Kemarin aku menghabiskan waktu sepanjang hari untuk membersihkan rumahku yang terlihat begitu berantakan setelah aku meninggalkannya selama satu pekan.
Tumpukan pakaian kotor, piring kotor yang berserakan di dapur, dan debu yang menumpuk di setiap sudut ruangan. Rasanya seperti tantangan besar untuk menghadapi kekacauan ini.
Keesokan harinya, aku kembali ke kantor menggunakan sepeda dengan penampilan yang jauh dari biasanya.
Tanpa pakaian formal, aku hanya mengenakan jaket olahraga yang biasa aku gunakan saat bersantai. Tentu saja, hal ini membuat para karyawan dan petugas keamanan melirikku dengan rasa heran. Mereka mungkin bertanya-tanya, "Kenapa dia berpakaian seperti itu?" Namun, rasa keheranan mereka segera memudar begitu mereka melihatku lebih dekat.
Namun, saat aku memasuki kantor Manajer, suasana berubah drastis. Wajahnya dipenuhi dengan amarah dan kekesalan. Dia langsung melemparkan kata-kata kasar yang menggambarkan hidupku sebagai sesuatu yang tidak berguna. Dia bahkan tidak ragu untuk mengingatkanku tentang absensiku kemarin, dengan mengatakan bahwa aku harus bersyukur masih memiliki pekerjaan setelah melakukan itu.
Tapi ada sesuatu yang aneh. Manajer ini sangat berbeda dari orang yang aku kenal. Di masa lalu, saat aku masih menjadi seorang karyawan magang, dia selalu meminta bantuanku dengan penuh keramahan. Namun, sekarang, seakan-akan dia berubah menjadi seseorang yang tidak dapat diakui. Apakah semua itu hanya topeng belaka?
"Dengan sanksi karena membolos kemarin, gajimu akan dipotong," ucapnya dengan sinis, wajahnya penuh dengan ekspresi jijik.
Dia berpikir aku akan segera menyerah dan melakukan pekerjaanku seperti yang dia perintahkan. Tapi kali ini, aku punya rencana yang berbeda. Aku menyerahkan surat pengunduran diri.
Manajer terdiam, matanya terbelalak saat membaca surat yang aku letakkan di mejanya. Aku berterima kasih atas perlakuannya yang tidak menyenangkan selama aku bekerja di sini dan memintanya untuk membayar semua waktu lembur dan pekerjaan ekstra yang telah aku lakukan tanpa kompensasi yang pantas.
Aku meninggalkan Manajer yang masih terdiam di dalam ruangannya. Saat aku melewati meja kerjaku, pandanganku tertuju pada tumpukan dokumen yang menumpuk di sana. Rasanya seperti para karyawan berharap aku akan kembali mengambil alih tugas-tugas mereka lagi. Tapi kali ini, mereka harus menyelesaikan tugas mereka sendiri. Aku tidak akan lagi menjadi tempat sampah untuk menumpahkan pekerjaan mereka.
***
Aku tidak merasa senang maupun menyesal setelah meninggalkan tempatku bekerja selama tiga tahun.
Tidak ada kenangan indah atau menyakitkan yang perlu aku kenang, selama tiga tahun menjalani kehidupan sebagai karyawan kantoran merasa semuanya begitu hambar. Aku tidak banyak berbicara dengan karyawan lain, layar monitor dan keyboard adalah teman-teman ku selama tiga tahun terakhir.
"Keluar dari pekerjaan, Cek!" Aku mencoret salah satu list dari daftar yang akan aku lakukan hari ini.
"Selanjutnya adalah membeli benih dan peralatan gaming." Bertolak dari gedung perusahaan, aku segera menuju pasar swalayan.
"Di sini kah?" Aku berdiri di depan sebuah toko bunga yang aku dapatkan lokasinya lewat internet. Bunyi suara lonceng terdengar begitu aku membuka pintu, kemudian seorang gadis seusiaku dengan berambut keemasan menyambut kedatangan pengunjung tokonya.
"Selamat datang...." Gadis itu terdiam saat melihatku. "Oh, Ningsih, rupanya." Dia langsung mengetahui namaku.
"Apa dia mengenalku?" Aku segera bersikap waspada terhadap gadis dari toko bunga itu, namun kewaspadaanku justru dibalas dengan gelak tawa.
"Ahahaha, ini benar-benar seperti melihat rekaman video yang diulang." Gadis itu tertawa lepas hingga sedikit air mata keluar dari matanya. Mencoba memahami perkataan gadis tersebut, aku kembali diingatkan dengan kelemahan yang aku miliki.
"Apa aku pernah datang kemari sebelumnya?" tanyaku dengan penasaran.
"Ya, tentu saja. Kau selalu datang dua hingga tiga kali setiap bulan ke toko ini," balasnya dengan senyum lebar. Tetapi aku tentu saja tidak langsung mempercayainya.
"Benarkah sesering itu aku datang ke toko bunga?"
"Itu benar, dulu kau sering datang bersama ibumu," balasnya dengan nada yang meyakinkan. "Tetapi semenjak kepergian ibumu, kau hanya pernah datang kemari sebanyak dua kali," lanjutnya.
