Toko bunga.
Gadis itu menatap Ningsih yang terlihat terburu-buru meninggalkan tokonya. Senyum kecil tergores di bibirnya hingga suara serak terdengar dari dalam toko.
{Sangat buruk, sangat menyedihkan. Bagaimana dia bisa lupa untuk menyiram bunga yang menjadi satu-satunya hal tersisa dari ibunya?}
Senyum gadis itu seketika sirna mendengar perkataan tersebut. Tatapannya begitu tajam melihat pintu bertuliskan 'Staf only' yang sedikit terbuka memperlihatkan kegelapan pekat. Beberapa titik merah berkedip dari dalam kegelapan, seperti mata yang sedang mengintip.
“Dia hanya gadis biasa dengan masalah di kepalanya. Kita pun sudah melihatnya berulang kali melakukan kesalahan yang sama”
{Tapi hingga membuat bunga itu mati, ini adalah yang pertama kali}
“Itu membuktikan jika penyakit lupanya semakin parah.”
{Jika terus dibiarkan, dia akan berakhir dengan melupakan dirinya sendiri}
Gadis itu mengambil penyemprot untuk menyirami tanaman, titik merah yang berkedip terus memperhatikan kemanapun gadis itu bergerak.
“Itu akan sangat disayangkan, namun aku pikir dia akan lebih baik seperti itu.”
{Apa kau sungguh berpikir demikian?}
“Ya...” jawab tegas gadis itu sembari memunggungi pintu. “...lagipula si peramal telah mengatakan padaku, jika sampai kapanpun ingatannya tidak akan benar-benar bisa meninggalkannya.”
{Tetapi kalau tidak pernah percaya dengan ramalan}
Suara gemericik air dari semprotan semakin deras.
“...Itu hanya pemikiran lama.”
Meskipun hanya punggung yang terlihat, tetapi pengintip yang masih berada di balik pintu dapat merasakan perasaan dari gadis itu.
“Lebih baik kita tetap diam dan terus mengawasi. Tidak baik mengusik iblis yang terti...”
Tanpa sengaja gadis itu menggigit lidahnya, sesuatu membuatnya terkejut hingga memaksanya untuk diam selama beberapa detik. Bukan hanya gadis itu, si pengintip dan bahkan seluruh manusia di pasar terdiam disaat bersamaan.
Semua orang kebingungan setelah, namun tidak ada yang menghiraukan, mereka kembali beraktivitas seperti biasa. Tetapi berbeda dengan gadi di dalam toko bunga, keringat dingin mengalir deras dari punggungnya, kakinya lemas hingga membuatnya terjatuh.
{Kau tidak apa-apa?}
“A-aku baik-baik saja, tetap berada di dalam.”
Suara geraman terdengar dari dalam ruangan gelap, seperti suara hewan buas yang marah.
{Hanya apa yang barusan terjadi?}
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.
***
Di dalam gudang, aku mencari album foto karena penasaran dengan gadis yang aku temui di toko bunga.
Setelah mencari cukup lama karena aku lupa meletakkan album tersebut, akhirnya aku menemukannya di dalam sebuah kardus bertuliskan "Sekolah dan Teman". Selain album foto, di dalam kotak tersebut juga terdapat banyak benda.
Perasaanku tidak enak saat berada di dalam gudang sehingga aku tidak bisa berada lama di tempat ini. Membuka album yang dipenuhi oleh foto keluargaku, aku menemukan sebuah foto yang menampilkan puluhan anak berseragam sekolah berfoto bersama.
Aku melihat bahwa salah satu anak di dalam foto tersebut adalah diriku yang berdampingan dengan gadis dari toko bunga. "Apakah ini adalah foto kelulusan saat aku di sekolah dasar?" tanyaku.
"Jadi namanya adalah Mino Singroza," melihat kedekatanku dengan gadis itu, membuatku berpikir bahwa mungkin saja dulu dia adalah temanku. Karena perasaan tidak nyaman yang semakin kuat, dengan tergesa-gesa aku segera mengembalikan album foto tersebut lalu bergegas keluar dari gudang.
Setelah memuaskan rasa penasaran, aku mulai mengerjakan rencanaku untuk memulihkan kembali taman bunga di halaman belakang.
Aku mengumpulkan tanaman yang telah mati ke dalam wadah besar, nantinya aku berniat menjadikannya pupuk kompos. Setelah seluruh pot telah dikosongkan, aku mengisinya kembali dengan tanah dan pupuk beserta benih bunga.
Pekerjaan di halaman belakang berlangsung dari siang hingga sore. Dari awalnya hanya berniat menanam tanaman dalam pot, aku justru berakhir membersihkan seluruh halaman belakang dari tanaman liar.
