Ketika terbang, dari atas Rex bisa melihat Lulu yang terdiam menangis, di hibur oleh Helena, sementara ksatria wanita yang bersama mereka masih dalam kondisi pingsan.
“Lulu....” Ujar Rex di kepalanya.
“Hmm kekasih mu Rex ?” Tanya Bram.
“Bukan, dia teman masa kecilku dan sudah seperti adik ku...” Jawab Rex.
“Ah...aku mengerti...” Balas Bram.
“Kita mendarat Bram...” Ujar Rex.
“Tunggu Rex....” Teriak Bram.
Tapi terlambat, “Blam.” Rex sudah turun di depan Lulu dan Helena, keduanya melihat Rex yang bersayap turun di depan mereka, Lulu langsung berdiri dan menghapus air matanya,
“Rex ?” Tanya Lulu.
“Iya Lulu...ini aku....” Jawab Rex sambil tersenyum dan merentangkan tangannya.
“Reeex....” Teriak Lulu seraya melompat ke pelukan Rex.
Rex menangkap Lulu dan memutarnya, kemudian dia menurunkan Lulu kembali ke tanah, Lulu mengamati Rex yang memiliki sayap dan menyentuh sayapnya, dia kaget karena sayapnya ternyata asli dan bukan ilusi, kemudian Rex juga memperlihatkan pedang dan sarung tangan barunya kepada Lulu. Dia juga menceritakan singgasana tempat dia menemukan kedua benda barunya.
“Sulit di percaya, tapi lebih penting, aku senang kamu kembali, aku pikir kamu sudah hanyut bersama troll tadi...” Ujar Lulu.
Kemudian, sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh Bram, Rex memasukkan kembali sayapnya, kemudian dia menoleh melihat Helena, Rex langsung kaget karena Helena sedang dalam posisi menyembah dirinya dan sepertinya semenjak dia mendarat turun.
“Loh....kenapa ?” Tanya Rex bingung.
“Makanya tadi ku bilang tunggu...kalau di lihat dari pakaiannya, dia bukan biarawati biasa, dia saint....tentu saja dia menyembah mu, sayap mu itu menadakan kamu di utus dewa untuk memimpin dunia, paham.” Jawab Bram.
“Ah....benar juga....” Ujar Rex.
“Huh...makanya lain kali tolong dengar dulu....” Balas Bram.
“Maaf...lain kali aku akan mendengar ucapan mu...” Balas Rex.
“Sudahlah, sekarang tolong bangunkan dia...” Balas Bram.
“Helena ? tolong berdiri....”
Rex jongkok dan membantu Helena berdiri walau sedikit memaksanya, kemudian Helena menunduk di depan Rex.
“Terima kasih, yang mulia....” Ujar Helena.
“Hah ? yang mulia ? tolong panggil namaku saja....” Ujar Rex.
“Tidak mungkin yang mulia, hamba tidak berani memanggil nama yang mulia...” Balas Helena yang masih menunduk.
“Haaah...aku memaksa....” Balas Rex.
Dia menoleh melihat Lulu yang sedang menahan tawanya dan berbalik ketika melihat dirinya di lihat oleh Rex.
“Ba..baiklah Rex-sama.....” Ujar Helena.
“Aaaah....Rex saja....” Balas Rex.
“Sudahlah...biar saja dia panggil Rex-sama, daripada ga bangun bangun..” Ujar Bram.
“Lalu kenapa kamu menyembah ku Helena ?” Tanya Rex.
“Anda adalah orang yang saya cari, tujuan saya ke benua neraka ini untuk mencari calon raja kerajaan Liberta yang menurut ramalan ada di benua ini...saya sudah berbulan bulan di benua ini dan berkeliling mencari anda....akhirnya saya menemukan anda.” Ujar Helena.
“Haaa.....” Balas Rex sambil menggaruk kepalanya.
“Kumohon, ikutlah dengan ku ke benua tengah, rakyat anda membutuhkan bantuan anda...” Ujar Helena sambil menggenggam tangan Rex.
“Tidak mau....pertama, aku bukan raja, kedua, aku hidup dengan nyaman di sini dan tidak berniat pergi...” Balas Rex.
“Oi oi Rex, wajahnya mau menangis itu...” Ujar Bram.
“Biarin aja...” Balas Rex.
“Rex, kamu dari tadi bicara sama siapa sih ? kok kayaknya kamu ngomong sendiri ?” Tanya Lulu sambil melihat wajah Rex.
“Hah...kamu tidak dengar pedang ini bicara ?” Tanya Rex sambil menunjuk Bram yang tersanding di punggungnya.
“Pedang bicara ? coba sini.....jangan jangan kamu tadi terbentur batu dan menjadi tidak waras...” Jawab Lulu sambil memegang kening Rex.
“Aduuuuh partner ku, yang bisa mendengar suaraku hanya raja kerajaan Liberta atau demon lord kerajaan Tel Odinir....” Ujar Bram.
“Hah...kenapa baru bilang sekarang...” Balas Rex.
“Kupikir kamu sudah tahu...” Balas Bram.
“Anoo...maaf Rex-sama, apa pedang itu sword of calamity, Libram ?” Tanya Helena.
“Eh...benar, kenapa ?” Tanya Rex.
Langsung Helena menyembah sekali lagi di depan Rex dan membuat Rex semakin bingung,
“Nah lagi ?” Tanya Rex di kepalanya.
“Hahahaha...dia kenal diriku rupanya...” Jawab Bram.
“Kenapa lagi nih ?” Tanya Rex.