Sebenarnya aku tidak memiliki alasan untuk tidak percaya padanya, tetapi masih ada sesuatu yang membuatku merasa aneh sehingga aku tidak menurunkan kewaspadaanku. Entah apa yang membuatku seperti itu, yang jelas untuk saat ini aku memilih fokus pada tujuanku datang ke toko bunga.
"Benih Kasturi dan anggrek merah?" dia langsung menawarkan benih yang ingin aku beli. Sungguhan, sebaik apa pemahamannya tentang diriku.
"Mungkin perkataannya yang sebelumnya memang benar."
Selain dua benih yang dia tawarkan, aku juga menginginkan lebih banyak jenis benih. Perkataanku membuat gadis itu terkejut, dia langsung memahami jika kerusakan di kebun belakang rumahku begitu parah.
"Mungkinkah bunga yang ibumu buat juga..."
"Ya,"
"Oh, itu sungguh... sangat disayangkan."
Aku merasa tidak nyaman berada lama di dalam tokoh sehingga membuatku bersikap dingin terhadap gadis itu. Insting yang aku miliki seakan menyuruhku untuk meninggalkan toko bunga secepatnya, sehingga saat seluruh benih yang aku butuhkan telah didapatkan, aku segera meninggalkan toko itu.
"Jika kau penasaran tentang aku, lihat saja album foto sekolahmu," katanya saat aku hendak keluar dari toko.
Perasaan yang tidak nyaman membuatku begitu gugup, hingga aku tidak sempat bertanya namanya. "Sungguh tidak sopan," batinku mengutuk diriku sendiri. Sangat jarang bagiku merasa begitu ketakutan seperti yang baru saja aku alami.
Sebagai perbandingan, aku tidak merasakan apapun saat berhadapan dengan tukang begal ketika aku pulang dari kantor. Itu membuktikan jika perasaanku menganggap gadis di dalam toko bunga itu lebih menakutkan dibandingkan sekolompok pria dewasa dengan perawakan menyeramkan membawa senjata tajam.
"Mungkin aku bisa tahu siapa dia jika melihat album foto yang dia sarankan."
Setelah berbelanja benih, giliran membeli perangkat gaming yang akan aku gunakan untuk bermain Mental Saga. Masih di pasar yang sama, aku mendatangi sebuah toko game yang terbesar di area penjualan perangkat elektronik.
Toko bernama Toge Store itu dijaga oleh beberapa security khusus dan terlihat banyak pegawai yang bekerja di dalamnya. Itu adalah toko yang besar, apa penjualan peralatan gaming memang sebagus itu sampai-sampai toko ini menjadi begitu makmur.
Security terlihat begitu terkejut dengan kedatanganku. Sebuah reaksi yang wajar ditunjukkan semua orang saat pertama kali melihatku. Namun yang membuatku heran adalah ketika mereka segera merubah sikap keterkejutan menjadi sikap hormat, seolah-olah mereka sedang menyambut bos di tempat ini.
Aku berpikir sikap yang mereka tunjukkan hanya sebagai formalitas pekerjaan. Sungguh para profesional, andai saja semua security dan pegawai di tempat lain memiliki sikap seperti mereka. Karena aku sudah sering diusir berkali-kali saat ingin mengunjungi sebuah toko maupun restoran.
Seorang pria tampan segera mendatangiku begitu aku memasuki toko. Penampilannya terlihat begitu rapi dan terkesan mewah, daripada sebagai seorang karyawan, dia lebih terlihat seperti pemilik toko ini.
"Tidak mungkin bukan pemilik toko sendiri yang melayaniku," batinku.
"Apakah nona mencari perangkat yang dapat memainkan game Metal Saga?" tanya pria tersebut.
Sekali lagi aku dibuat terkejut, seperti gadis dari toko bunga tadi. Karyawan toko ini juga segera mengetahui apa yang sedang aku cari.
"Eee... apakah aku sering datang ke sini sebelumnya?"
"Ahahaha, aku yakin nona terakhir datang kemari lima tahun lalu. Saat itu nona membeli game BEOL beserta perangkatnya."
Mataku melebar seakan baru mengingat sesuatu, meskipun sebenarnya aku sama sekali tidak mengingat apapun.
Pria itu pun mulai mempromosikan perangkat dan game Metal Saga. Awalnya aku berniat membeli perangkat yang biasa, namun pemuda itu begitu pandai melakukan promosi sehingga aku berakhir dengan membeli perangkat termahal.
"Sepertinya aku mengingat sesuatu..." gumamku. Seketika keadaan toko menjadi sunyi sejenak, tetapi mungkin itu hanya perasaanku.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Al Fatah
kenapa nih? apakah bisa baca pikiran mc?
2024-05-23
0
Al Fatah
puas hatiku/Tongue/
2024-05-23
0
Agniz
yg toko bunga, oke. masuk akal krn sering datang.
yg toko perangkat gaming, cukup menyeramkan. padahal baru sekali datang keknya. atau mereka nyimpen data" pelanggan yg dtg?
2024-01-03
2