.

Nathania sedikit terkejut dengan kehadiran Asher, “Oh tuan Asher, saya hanya menyukai pemandangan di pagi hari.” Asher melebarkan matanya terkejut, “Bagaimana bisa Nathania?”

“Hmm, saya memang tidak bisa melihat tapi saya dapat merasakan jika pemandangan pagi ini sangat indah.” ucap Nathania.

Asher kagum dengan perkataan Nathania, dan dia sulit percaya bahwa dia bisa merasakan pemandangan itu tanpa melihatnya. “Apa sebenarnya yang kamu rasakan?” Dia bertanya.

Nathania terdiam sejenak, dan menjawab. “Saya merasakan kelembutan sinar matahari, dan dinginnya angin sepoi-sepoi. Saya juga merasakan kesegaran pepohonan, dan saya bisa mendengar suara kicauan burung. Bukankah itu sudah jelas mendeskripsikan betapa cantiknya pemandangan pagi ini?”

Ia semakin terkejut ketika Nathania menjelaskan dengan tepat mengapa pemandangan itu begitu indah. "Betul Nathania, sangat cantik." ucap Asher sambil tersenyum.

“Kamu mau sarapan apa? Dokter bilang kamu harus banyak makan, agar cepat sembuh dan keluar dari rumah sakit." ucap Asher sambil terus memandang Nathania.

Nathania memikirkan jawabannya sejenak sebelum menjawab, “Saya ingin oatmeal dengan buah dan kacang-kacangan, atau mungkin telur dadar.” Asher mengangguk setuju, “Kedengarannya seperti sarapan yang sehat.”

“Aku akan pergi ke kantin dan membawakannya untukmu, jadi tunggu di sini.” ucap Asher dan pergi dari ruangan.

Nathania menunggu dengan sabar sambil duduk di ranjang rumah sakit. Dia senang mendapat dukungan Asher, dan dia menghargai perhatiannya.

Asher kembali beberapa menit kemudian dengan membawa nampan makanan. “Ini sarapanmu, selamat menikmati, Nathania.” ucapnya sambil meletakkan nampan di meja samping tempat tidur.

Nathania mengangguk, “Terimakasih tuan Asher.” Nathania meraba-raba alat makannya dan sedikit kesusahan saat akan memakan makanannya. Asher menyadari itu dan bertanya, “Mau aku bantu?”

Nathania berpikir sejenak sebelum menjawab, “Ya, tolong, saya sangat menghargai bantuan anda tuan Asher.” Asher dengan lembut mengambil peralatan makan dari Nathania dan mulai membantunya makan.

Nathania sedikit malu pada awalnya, tapi dia berterima kasih atas bantuan Asher. “Terima kasih banyak, Tuan Asher,” katanya.

Asher tersenyum melihat Nathania makan dengan lahap. “Nathania, setelah sarapan mau jalan-jalan ke taman?” tanya Asher. “Kedengarannya ide yang bagus, Tuan Asher,” jawabnya.

“Tapi, saya kehilangan tongkat saya tuan Asher, saya tidak bisa berjalan jika tidak di bantu dengan tongkat." ucap Nathania dengan khawatir. “Tongkatnya ada padaku Nathania, aku berhasil menemukannya. Aku simpan di dalam mobil, untuk sekarang tidak perlu khawatir. Kamu bisa memegang tangan ku." ucap Asher sambil tersenyum.

“Terima kasih tuan Asher, saya sangat menghargai bantuan anda,” ucap Nathania sambil menggandeng tangan Asher.

Asher membantu Nathania berjalan dan pergi ke taman. Sesampainya di taman Nathania memejamkan matanya mencoba merasakan angin sepoi-sepoi yang menerpanya. “Ayo duduk di sini, Nathania.” Asher membantu Nathania duduk di bangku.

Asher dan Nathania duduk di bangku, Asher menatap Nathania dan berkata dengan ragu-ragu. “Nathania, aku ingin bertanya sesuatu"

Nathania mendengarkan dengan penuh perhatian, bertanya-tanya apa yang akan ditanyakan Asher.

“Ya, ada apa, Tuan Asher?” dia bertanya.

Asher menarik napas dalam-dalam lalu bertanya, "Bagaimana bisa kamu menjadi buta? Maaf aku bertanya seperti ini."

"Tidak apa-apa tuan Asher, saya pikir anda harus mengetahui nya. Saya mengalami kecelakaan bersama ibu saya 3 tahun lalu, mata saya terkena pecahan kaca. Dan kecelakaan itulah yang membuat saya kehilangan penglihatan dan ibu saya di waktu bersamaan.” jawab Nathania sambil menunduk.

Asher mendengarkan dengan tenang saat Nathania menjelaskan kejadian tragis yang menyebabkan kebutaannya. Ia merasakan kesedihan dan belas kasihan yang mendalam terhadap Nathania yang kehilangan ibu dan penglihatannya.

“Aku turut prihatin mendengarnya, Nathania,” kata Asher lembut. “Aku hanya bisa membayangkan betapa sulitnya hal itu bagimu”

Asher mengulurkan tangan dan meletakkan tangannya dengan lembut di atas tangan Nathania, untuk menunjukkan kehadirannya yang menenangkan.

