Nathania yang tenggelam dalam mimpinya terbangun dari tidurnya karena dibangunkan oleh Mia. "Nona..ayo bangun, nona."
Dia merasa sangat lelah dan ngantuk, Mia berdiri di samping tempat tidur, dengan ekspresi khawatir di wajahnya. "Apa...ada apa, Mia?" Nathania bertanya dengan suara mengantuk.
"Nona, apakah anda dipukul lagi oleh nyonya tadi malam?" tanya Mia khawatir. “Ya, aku dipukul lagi.” Nathania menjawab pelan, berusaha menyembunyikan rasa sakitnya.
Nathania berusaha menghilangkan rasa sakitnya, tapi rasa sakit itu masih terasa nyata baginya.
Mia tahu bahwa Nathania berusaha menyembunyikan perasaannya dan dia mengkhawatirkannya.
“Menurutmu mengapa ibu tiriku begitu bertekad untuk menyiksaku?” Nathania bertanya pada Mia.
Nathania takut ibu tirinya tidak berhenti memukulnya dan dia mencoba memahami mengapa ibu tirinya begitu kejam.
"Entahlah Nona, sejak pertama kali aku bekerja di sini dan kamu berumur 15 tahun kamu sudah mengalaminya. Tapi aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan jika kamu disiksa, jadi maafkan aku Nona, karena jika aku membantu kamu, aku akan diancam."
“Jangan khawatir, Mia. Kamu tidak bertanggung jawab atas tindakan ibu tiriku.” Nathania berkata pada Mia, mencoba meyakinkannya.
Nathania memahami bahwa Mia berada dalam posisi sulit dan ia harus menuruti perintah ibu tirinya.Nathania baik dan pengertian terhadap Mia, dan dia tidak ingin Mia merasa tertekan atau berkewajiban untuk membantunya.
"Nona...ayahmu sudah kembali dari luar kota, dan sekarang ingin kamu bergabung dengannya untuk sarapan" ucap Mia.
"Terima kasih, Mia. Aku akan segera datang untuk sarapan." Nathania membalas Mia.
Nathania masih sedikit mengantuk dan dia merasa kepalanya masih sakit akibat penganiayaan malam sebelumnya. Namun dia memutuskan untuk pergi sarapan dan menghadap ibu tirinya serta ayahnya.
"Mau aku bantu jalan? Atau kamu mau aku ambilkan tongkat?" tanya Mia. "Bisakah kamu mengambil tongkatku? Ada di meja samping tempat tidurku."
Nathania mencoba duduk dan bergerak.
Sekujur tubuhnya masih pegal pukulan tadi malam, namun ia ingin turun ke bawah untuk sarapan.
Dia juga khawatir tentang bagaimana ibu tirinya akan memperlakukannya sekarang setelah ayahnya ada di rumah. Nathania berharap kehadiran ayahnya dapat menghentikan penganiayaan yang dilakukan ibu tirinya. Namun dia juga takut dengan apa yang akan terjadi jika dia dan ibu tirinya hanya berduaan lagi.
Nathania berjalan ke arah meja makan dan duduk di kursi. Tidak lama, Laura datang dan langsung disambut oleh Ayahnya dan ibu tirinya. "Hai Laura, sayang. Ayah sudah lama tidak melihat mu." ucap sang Ayah.
Nathania merasa kesal dan sedih pada ayahnya, bahkan dia tidak menanyakan kabar padanya. Kenapa harus Laura? Padahal putri kandungnya sendiri adalah Nathania.
Nathania merasa sangat ditinggalkan dan dilupakan. Dia merasa Laura telah menggantikan dirinya di keluarganya sendiri, dan dia merasa ayahnya tidak mempedulikannya lagi.
Dia cemburu pada Laura, yang rukun dengan ayahnya dan diperlakukan seperti seorang putri.
Ibu tirinya sama sekali tidak memperhatikannya dan dia sepenuhnya fokus pada Laura.
Nathania merasa sangat tidak bahagia duduk di meja makan dan mendengarkan ayahnya yang sangat peduli pada Laura.
"Bisnis yang ayah lakukan sukses, dan rencananya ayah akan melakukan pesta di perusahaan. Aku ingin kalian juga datang." ucap sang Ayah.
"Ah benar, Nathania datanglah juga. Tapi datanglah dengan tuan Asher, ayah sudah memberikan undangan padanya." tambahnya.
Nathania merasa begitu senang sekaligus lega mendengar dirinya diundang ke pesta tersebut.
Ia semakin senang mendengar bahwa ia akan ditemani oleh Asher yang selama ini selalu baik dan baik padanya.
Laura kesal dan berkata. "Ayah, kenapa Ayah membiarkan Nathania ikut dalam pesta? Anak buta seperti dia hanya akan mengganggu pesta."
“Dia adalah keluarga, Laura, dan dia tidak akan mengganggu pestanya.” jawab sang ayah dengan tegas. Nathania senang mendengar ayahnya membela dirinya dan dia senang bahwa ayahnya bisa memahami upaya Laura untuk mengeluarkannya dari pesta.
Nathania bangkit dari meja dan mulai bersiap-siap ke sekolah. Dia senang bisa meninggalkan rumah dan menjauh dari ibu tirinya untuk sementara waktu.
