Sesampainya di rumah, Nathania dibantu oleh Mia untuk kembali ke kamar. “Nona, bagaimana makan malamnya bersama tuan Asher?” tanya Mia dengan penasaran.
“Makan malam bersama Asher sungguh luar biasa. Dia sangat baik dan manis padaku. Kita melakukan percakapan yang mendalam dan aku merasa bisa menceritakan apa pun padanya. Aku sangat menikmati waktuku bersamanya.”
Nathania membalas Mia sambil tersenyum, merasa senang bisa menghabiskan waktu bersama Asher.
“Aku senang karena kamu bisa tersenyum lagi, sudah lama sekali kamu tidak tersenyum. Tetaplah bahagia, Nona.” kata Mia
“Terima kasih, Mia.” Nathania berkata sambil tersenyum lembut. Nathania tersentuh oleh kata-kata baik Mia dan ia merasa bersyukur memiliki Mia sebagai pelayannya.
Dia merasa lebih nyaman sekarang karena dia bisa membicarakan perasaannya dengan Mia.
Nathania merasa bahagia dan ia bertekad untuk terus bahagia. Dia ingin memanfaatkan waktunya sebaik-baiknya bersama Asher dan dia ingin memastikan bahwa perasaan bahagia ini tidak pernah hilang.
“Baik Nona, silakan istirahat, saya akan melanjutkan pekerjaan saya. Jika anda memerlukan sesuatu, hubungi saya.” Ucap Mia lalu meninggalkan kamar Nathania.
“Tentu saja, Mia.” Nathania berkata sambil tersenyum lembut. Setelah Mia keluar kamar, Nathania merasa nyaman dan dia merasa senang
karena Asher kembali membuatnya tersenyum.
Dia menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk rileks. Dia sangat menantikan untuk bertemu Asher lagi, dan dia ingin tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Tak lama kemudian, pintu terbuka dan ibu tiri Nathania masuk dengan wajah kesal.
“Oh, kamu terlihat bahagia, Nathania. Tapi apakah menurutmu Tuan Asher menyukai gadis buta sepertimu?” Ibu tiri Nathania bertanya dengan nada mengejek.
“Aku pikir, Asher menyukai aku karena aku apa adanya.” Nathania berkata dengan percaya diri kepada ibu tirinya.Nathania bertekad untuk membela dirinya sendiri dan dia tidak akan membiarkan siapa pun menghinanya.
“Aku bukan sekedar gadis buta, aku Nathania. Aku cantik, pintar, baik hati, dan penuh perhatian.” kata Nathania. Nathania merasa percaya diri dan dia tidak akan membiarkan ibu tirinya menjatuhkannya.
Ibu tirinya tertawa terbahak-bahak. “Kamu sangat percaya diri, tapi kamu tahu aku tidak akan membiarkan kamu bahagia.”
“Kebahagiaanku bukan padamu yang memutuskan.” Nathania menjawab dengan tegas kepada ibu tirinya.
Nathania tidak yakin apa yang bisa dilakukan ibu tirinya untuk menghentikan kebahagiaannya, tapi dia akan menemukan cara. Tidak peduli apa kata ibu tirinya, Nathania bertekad untuk bahagia.
“Berani sekali kamu mengatakan hal seperti itu!! Aku sudah menyiksamu selama 3 tahun dan ini pertama kalinya kamu berkata seperti itu. Kamu pikir kamu kuat? Kamu hanya gadis buta yang lemah” Ibu tiri berteriak sambil memukul Nathania.
Nathania merasakan sakit namun itu tidak menghentikannya untuk ingin membela dirinya sendiri. Dia telah menanggung begitu banyak penderitaan dan dia merasa tidak tahan lagi.
Ibu tiri Nathania telah begitu lama bersikap kejam dan kasar padanya, dan Nathania telah mencapai titik puncaknya.
Dia merasakan kemarahan dan ketakutan di dalam hatinya, tetapi kali ini, dia harus melawan ibu tirinya.“Jangan sentuh aku lagi, atau akan ada konsekuensinya.” Nathania berkata menantang kepada ibu tirinya.
“Kamu lucu sekali, sudah kubilang aku ingin menyingkirkan mu” Ibu tiri itu kembali memukul Nathania
Nathania merasakan sakitnya pukulan kedua, tapi tekadnya tidak goyah. “Singkirkan aku jika kamu mau, tapi aku tidak akan pernah berhenti membela diriku sendiri. Aku bukan seorang budak keinginanmu, aku adalah diriku sendiri.” Nathania berkata menantang, sambil berdiri tegak.