“Terimakasih tuan Asher, saya tidak apa-apa. Saya sudah terbiasa tidak bisa melihat sekarang.” ucap Nathania mencoba tegar. “Nathania, apa kamu punya kesempatan untuk bisa melihat lagi?” tanya Asher penuh penasaran.

Nathania mengangguk, “Terakhir mata saya diperiksa, dokter bilang saya masih punya kesempatan untuk melihat jika mendapat donor kornea mata.”

Asher mendengarkan dengan cermat saat Nathania menjelaskan situasinya. Dia senang dan berharap bahwa Nathania memiliki peluangnya untuk mendapatkan kembali penglihatannya, namun dia juga merasa khawatir bahwa Nathania mungkin tidak dapat menemukan donor pada waktunya.

“Aku harap kamu bisa segera mendapatkan donornya, Nathania” ucap Asher berusaha menghiburnya. “Jika kamu ingin membicarakan hal ini lebih lanjut, atau jika ada hal lain yang ingin kamu katakan, aku di sini untuk kamu dan aku akan mendengarkan.”

“Terimakasih tuan Asher.” ucap Nathania. “Hmm Nathania, jika kamu bisa melihat lagi. Apa hal yang ingin kamu lihat untuk pertama kali?” tanya Asher penasaran. Nathania menggelengkan kepalanya, “Saya tidak tau tuan Asher. Saya belum memikirkan itu.” Nathania merasa tidak yakin jika dia bisa melihat lagi.

Asher mengangguk, memahami kesulitan Nathania. "Tidak apa-apa, Nathania," Asher mencoba menenangkan, "Lakukan saja satu per satu. Kamu tidak perlu terlalu mengkhawatirkan masa depan."

“Kalau kamu bisa melihat lagi,” ucap Asher perlahan, “kamu mungkin ingin melihat keindahan alam, atau wajah orang-orang yang kamu sayangi.” Asher berharap kata-kata penyemangatnya dapat membantu Nathania tetap positif.

“Terimakasih tuan Asher. Saya tidak bisa memikirkan itu karena saya sudah cukup lama merasa kesepian dan hidup di dalam dunia kegelapan. Namun, untuk kedepannya saya akan mencoba untuk memikirkannya.” ucap Nathania sambil sedikit tersenyum.

Asher sedikit terkejut melihat sedikit senyuman yang terukir di wajah Nathania, karena ini pertama kalinya Nathania tersenyum di hadapannya.

Asher senang karena Nathania merasa lebih baik dan dia berusaha untuk tetap positif meskipun dalam keadaan sulit. “Senang mendengarnya, Nathania. Terkadang tidak apa-apa untuk merasa kesepian, tapi penting juga untuk menemukan momen kegembiraan dan kesenangan dalam hidup.” Asher berharap dia bisa membantu Nathania menemukan kebahagiaan yang pantas diterimanya.

Asher berdiri dan berjalan memetik bunga. “Nathania bunganya sangat cantik, kamu memang tidak bisa melihatnya. Tapi aku ingin kamu merasakan jika bunga ini sangat cantik.” Asher memegang tangan Nathania dan meletakkan bunga di tangannya.

Nathania merasakan bunga di tangannya dan hangatnya tangan Asher yang menggenggam tangannya. Dia bisa merasakan kelopak bunga dan mencium wangi manis bunga. “Bunganya terasa sangat indah dan wanginya sangat harum!” serunya penuh semangat.

Nathania takjub karena ia bisa merasakan keindahan bunga itu meski ia tidak bisa melihatnya. “Terima kasih tuan Asher, ini pengalaman yang luar biasa bagi saya” ucapnya sangat terharu.

Asher tersenyum dan meletakkan bunga di rambutnya Nathania dan berkata, “Bunganya memang cantik, tapi kamu lebih cantik Nathania.”

Nathania hanya bisa tersipu mendengar pujian itu. “Terima kasih, Tuan Asher” ucapnya lembut.

Asher dapat melihat bahwa bunga di rambut Nathania membuatnya semakin cantik.

"Aku lihat kamu menjadi semakin cantik dengan bunga di rambutmu, Nathania" ucapnya sambil tersenyum penuh kasih sayang. "T-tolong hentikan tuan Asher." Nathania gugup, sedangkan Asher terkekeh melihat reaksi Nathania.

“Nathania, berhenti memanggil ku tuan, aku tunangan mu bukan majikanmu. Panggil aku Asher.” ucap Asher dengan lembut.

Nathania terkejut dengan permintaan Asher, bukannya tidak mau, tapi dia memanggil Asher tuan karena Asher adalah seorang mafia dan tidak mungkin dia memanggilnya dengan nama nya. Namun, sekarang Asher yang memintanya untuk memanggil namanya.

Nathania lebih terkejut karena Asher lembut padanya, sangat jauh ketika mereka pertama kali bertemu. Nathania pun berpikir jika perjodohan ini tidaklah terlalu buruk.

“Baiklah, Asher” jawab Nathania. Dia senang Asher ingin dia memanggilnya dengan nama depannya. Nathania juga senang karena Asher memperlihatkan sisi lembutnya bukan sisi kejam yang ia perlihatkan pada orang lain.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!