“Aku sekarang yakin, anda adalah raja yang ada di dalam ramalan 100 tahun lalu, ku mohon ikutlah aku ke benua tengah, kita ke castletown untuk mengambil pedang yang tertancap di singgasana...” Jawab Helena sambil menyembah.
“Hmm...yang dia maksud pasti saudari ku, Virthia.” Ujar Bram di kepala Rex.
“Hmm mungkin...aku malah tidak mengerti apa apa...” Balas Rex.
Kemudian Rex kembali membangunkan Helena, dia membuat Helena berdiri di hadapannya.
“Ok, sekarang kita ke desa dulu baru kita bahas di sana...ayo Lulu, sekarang sudah lewat waktu makan siang dan sudah sore menjelang malam...aku pasti di marahi oleh Lot Har-niisan dan Elusia-neesan.” Ujar Rex.
“Aku juga pasti kena marah nih...” Tambah Lulu.
“Rex-sama, mohon pertimbangkan, dunia membutuhkan anda....” Ujar Helena.
“Ya ya kita ke desa dulu, lagipula ksatria wanita yang bersama mu belum sadarkan diri juga kan....kita harus menolongnya...” Ujar Rex.
“Aku mengerti, baiklah, aku ikut Rex-sama ke desa....” Balas Helena.
Akhirnya Rex menaruh Bram di pinggangnya dan menggendong ksatria wanita yang masih pingsan di punggungnya. Mereka berjalan melalui jalan pintas untuk menuju ke desa mereka. Selagi berjalan,
“Oi Rex, kenapa kamu ga mau jadi raja ?” Tanya Bram.
“Kamu sudah lihat kehidupan masa lalu ku kan....aku sudah puas berperang dan hidup dalam kekerasan. Sekarang aku mau hidup tenang...” Jawab Rex.
“Sayang sekali, hal itu tidak mungkin, selama kamu hidup, maka iblis yang di kurung di utara akan melancarkan serangan kepada umat manusia lagi...” Ujar Bram.
“Hah...apa maksudnya ?” Balas Rex.
“Alasan kerajaan Liberta dan kerajaan Tel Odinir berdamai dan bekerjasama adalah untuk menghadapi iblis dari utara, pasukan yang tidak pernah tidur dan tidak pernah mati, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi, kenapa tahta kerajaan kosong dan aku tertancap di singgasana, begitu juga saudariku kalau menurut keterangan saint tadi...” Ujar Bram.
“Hmm...jadi aku tidak bisa damai gitu ? harus berperang lagi ?” Tanya Rex.
“Begitulah, tapi yang pertama adalah, selidiki dulu apa yang terjadi di dunia ini, kenapa kedua kerajaan itu sudah tidak ada....” Jawab Bram.
“Ngomong ngomong kamu di di jadikan pertukaran itu kapan ?” Tanya Rex.
“Hmm..sekarang tahun berapa ?” Tanya Bram membalas.
“Tahun 1122...” Jawab Rex.
“Berarti aku sudah tertidur selama 1122 tahun...” Balas Bram.
“Hah....jadi Einar Liberta dan Tel Athea yang kamu maksud itu ?” Tanya Rex.
“Ya, demi mengikat kerjasama dan persaudaraan antar dua kerajaan, mereka di nikahkan di hari yang sama pertukaran senjata terjadi...” Jawab Bram.
“Hmm pantas kamu bilang aku keturunan...” Ujar Rex.
“Ya, aku merasakan darah Einar Liberta dan Tel Athea mengalir di pembuluh darah mu...” Balas Bram.
“Tapi kenapa aku memiliki tanda lahir seperti ini ? apa karena jiwaku bukan berasal dari dunia ini ?” Tanya Rex.
“Jiwamu tidak ada hubungannya, tapi dewa pasti punya maksud tersendiri memanggil mu ke sini....masalah tanda lahir, memang setiap 100 tahun sekali, simbol raja pasti akan lahir di keluarga dua kerajaan itu, tapi ketika mereka bersatu, baru kamu yang aku lihat memiliki simbol raja dari persilangan keduanya.” Ujar Bram.
“Tapi wujudku manusia tuh, bukan iblis...” Balas Rex.
“Ah rupanya kamu tidak mengerti....yang di maksud ras demon itu, adalah manusia yang katanya keturunan iblis, ciri khasnya rambut berwarna hitam dan mata bewarna merah, tapi wujudnya tetap manusia. Tapi yang di utara berbeda, mereka adalah sesuatu yang hidup kembali dan abadi, benar benar makhluk kegelapan.” Balas Bram.
Rex terdiam dan berpikir, dia menoleh melihat Lulu yang sedang berbincang dengan Helena di sebelahnya. Hatinya benar benar tidak mau terlibat lagi dengan urusan dunia dan ingin hidup dengan tenang, tapi di sisi lain, dia berpikir, kedua kakaknya, Lulu, desanya dan semua orang di dunia akan menderita dan dia juga tidak akan bisa hidup tenang. Dilema mulai melanda hatinya, segala macam pertimbangan keluar di benaknya.
“Tenang saja Rex, aku tidak memaksamu untuk menjadi raja, kamu adalah pengguna ku, tentu saja sebagai pedang aku berada di pihak pengguna ku.” Ujar Bram.
“Terima kasih Bram...”
Mereka akhirnya keluar dari hutan dan sampai ke desa, tapi mereka sedikit heran karena suasana desa yang sepi dan tidak ada orang sama sekali. Rex dan Lulu, khawatir ada sesuatu yang terjadi terhadap desa mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Sutono jijien 1976 Sugeng
menarik cerita nya👍👍👍
2023-11-27
0