Asher

Asher duduk di kursi kulit di ruangannya yang mewah, dengan segelas wine ditangannya. Asher adalah bos mafia yang paling ditakuti di kota ini, dan ia sedang menunggu laporan dari anak buahnya untuk target selanjutnya.

Saat itu, pintu ruangannya terbuka dan sekretarisnya masuk. "Ada apa, Travis?" tanya Asher.

"Boss, ada kabar buruk. Raja narkoba dari daerah timur telah menyerang beberapa anggota kita dan membunuh mereka," kata Travis dengan nada khawatir.

Asher merenung sejenak, kemudian mengambil keputusan. "Kirimkan pesan ke semua anak buah kita untuk bersiap-siap. Kita akan membalas dendam dengan cara yang keras," kata Asher dengan suara yang dingin.

Travis segera keluar dari ruangan Asher untuk melaksanakan perintahnya. Asher duduk sendiri, memikirkan rencana balas dendamnya. Ia tahu bahwa tindakan Raja Narkoba tersebut tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Beberapa menit kemudian, Travis kembali ke ruangan Asher. "Semua anak buah kita sudah siap, Boss. Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?" tanya Travis.

Asher mengambil nafas dalam-dalam sebelum menjawab. "Kita akan menyerang markas Raja Narkoba. Siapkan semua perlengkapan yang dibutuhkan, termasuk senjata dan kendaraan. Kita akan menunjukkan kepada mereka siapa yang sebenarnya memegang kekuasaan di kota ini," ujar Asher dengan tegas.

Travis mengangguk mengerti dan segera keluar dari ruangan untuk melaksanakan perintah Asher. Asher sendiri tetap duduk di kursinya, memikirkan rencana yang lebih rinci untuk melaksanakan serangan tersebut.

Ia tahu bahwa tindakan ini akan menimbulkan konsekuensi yang besar, tetapi ia tidak bisa membiarkan anak buahnya dihancurkan begitu saja. Asher siap untuk mengambil risiko, karena itulah yang membuatnya menjadi bos mafia yang paling ditakuti di kota ini.

Beberapa jam kemudian, Asher dan anak buahnya tiba di depan markas Raja Narkoba. "Serang dan habisi mereka semua, tanpa ada yang tersisa." perintah Asher pada anak buahnya.

Anak buah Asher pun menerima perintahnya dengan senang hati, terlebih lagi mereka tahu betul betapa kejamnya Raja Narkoba yang selalu merindukan pembantaian.

Mereka memasuki markas dengan senapan dan senjata tajam yang ada di tangan mereka. Mereka memutuskan untuk tak peduli dengan siapapun yang masih hidup di sana.

Dor...Dor...Dor...Dor... Suara tembakan memenuhi ruangan itu.

Asher berdiri menatap anak buahnya yang sedang membantai kelompok Raja Narkoba. Asher menyalakan rokoknya dan menghisapnya dengan wajah puas. "Pemandangan yang indah."

Mereka memasuki markas tersebut dengan cepat dan mengambil alih kendali dengan kekerasan. Asher dan anak buahnya menggunakan senjata mereka dengan cerdik dan mengalahkan kelompok Raja Narkoba dengan mudah.

Setelah berhasil menguasai markas Raja Narkoba, Asher berjalan diantara tumpukan mayat itu dan mencari si Raja Narkoba. "Hmmm, ada yang sedang bersembunyi sepertinya. Cari Raja Narkoba itu bawa ke hadapan ku." ujar Asher dengan tegas.

Asher memerintahkan anak buahnya untuk mencari Raja Narkoba dan membawanya ke hadapannya. Raja Narkoba akhirnya ditemukan dan dibawa ke hadapan Asher.

Asher menatap Raja Narkoba dengan tatapan tajam. "Kau telah membuat kesalahan besar dengan menyerang anak buahku. Sekarang, kau akan membayar harga yang pantas, nyawa dibalas dengan nyawa." ujarnya dengan suara dingin.

"Bawa dia ke ruangan bawah tanah rumahku, aku akan menunjukkan apa yang harus dibayar olehnya jika mengganggu penguasa sepertiku." ujar Asher sembari keluar dari markas.

Anak buahnya Asher membawa Raja Narkoba itu ke ruang bawah tanah dan mengikat tubuhnya. Asher memasuki ruangan dengan santai sambil menghisap rokoknya, dia berdiri dihadapan Raja Narkoba itu dan menyeringai.

Raja narkoba itu ketakutan melihat ekspresi Asher yang ditunjukkan padanya, Dia menyesal telah salah memilih lawan. "Hmmm, siksa dia." ujar Asher dengan nada dingin.

Anak buahnya mengangguk dan melaksanakan perintah Asher. Mereka terus memukul dan menendang Raja Narkoba itu hingga dia lemah dan badannya tersungkur di lantai.

Asher datang menghampirinya dengan wajah kurang puas. "Sangat lemah." Asher mengeluarkan pistol dari dalam sakunya dan menodongkannya di kepala Raja narkoba.

DOR

Satu peluru melesat dan mendarat tepat di kepala Raja Narkoba. Dengan santai Asher menghisap rokoknya sambil menyeka darah di wajahnya.

Asher kembali ke ruangannya diikuti oleh Travis dibelakangnya. "Boss, bagaimana dengan tunangan anda? Seperti apa orangnya." tanya Travis dengan penasaran.

"Namanya Nathania, dia masih muda dan masih sekolah. Dia juga cantik, tapi dia buta." jawab Asher dengan santai.

Travis terkejut mendengar jawaban Asher. "Buta? Apa maksudnya, Boss?" tanya Travis dengan rasa penasaran yang semakin besar.

Asher tersenyum, "Ya, dia benar-benar buta. Aku tidak tahu penyebabnya dia buta, aku belum mengetahui tentangnya lebih banyak. Aku belum bertemu lagi dengan dia."

Travis mengangguk mengerti, "Saya mengerti, Boss. Kapan anda menikahinya? Apakah anda akan membawanya ke sini?" tanya Travis.

Asher menggeleng, "Tidak sekarang. Aku ingin memberinya waktu untuk menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu. Setelah itu, aku akan membawa dia ke sini dan memperkenalkannya pada semua orang." Travis mengangguk mengerti, "Baiklah, Boss."

Setelah itu, Travis keluar dari ruangan Asher dan Asher kembali duduk di kursinya, memikirkan tentang Nathania. "Hmmm haruskah aku datang menemuinya? Aku harus datang menemui Nathania besok."

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!