Setelah bersiap-siap, Nathania langsung pergi ke sekolah ditemani oleh dua anak buah Asher. Nathania senang anak buah Asher menemaninya ke sekolah. Asher selalu memastikan Nathania sampai dan pulang sekolah dengan selamat. Nathania berterima kasih atas perlindungan Asher dan dia tahu dia berada di tangan yang tepat.
Sesampainya di sekolah, Nathania belajar dengan baik walaupun tidak bisa melihat. Dia bersyukur karena teman-temannya di kelas membantunya untuk belajar.
Nathania bersyukur memiliki teman-teman yang penuh perhatian dan suportif di kelas. Sangat menantang baginya untuk belajar tanpa kemampuan membaca atau melihat dan itu bukan tugas yang mudah.
Namun teman-teman sekelasnya menyadari betapa sulitnya hal itu baginya, dan mereka bersedia membantunya semampu mereka.
Nathania merasa sangat bersyukur karena teman-teman sekelasnya begitu mendukung dan membantunya dalam studinya.
Hal ini membuat waktu yang dia habiskan di sekolah lebih bermakna dan menyenangkan, karena dia merasa teman-teman sekelasnya peduli terhadap dirinya dan kesejahteraannya.
"Nathania, kita akan segera lulus. Apa yang ingin kamu lakukan?" tanya teman sebangkunya.
Nathania bingung harus menjawab apa, karena seharusnya dia menikah dengan Asher sesuai kesepakatan yaitu setelah dia lulus sekolah. Tapi dia tidak mungkin mengatakan itu.
"Aku belum memikirkannya, mungkin aku akan kuliah" jawab Nathania gugup. “Sebentar lagi kita akan ujian dan kita akan segera berpisah karena kita akan lulus sekolah” ucap teman sekelasnya dengan sedih.
"Ah benar, aku sangat bersyukur karena bertemu dengan mu. Kamu selalu membantuku" ucap Nathania sambil tersenyum.
Nathania berterima kasih atas bantuan dan dukungan teman sekelasnya selama mereka bersama di sekolah.
Dia juga merasa sedikit sedih, memikirkan mereka akan lulus dan berpisah, tapi dia senang mereka bisa menghabiskan waktu bersama sebagai teman. Nathania senang bisa bertemu dengan teman-teman sekelasnya dan menjadi begitu dekat dengan mereka selama bersekolah.
Bel pulang sekolah berbunyi, Nathania berjalan ke luar sekolah dengan hati-hati. Namun dia dikejutkan dengan suara langkah kaki yang sangat familiar menghampirinya. "Asher?" ucap Nathania.
"Hai Nathania, aku menyuruh anak buahku untuk pergi dan aku yang akan menjemput mu." ucap Asher dengan lembut.
..."Ayahmu mengundangku ke pesta perusahaannya, dan aku akan menemanimu. Dan sekarang aku ingin mengajakmu ke mall untuk membeli gaun." tambahnya....
"Benarkah, Asher? Kamu ikut ke pesta perusahaan bersamaku? Luar biasa!" Nathania merasa senang mendengar Asher akan menemaninya ke pesta perusahaan. Ia juga menantikan perjalanan ke mall untuk membeli gaun, karena ia selalu menginginkan pakaian yang bagus.
"Ya, bisakah kita pergi sekarang?" Asher bertanya sambil memegang tangan Nathania. "Ya." jawab Nathania.
Asher membantu Nathania masuk ke dalam mobil dengan hati-hati, agar kepala Nathania tidak terbentur. Dia juga memasangkan sabuk pengaman Nathania.
Asher mengemudikan mobilnya sambil terus memperhatikan Nathania. "Nathania, bolehkah aku mengatakan sesuatu? Saat aku menjemputmu untuk makan malam kemarin. Aku merasakan sesuatu yang aneh dengan Laura, kakak tirimu." kata Asher
Nathania sedikit terkejut mendengar Asher menyebut nama kakak tirinya. Apa yang aneh dari dia? Dia merasa sedikit penasaran tapi juga sedikit gugup.
Dia bertanya-tanya apa yang mungkin dipikirkan Asher. Dia sedikit curiga pada saudara tirinya, tapi dia tidak mau langsung mengambil kesimpulan. “Apa yang aneh? Apa yang kamu perhatikan?” Dia bertanya, merasa agak ragu-ragu.
"Dia meraba dadaku dan memegang tanganku, lalu dia bilang kalau aku tipenya. Aku sangat kesal jadi aku meninggalkannya dan masuk ke kamarmu untuk bertemu dengan mu." jawab Asher.
Pikiran Nathania kembali ke kejadian tadi malam, saat ibu tirinya mengatakan bahwa Laura akan mengambil Asher darinya. Sekarang semuanya masuk akal, pikir Nathania.
Laura mencoba merayu Asher dan mencurinya dari Nathania. Dia merasa sangat frustrasi karena Laura berusaha mengambil Asher darinya, dan dia tidak ingin hal ini terjadi. Dia merasa cemburu dan protektif terhadap Asher, dan dia perlu menemukan cara untuk menghentikan Laura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments