Chapter 17

Wanita itu semakin lama semakin mendekat, Hugo masih memutar tombaknya dari kiri ke kanan dengan senyum lebar di wajahnya, baju zirah merahnya terlihat mengembang karena dia melepas gelangnya, telinga serigala muncul di kepalanya, begitu juga ekor nya yang mengibas kesana kemari. Melihat penampilan Hugo, wanita itu berhenti dan berbalik, dia mengambil pedang di punggungnya dan bersiap siap dengan memutar tangannya,

“Kenapa tidak lari ?” Tanya Hugo.

“Tanggung.....kalau berdua mereka tidak masalah.” Jawab gadis itu.

“Huh...yakin sekali aku akan menolongmu...” Balas Hugo.

“Hah...aku turun di sini ada alasannya.....aku harus menyebrang ke barat.” Ujar gadis itu.

“Haaah...baiklah, mereka datang...” Balas Hugo.

“Ayo...” Balas gadis itu.

Keduanya langsung menyerang prajurit musuh yang datang, Hugo dengan lincah menyabetkan dan menusukkan tombaknya, dia sendirian sudah berhasil menghabisi beberapa prajurit, ketika menoleh dia juga melihat gadis itu dengan santainya mengayunkan pedang besar yang lebih besar dari tubuhnya seakan akan pedang itu sangat ringan.

Karena musuh terlalu banyak, Hugo berlari sambil mengayunkan tombaknya, dia mengarah kepada seorang penunggang kuda, dengan lompatan memukau, dia menusukkan tombaknya kepada penunggang kuda dan menjatuhkannya, kemudian dia langsung menaiki kudanya dan berbalik. “Hyah....” Hugo memacu kudanya, tangannya menyambar gadis itu dan menaikkannya ke punggungnya.

Gadis itu menyarungkan pedangnya di punggung ketika melompat dan duduk di belakang Hugo.

“Hyah....selamat tinggal.....” Ledek Hugo kepada para prajurit.

Dia langsung memacu kuda nya berlari ke arah perbatasan barat, pasukan dari house Clark dan house Baranger tidak berani mengikuti Hugo yang sudah masuk ke perbatasan wilayah barat karena takut melanggar perjanjian dengan house Quintrel mengenai pembagian wilayah. Setelah cukup jauh dan masih di luar kota, Hugo memperlambat laju kudanya, dia menoleh ke belakang,

“Hei...namaku Hugo....kamu siapa ?” Tanya Hugo.

Gadis itu membuka helm nya, rambutnya yang merah bergelombang tergerai karena dia meggoyangkan kepalanya, Hugo yang menoleh kaget melihat wajah gadis itu,

“Lupa sama aku hmmm ?” Tanya gadis itu.

“Ah...Valentina Warnar....pantas rasanya aku mengenalmu....tahu begini aku tinggal saja....” Jawab Hugo.

“Hahahaha...berarti aku masih kamu anggap wanita ya kalau kamu selamatkan, dasar buaya Quintrel....” Balas Valen.

“Hei...jangan bawa bawa keluargaku, namaku Hugo saja...aku sudah bukan Quintrel lagi....” Balas Hugo.

“Oh begitu....yah, sama, aku juga sudah bukan Warnar lagi....” Balas Valen.

“Huh....memang ada apa ? bukankah kamu anak lord Warnar ?” Tanya Hugo.

“Aku dan Theodor bukan anak asli....kita berdua anak angkat...aku baru tahu kenyataan ini beberapa bulan lalu, makanya sejak tahu, aku selalu di benteng...karena tidak mau bertemu ayahku.” Jawab Valen.

“Masih mending anak angkat...daripada anak haram....” Balas Hugo.

“Ah...maaf....aku tidak bermaksud meledekmu, baiklah, aku turun di sini saja...” Balas Valen.

“Hah...memang kamu mau kemana ?” Tanya Hugo.

“Timur, aku mau ke monastery....adik adik ku menunggu di sana...” Jawab Valen.

“Hmm...begitu, baiklah, kita ke kota dulu....bertemu mama ku.” Balas Hugo.

“Hah...mau ngapain ? hei...kamu tidak bermaksud melamarku kan ?” Tanya Valen.

“Hahahaha mohon maaf sekali, aku tidak suka wanita berotot seperti kamu...” Jawab Hugo.

“Kamu bilang apa hah ?” Tanya Valen.

“Sudahlah, kita ketemu mamaku dulu, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu dan tempat paling aman adalah tempat mamaku.” Jawab Hugo.

“Hmm apa yang kamu mau bicarakan ?” Tanya Valen.

“Nanti kamu akan tahu.” Jawab Hugo.

Hugo memacu kudanya ke arah kota, ketika sampai di dekat gerbang, Hugo dan Valen turun dari kudanya kemudian melepas kudanya. Setelah itu, mereka masuk ke dalam kota menuju ke kawasan kumuh. Mereka langsung ke biara dan masuk ke bangsal di bawah tanah. Setelah di dalam kamar Johana,

“Sekarang ada yang mau aku ceritakan padamu, Valentina. Terserah kamu percaya atau tidak, tapi ini yang aku alami...” Ujar Hugo.

“Cerita saja....” Balas Valen.

Hugo menceritakan mengenai mimpinya, kenapa dia bisa berada pas di tempat Valen melompat dari kereta dan menyelamatkannya, dia juga menceritakan soal raja dan sepuluh orang yang termasuk dirinya berdiri di balkon istana Castletown bersiap berangkat ke medan perang di utara melalui jalur timur. Valen serius mendengarnya, dia percaya dengan cerita Hugo. Dia menoleh melihat Hugo,

“Jadi kamu berada di sana tadi karena mimpi, bukan kebetulan.” Balas Valen.

“Ya, aku memang menunggu kamu di sana, mimpi itu sangat nyata, tapi di mimpi aku datang terlambat dan kamu terluka....” Jawab Hugo.

Valen terdiam, dia sedikit tidak percaya, tapi kenyataan nya Hugo memang terlihat seperti menunggunya ketika dia melihat Hugo sewaktu melompat keluar kereta.

“Begitu, berarti selanjutnya kamu melihat diriku di balkon bersama raja bersayap yang kamu katakan itu juga kemungkinan benar dong ?” Tanya Valen.

“Sepertinya begitu...” Jawab Hugo.

“Hanya monastery dan castletown yang memiliki istana, selain itu, pria berambut silver dan gadis duduk di kursi roda, sepertinya mereka kedua adikku....” Balas Valen.

“Jujur saja, aku sendiri tidak tahu...tapi kalau aku mendapat mimpi seperti itu dan bukti nyatanya kamu ada di depan ku, berarti kedua adik mu aman...” Balas Hugo.

“Semoga begitu, tapi aku harus pergi, aku mengutus kedua adik ku ke timur, aku harus menyusul mereka.” Ujar Valen.

“Hmmm....monastery ya....baiklah, aku cerita sedikit.” Ujar Johana.

Johana bercerita sewaktu saint mengunjunginya dan merawat luka lukanya, dia tidak datang hanya sekali, Johana cukup lama bersamanya, saat itu Hugo masih berada di house Quintrel dan sedang berada di selatan. Sang saint dan ksatrianya sempat bercerita kalau semenjak pergantian kardinal, monastery sudah sangat berbeda, campur tangan ketiga house besar dan para lords lain semakin nyata, mereka menaruh perwakilan mereka di monastery atas ijin kardinal baru, selain itu mulai ada budak yang di perbolehkan masuk ke monastery. Sang saint sendiri di buru karena penglihatannya dan mengetahui sebab kematian kardinal sebelumnya. Mendengar cerita Johana, Valen langsung berdiri,

“Berarti aku menyuruh adik ku masuk ke dalam bahaya....aku harus pergi...” Ujar Valen berbalik.

“Hei...tunggu...jangan gegabah....” Hugo berdiri dan menarik tangan Valen.

“Lepaskan aku....adik adik ku dalam bahaya....” Ujar Valen.

“Aku tahu...tapi kamu tidak boleh sembrono langsung kesana mengantar nyawa...paham...” Ujar Hugo.

Valen terdiam, dia bisa menerima perkataan Hugo, tapi tangannya mengepal karena memikirkan Casey dan Theo yang ada di sana. Valen kembali duduk, dia menceritakan kenapa dia meminta kedua adiknya kesana, Hugo dan Johana kaget mendengarnya, mereka sama sekali tidak menyangka kalau ayah Valen yang merupakan salah satu lord besar, Gerald Warnar, di tangkap karena di tuduh melakukan pembunuhan, pengkhianatan dan konspirasi.

“Jadi begitu....” Ujar Hugo.

“Semua ini pasti ulah paman ku...Geofrey Baranger, dari dulu dia mengincar kedudukan ayah ku di utara dan ingin menjadi penguasa.” Ujar Valen.