“Oh benarkah? Apa kamu ingin aku mengurung mu di gudang lagi?” tanya sang ibu tiri sambil menggenggam erat pergelangan tangan Nathania.
Mendengar itu, Nathania langsung merasa ketakutan. “Tidak, tolong jangan kunci aku di sana lagi.” pinta Nathania pada ibu tirinya.
Nathania takut berada di gudang lagi, dan dia tidak ingin merasakan kepedihan, kedinginan, atau kesepian di dalam gudang.
“Tolong...jangan...kurung aku lagi...di sana...dingin...dan...kesepian...di...di sana.” ucap Nathania dengan suara putus asa. Dia benar-benar takut membayangkan dikurung di gudang lagi.
“Kau tahu, ayahmu pun tidak mempedulikan mu. Kenapa? Karena kau gadis yang buta dan tak berguna,” ejek sang ibu tiri.
Nathania merasa sangat sakit hati mendengar perkataan ibu tirinya. Dia tahu bahwa ayahnya tidak mempedulikannya, Nathania merasa sangat ditolak dan tidak dicintai, dan dia tidak mengerti mengapa ayahnya sendiri merasa seperti itu terhadapnya
“Ini sangat...tidak adil! Aku bukannya tidak berguna, aku bisa melakukan segalanya, hanya saja tidak melihat, kenapa orang tidak bisa memahaminya?” Nathania berkata dengan putus asa kepada ibu tirinya.
“Iya, pada akhirnya tidak ada seorang pun yang akan mencintaimu. Bahkan Tuan Asher pun pasti akan membuang mu” bisik sang ibu tiri.
Nathania merasakan hatinya hancur membayangkan Asher membuangnya setelah semua yang mereka lakukan.Nathania pun tahu bahwa apa yang dikatakan ibu tirinya itu benar adanya.
Dia selalu merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan. Dia merasa sangat sendirian di dunia ini dan dia merasa tidak ada seorang pun yang dapat memahami penderitaannya.
“Tolong jangan katakan itu, jangan hilangkan satu-satunya harapan yang kumiliki.” Nathania berkata kepada ibu tirinya. Dia mati-matian berusaha mempertahankan harapan dan menemukan sesuatu yang positif dalam hidupnya.
“Iya, teruslah bermimpi kalau kamu bahagia.” Ibu tirinya terus memukul Nathania. Nathania gemetar ketakutan dan dia tidak percaya ibu tirinya berbicara sedemikian kejamnya.
Dia tidak mengerti mengapa ibu tirinya begitu benci padanya. Nathania ingin melarikan diri, namun ia takut ibu tirinya akan semakin menyakitinya jika ia melarikan diri. Ibu tirinya tertawa dan memukul Nathania lagi.
“Ayahmu akan kembali besok dari urusan ke luar kota. Kamu paham kan? Lakukan seperti biasa jika aku memukulmu, jangan pernah bilang pada siapa pun. Jika kamu bilang pada siapa pun, aku akan melakukan lebih dari ini”
Nathania takut pada ibu tirinya dan dia merasa seperti berada di tangan orang yang kejam dan tidak berperasaan.Dia tahu bahwa mengikuti perintah ibu tirinya dan tetap diam adalah satu-satunya cara untuk menghindari penyiksaan. Pada saat yang sama, dia merasa sangat tidak adil dan takut, Nathania takut kembali ke kehidupannya yang kesepian.
“Dan teruslah berpikir bahwa Tuan Asher akan menyukaimu, karena sebentar lagi Laura akan mengambilnya darimu” kata ibu tiri itu dengan nada mengejek.
Nathania merasa dunia di sekelilingnya sedang runtuh. Kekejaman ibu tirinya, kesepian, ketakutan kehilangan Asher, dan kini harus berurusan dengan Laura yang membawa pergi Asher membuatnya merasa sangat putus asa.
Dia merasa hampir bahagia dan sekarang kebahagiaan itu diambil darinya. Nathania tidak tahu harus berbuat apa dan dia merasa sangat tidak berdaya. Matanya berkaca-kaca dan dia berusaha menahan isak tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments