Insiden perampokan di dalam minimarket menyebar begitu cepat, hampir setiap saluran menayangkannya pada acara berita utama. Keberadaanku menjadi sorotan banyak media.
"Ini menyebalkan," ungkapku ketika berada di dalam sel penjara.
Aku sama sekali tidak mempermasalahkan fakta bahwa polisi saat ini menetapkan aku sebagai tersangka, tetapi yang membuatku kesal adalah fakta bahwa aku membuang begitu banyak waktu hanya untuk mengurusi sesuatu yang tidak penting.
Misalnya saja menghajar beberapa polisi yang hendak menginterogasiku dengan kekerasan.
"Apa jawaban yang aku berikan masih tidak memuaskanmu, tuan polisi?" tanyaku pada pria paruh baya yang tengah terkapar di lantai.
"T-tidak, aku mohon hentikan. Aku hanya mendapat perintah dari atasanku..." dengan tubuh penuh luka lebam, dia memohon belaskasihku untuk tidak memberikan 'pemahaman' lagi padanya.
"Jadi sekarang kau sudah memahami bahwa aku bukanlah perampok seperti yang kau tuduhkan padaku?"
"Ya... ya aku memahaminya, kumohon lepaskan aku... a-aku punya anak...." pria itu kehilangan kesadaran setelah aku menendang wajahnya.
"Tidak ada yang memintamu untuk menceritakan tentang keluargamu."
Aku berdiri diam di tengah ruangan yang gelap. Hanya ada satu lampu yang terus bergoyang-goyang, menerangi ruangan gelap dan memperlihatkan belasan pria dewasa yang juga tak sadarkan diri seperti pria sebelumnya.
Biasanya setelah aku 'menidurkan' para polisi yang masuk ke ruangan ini, akan ada lebih banyak polisi yang datang. Tetapi setelah aku berhasil menumbangkan tujuh orang polisi, mereka tidak lagi datang.
Pintu keluar masih dikunci. Tatapanku beralih ke kamera pengawas di sudut ruangan yang terus memantau keadaan.
"Ada game yang harus aku mainkan, jadi aku harus pergi!" kataku pada kamera pengawas.
Namun, pintu masih tetap terkunci, itu membuatku kesal. Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, aku mencoba mendobrak pintu itu.
Aku menendang salah satu polisi yang mengenakan armor tebal. Tubuh polisi berarmor itu meluncur cepat ke arah pintu, menyebabkan guncangan hebat saat tubuh polisi dan pintu saling bertabrakan.
Akibatnya, armor yang dikenakan polisi itu hancur, sementara pintu mengalami penyok. Darah mengalir keluar dari tujuh lubang di kepalanya, menunjukkan bahwa keadaan tidak baik-baik saja.
"Cih, lebih keras dari yang kuduga."
Melihat pintu yang tidak pecah dengan satu serangan, aku berniat menggunakan polisi lainnya sebagai bola sepak, tetapi kali ini aku akan menggunakan kekuatan yang lebih besar pada tendanganku.
"Mungkin semuanya akan berakhir menjadi lukisan abstrak, dengan hanya warna merah yang digunakan pada lukisan itu."
Aku bersiap untuk menendang ketika tiba-tiba pintu yang menjadi sasaran terbukalah, memperlihatkan seorang wanita yang mengenakan pakaian elegan seperti seorang terhormat, sangat mempesona namun juga begitu mengintimidasi.
"Bibi Rena!" aku sangat terkejut melihat kemunculan bibi yang sangat mendadak.
***
“Nagara ini memiliki hukum yang harus ditegakkan” kata kepala polisi dengan nada penuh intimidasi, seakan mencoba memperlihatkan kekuasaannya di tempat ini.
Bibi Rena yang menjadi lawan bicaranya hanya mengangguk kecil sembari mengiyakan perkataan kepala polisi. Sementara aku hanya menguap karena merasa bosan, bagiku perdebatan yang akan terjadi di depanku tidak akan begitu menarik karena sejak awal sudah diketahui siapa pemenangnya.
“Saya setuju. Karena itulah saya mengingatkan anda untuk menegakkan keadilan. Bebaskan keponakan sata, dan hukum kelima Arcanis yang menjadi dalang keributan ini.” balas bibi Rena.
Mendengar balasan dari bibi Rena membuat kepala polisi dan seorang bawahannya tertawa. Mereka meminta bukti jika kelima anak nakal yang aku lawan adalah pelaku, bukan korban dan sekaligus sesuatu yang membuktikan jika aku tidak bersalah.
“Hemp,” dengus bibi Rena, tatapannya jatuh, menatap kedua penegak hukum di depannya begitu rendah.
Tatapan yang begitu menghinakan, membuat kepala polisi dan bawahannya menjadi begitu marah, tetapi mereka tidak dapat mengatakan apapun begitu bibi Rena mengatakan sesuatu yang sangat mencengangkan.