"Andai saja semua bunga memiliki ketahanan seperti rumput liar," ucapku saat beristirahat sembari menikmati sirup dingin. Melihat pemandangan matahari tenggelam setelah lelah bekerja terasa sangat luar biasa.
Ini mengingatkan aku pada ayahku yang sering melakukan hal yang sama saat dia pulang bekerja. Aku diam sejenak memikirkan ayahku, hingga akhirnya ketidakberdayaan dari tubuh yang berkeringat memaksaku untuk segera mandi.
Benih bunga dan peralatan game bukanlah semua barang yang aku beli saat di pasar swalayan. Aku juga membeli persediaan makanan sehingga mulai hari ini aku bisa menikmati sesuatu yang lezat.
“Tentang game, mari lakukan setelah makan malam.”
Setelah makan malam, aku duduk di sofa depan televisi, memainkan ponselku untuk mencari informasi yang mungkin bisa berguna dalam permainan.
"Aku pikir sudah cukup." Setelah merasa telah mendapatkan banyak informasi, aku akhirnya memulai permainan.
Memasang VR Box di kepalaku, kemudian mulai rebahan, mencari posisi simetris yang terasa nyaman hingga aku pun bersiap untuk memulai permainan.
“Sial, aku lupa kata sandinya... ya terserahlah, gunakan saja kata sandi universal.”
“Memulai permainan”
Kesadaran ku seketika seakan tertarik memasuki jurang yang begitu dalam dan begitu gelap. Perasaan yang begitu nostalgia, sama seperti yang aku rasakan ketika bermain Brave Enchanters online.
***
[Selamat datang player]
Suara seorang wanita menyambutku, aku perlahan membuka mata dan mendapati diri tengah berada di atas pulang berukuran kecil yang mengapung di udara.
Menurut informasi yang aku dapatkan, pulau terapung tersebut disebut dinamakan sebagai Enterenc atau pintu masuk yang akan dikunjungi semua player baru, dan pulau ini hanya bisa dikunjungi satu kali.
Saat berada di Enterenc, player akan menjalankan berbagai tutorial sebelum memulai permainan. Namun mengikuti tutorial bukanlah sebuah kewajiban, player bisa bebas melewati tutorial lalu langsung beralih ke tahap pembuatan karakter.
Dan itulah yang aku lakukan.
[Apa anda yakin ingin melewati tahap tutorial?]
“Ya!” jawabku tegas.
[Apa pilihan anda susah buat?]
Sistem kembali bertanya. Biasanya pada titik ini player baru akan bimbingan apakah dia akan tetap pada keputusannya untuk melewati tahap tutorial, atau merubah pikiran kemudian mulai menjalani tahap pelatihan yang bisa memakan waktu hingga dua jam.
“Aku dengan sadar dan tegas memilih untuk melewati tahap pelatihan!”
[......]
Tidak ada balasan untuk beberapa saat, sepertinya perkataanku yang sangat tegas mempengaruhi sistem. Biasanya sistem akan memberikan pertanyaan yang sama hingga sepuluh kali. Para player menganggap itu sebagai naskah tertulis yang harus dilewati jika ingin menghindar dari pelatihan.
[Pilihan player dikonfirmasi]
Namun aku hanya butuh dua kali penolakan untuk membuatku lolos.
[Tahap selanjutnya pembuatan karakter]
Sebuah cermin besar muncul di hadapanku, memperlihatkan diriku yang mengenakan baju serba putih seperti kain Ihram. Dari pantulan cermin aku bisa melihat seorang gadis dengan raut wajah datar beserta dua tanduk yang terlihat mengganggu di kepalanya.
“Jadi seperti ini wajahku” gumamku. Sudah lama aku tidak berkaca karena tanduk yang aku miliki membuatku merasa tidak nyaman saat melihatnya.
Karena tanduk itu membuat orang-orang menatapku dengan hina. Bisakah aku membuat karakter di dunia game yang terlihat normal sehingga orang akan menatapku dengan cara yang berbeda?.
“Sepertinya menarik.” aku sempat merasakan harapan tinggi akan perubahan perspektif orang lain terhadapku. Namun pada akhirnya aku dibuat kecewa seperti yang selalu ku alami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Al Fatah
agak bingung
2024-05-23
0
Adrian Syifa
next chapter ditunggu thor
2023-11-28
1
𝑲𝒂𝒊, 𝒚𝒂𝟔𝟒❄📕
Lanjut thor semangat ya nulisnya. 😀
2023-11-27
2