“Hmm pantas pasukan yang mengejarmu tadi dari house Baranger dan dugaan ku house Clark terlibat....” Ujar Hugo.

“Tuduhan dia melakukan pembunuhan terhadap siapa ? tidak mungkin kalau hanya terhadap orang biasa kan ?” Tanya Johana.

“Dia di tuduh membunuh Alex Duncan dari house Duncan, 18 tahun yang lalu....” Jawab Valen.

“Alex Duncan...house Duncan...ah benar juga....” Ujar Johana.

“Mama tahu  ?” Tanya Hugo.

“Aku tahu, waktu itu para bandit berlomba lomba menjarah kastil milik lord Duncan setelah lord Duncan di nyatakan meninggal....dan ikut dalam pembakaran kastil itu, tapi yang menyuruh dan membayar mereka untuk ikut ambil andil dalam penjarahan dan pembakaran itu adalah Jasper Quintrel. Setahu ku, waktu itu lord dari house Clark langsung mengambil wilayah bekas house Duncan, aku mendengar percakapan para bandit itu.” Jawab Johana.

“Brak.” Hugo menggebrak meja di sebelah tempat tidur ibunya ketika mendengar nama ayahnya di sebut saking geramnya. Valen diam dan tidak bicara apa apa, Johana mengelus punggung Hugo.

“Berarti...sudah jelas ayahku di fitnah dan kalau pasukan dari house Clark mengejarku, berarti paman ku bekerja sama dengan lord Clark.” Ujar Valen.

“Aku rasa bukan hanya itu, Jasper Quintrel, tua bangka itu juga pasti terlibat...” Tambah Hugo.

Tiba tiba terdengar suara berisik dan langkah kaki di atas mereka, Hugo dan Valen langsung berdiri, mereka memegang senjata mereka. Keduanya berjalan ke pintu keluar kamar Johana untuk mengintip, mereka tidak melihat siapapun di bangsal, keduanya kembali masuk ke dalam kamar. Hugo langsung menghampiri Johana,

“Mama, kita harus pergi dari sini....” Ujar Hugo bersiap menggendong Johana.

“Tidak Hugo....mama harus tetap disini...kamu pergi bersama Valentina-sama....cepat....” Balas Johana.

“Hah...tidak mungkin aku meninggalkan mama sendiri di sini....” Ujar Hugo.

“Hugo, dengarkan mama, mimpi yang kamu alami itu bukan sekedar mimpi, para dewa memberimu penglihatan supaya kamu berbuat sesuatu di dunia ini, kamu sendiri sudah membuktikannya kan, buktinya Valentina-sama ada di sini....kamu paham kan, takdir mu baru di mulai....” Balas Johana sambil memegang kedua pipi Hugo dengan tangannya dan tersenyum.

Hugo yang melihat mamanya, memegang kedua tangan mamanya yang ada di pipinya,

“Tapi mama....kalau mama tetap disini....” Ujar Hugo.

“Mama tidak akan kenapa napa....kamu tenang saja....percayalah sama mama...sekarang pergilah....pergi lewat jalan kamu biasa menyelinap kesini dulu...” Ujar Johana.

Tubuh Hugo gemetar, dia menunduk, Valen memegang pundak Hugo, Johana menoleh melihat Valen dengan mata terpejam,

“Valentina-sama....aku titip Hugo padamu....terima kasih.” Ujar Johana.

“Baik obasan (tante), Hugo aman bersamaku....” Balas Valen sambil menunduk.

“Sekarang pergilah kalian, sebentar lagi mereka akan datang....” Ujar Johana sambil berbaring.

“Aku pergi mama....aku pasti kembali...jadi ketika aku kembali, mama harus ada disini...” Ujar Hugo.

“Baiklah, mama janji....mama sayang kamu Hugo...cepat pergi...” Balas Johana.

“Baik, aku sayang mama.....ayo Valen....” Hugo menarik tangan Valen yang menunduk di depan Johana.

Hugo menarik sebuah buku di rak buku milik Johana, rak bergeser dan ada sebuah pintu di belakangnya, Hugo dan Valen berlari masuk ke dalam menelusuri lorong, lemari bergeser dan pintu otomatis tertutup kembali ketika keduanya masuk. Johana berbaring di tempat tidurnya dengan wajah tenang dan tersenyum walau dengan air mata menetes dari kedua matanya yang terpejam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!