“Buktinya adalah uang 5 miliar yang baru saja masuk ke rekening anda”
Perkataan bibi Rena begitu santai, tetapi juga terdapat nada suara jijik darinya. Kedua polisi yang mendengarnya sontak terkejut, keduanya saling menatap cukup lama seakan sedang berkomunikasi lewat telepati.
“Apa maksudmu dengan uang 5 milyar?, apa kau bermaksud mengatakan jika kami menerima suap! Itu adalah tuduhan yang sangat serius, kau bisa dipidanakan karena berkata sembarangan!.” rekan kepala polisi berkat dengan nada penuh amarah.
Tetapi amarahnya segera menghilang saat aura yang sangat menekan meluap dari bibi Rena. Rasa takut dan kegelisahan dialami oleh kedua pria itu membuat lutut mereka terasa lemas.
“Berhentilah mengatakan omong kosong. Lima detik lagi kau akan mendapatkan panggilan dari seseorang yang tidak akan berani kau tolak.”
Kepala polisi tidak mengerti maksud perkataan bibi Rena. Namun seperti yang wanita berusia 31 tahun itu katakan, ponsel kepala polisi berdering menandakan jika seseorang telah menghubunginya.
Kepala polisi mengumpat karena diganggu saat sedang menghadapi masalah penting dengan ku dan bibi Rena, tetapi seketika wajah pria paruh baya itu berubah penuh kekhawatiran ketika melihat telephon di tangannya.
“Sekarang apakah kita bisa meninggalkan tempat busuk ini? Keponakanku terlihat sudah tidak sabar untuk pulang.” bibi Rena berkata dengan senyuman lebar.
Kepala polisi berubah sikapnya, dia menjadi begitu ramah hingga mengantar kami keluar dari kantornya. Rekannya yang melihat perubahan sikap kepala polisi segera menyadari jika seseorang yang sebelumnya menelfon pasti orang yang sangat berkuasa.
***
Bibi Rena mengantarku pulang dengan mobil, di perjalanan aku meminta maaf padanya karena telah membuat masalah hingga membuatnya ikut terlibat.
“Jangan dipikirkan, lagipula aku memang berniat melihat keadaanmu.” dia mengatakan jika menang sudah tanggung jawabnya untuk melindungi ku semenjak ibuku menitipkan aku padanya.
“Tapi aku sudah dewasa sekarang, aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri.”
“Sungguh, seperti membantai semua orang di kantor itu?.”
“Aku tidak membunuh siapapun”
“Tapi jika kau menggunakan cara kekerasan seperti itu, maka pada akhirnya kau tidak akan memiliki pilihan lain selain membungkam mereka untuk selamanya.”
Aku diam tidak dapat menyanggah perkataan bibi Rena. Jika aku memilih untuk menyelesaikan masalahku dengan kekerasan, maka akan lebih banyak masalah yang akan mendatangiku. Hingga pada akhirnya yang biasa aku lakukan hanyalah menghilangkan semua masalah untuk selamanya.
“Aku hanya bermaksud pergi berbelanja selama sepuluh menit lalu kembali bermain game. tapi siapa sangka aku justru mengalami masalah seperti ini.” ucapku sembari melihat ke luar jendela.
Menghela nafas berat seakan baru saja melewati hari yang melelahkan, “Aku memang sangat sial.” gumamku.
“Game?.” suara bibi Rena yang tengah mengemudi terdengar antusias, “Game apa yang sedang kau mainkan? Apa itu Metal Saga?.” dia terlihat begitu tertarik.
“Apa bibi juga bermain game itu?.”
“Tentu saja. Bagi seorang pengusaha, tidak ikut dalam sebuah infeksi besar yang sangat menjanjikan adalah sebuah kesalahan fatal.”
Bibi Rena mengatakan jika sudah mensinkronisasikan game Metal Saga bahkan saat masa awal perilisan, dia bahkan telah membangun sebuah perserikatan yang dibiayai oleh perusahannya.
“Apa kau tertarik bergabung dengan Guild Evogen?”
“Apa, Energen?.” aku sengaja memplesetkan nama guild bibi Rena.
“Ya, ampu apakah selama ini kau hidup begitu miskin hingga setiap hari hanya mengisi perut dengan minuman yang bisa dimakan itu?.”
“Apa hubungannya?.”
Tetapi dia justru menanggapi serius perkataanku dengan cara yang sangat aneh.
“Buktinya, kau salah mendengar Bana guild ku dengan nama merek susu bubuk. Itu artinya kau sedang kelaparan bukan?.”
“Aku hanya bercand.... uwaaaa”
Tiba-tiba bibi Rena membanting setir membuatku terpelanting di dalam mobilnya karena tidak mengenakan sabuk pengaman. Mobil tidak langi mengarah pada rumahku, tetapi bibi Rena langsung mengajakku ke sebuah restoran mewah.
Dengan penuh perhatian dia menyuapiku banyak makanan, hingga aku merasa bingung apakah dia benar perhatian padaku atau sedang mencoba membunuhku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Khalidi Huri
segitunya perhatian sampai dikira mau dibunuh
2024-04-15
0