Chapter 19

Sementara itu, seminggu setelah keberangkatan Hugo dan Valen, Noah yang menggendong Casey dan bersama dengan Esme sudah bisa melihat monastery dari kejauhan.

“Sebentar lagi kita sampai Cassandra-sama...” Ujar Esme.

“Benar, Cassandra-sama......” Tambah Noah.

Tapi Casey diam saja, dia tidak menjawab apa apa, dia hanya melihat monastery dari kejauhan. Noah dan Esme saling melirik, mereka paham kalau Casey pasti masih sedih karena terpisah dengan Theo dan Valen, di tambah dia khawatir dengan kondisi Theo yang melarikan diri dari kejaran sendirian di depan matanya. Tapi tiba tiba tangan Casey mencengkram pundak Noah yang menggendongnya.

“Noah....jangan ke monastery....” Ujar Casey.

“Eh...tapi pesan dari Valentina-sama....” Balas Noah.

“Tidak...jangan bawa aku kesana...perasaan ku tidak enak...sangat tidak enak...” Ujar Casey.

“Noah, sebaiknya kita turuti Cassandra-sama saja....” Tambah Esme.

“Baiklah, aku mengerti...tapi kita mau kemana ?” Tanya Noah.

Casey mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah hutan yang mengelilingi wilayah timur.

“Cepat...” Ujar Casey.

Noah dan Esme langsung berlari membawa Casey masuk ke dalam hutan, ketika mereka masuk ke dalam hutan, terdengar suara langkah kuda melewati jalan yang mereka lalui. Casey, Noah dan Esme mengintip dari balik semak semak, ternyata pasukan house Clark dan pasukan house Baranger lewat jalan yang baru saja mereka lalui. Noah dan Esme menoleh melihat Casey yang sedang serius melihat pasukan yang lewat. Tak lama kemudian, pasukan dari barat house Quintrel juga melewati jalan yang sama, seluruh pasukan itu menuju ke monastery.

“Baiklah, kita pergi masuk ke dalam hutan...” Ujar Casey.

“I..iya....” Balas Noah yang menggendong Casey.

“Baik Cassandra-sama...” Balas Esme.

Mereka meneruskan berjalan lebih masuk ke dalam hutan, setelah melewati hutan lebat selama beberapa jam, akhirnya mereka sampai di tepi sebuah sungai, Casey minta berhenti sejenak untuk beristirahat. Noah meletakkan Casey di tepi sungai dan kemudian dia mencuci wajah nya sendiri. Esme membantu Casey di tepi sungai untuk membasuh wajahnya dan sekaligus tubuhnya. Noah berjaga di belakang mereka. Setelah selesai, ketiganya duduk di tepi sungai,

“Noah, Esme, untuk sementara kita di sini dulu...” Ujar Casey.

“Di hutan ? apa tidak berbahaya Cassandra-sama ?” Tanya Esme.

“Benar Cassandra-sama, di dalam hutan berbahaya, apalagi malam haru.” Tambah Noah.

“Tidak perlu khawatir, kita menunggu bantuan di sini...” Ujar Casey.

“Bantuan ?” Tanya Noah dan Esme di dalam hati mereka, keduanya saling menoleh dan melihat satu sama lain, tapi karena mereka sudah bertekan akan menemani Casey, mereka tidak berkata apa apa dan hanya mengangguk kepada Casey. Setelah itu, Casey tertidur di pangkuan Esme,

“Apa Cassandra-sama bisa melihat masa depan ya ?” Tanya Noah sambil mengamati Casey.

“Aku tidak tahu, tapi dia sudah membawa kita sampai sejauh ini...aku percaya padanya...” Jawab Esme sambil mengelus rambut Casey yang tertidur.

Beberapa jam kemudian, hari sudah sore, “Krosak.” Sesuatu bergerak di balik semak semak. Noah yang tertidur terbangun, dia langsung mengamati sekitarnya, “Krosak.” Noah langsung menoleh ke semak semak. Dengan perlahan dia bangun dan berdiri mendekati Casey dan Esme. “Krosak...krosak...” Beberapa monster serigala bernama dire wolf keluar dari semak semak, “Grrrr...” Mereka menatap Casey, Noah dan Esme dengan garang,

“Cassandra-sama, Esme...bangun....” Noah dengan perlahan membangunkan keduanya dan mencabut pedangnya.

Lima serigala yang keluar itu mulai berjalan perlahan memutari mereka dengan mata tetap menatap ke arah mereka. “Grrr...” Serigala serigala itu terus menggeram. Casey membuka matanya, tapi belum sempat dia berteriak, mulutnya sudah di tutup oleh Esme yang memeluknya dari belakang. Serigala itu hanya menatap tanpa menyerang, Casey berpelukan dengan Esme dan Noah terus mengacungkan pedangnya kepada para serigala yang memutari mereka. “Krosak...krosak...kraaak.” Suara binatang yang lebih besar keluar berjalan di semak semak, “Groaaar.” Seekor monster beruang dengan bara di pundaknya keluar dari balik semak semak.

“Ini gawat....kita tidak bisa lari...” Bisik Noah.

“Tenang saja, bantuan akan datang....” Balas Casey.

“Jangan bercanda Cassandra-sama....kita sedang dalam posisi tidak menguntungkan...” Tegur Esme yang ketakutan.

“Graaah...” Seekor serigala maju menyerang dan langsung di tusuk oleh Noah, melihat temannya di tusuk, beberapa serigala langsung maju menyerang Noah yang terus menyabetkan pedangnya untuk mencegah serigala mendekat. Akhirnya Noah kewalahan dan seekor serigala menomplok dirinya sampai terjatuh, “Trang.” Pedangnya pun terlepas dan terlempar ke arah Casey, dengan cepat Casey mengambil pedangnya dan menghunusnya, seekor serigala menerkam dari samping, Casey mengangkat pedangnya, serigala itu tertusuk persis di mulutnya dan jatuh mati di depan Casey.

Karena kaget, Casey melepaskan pedangnya, melihat itu seekor serigala melompat dan menerkam Casey yang sudah pasrah, dia hanya mengangkat tangan dan memejamkan mata. Tapi setelah beberapa saat dia tidak merasakan apa apa, dia membuka mata dan melihat serigala itu berada di atasnya dengan leher di cengkram. Seorang pria besar seperti raksasa mencekik serigala itu dari belakang dan melemparnya.

Pria itu membuka mantel bulunya dan menyelimuti Casey dengan mantelnya, kemudian dia berdiri, Casey yang melihatnya tidak kaget karena pria itu lah yang muncul di penglihatannya. Tubuh pria itu sangat besar seperti raksasa dan kekar dengan pelindung zirah menyelimuti dada, perut dan punggungnya, di tambah sarung tangan besi dan sepatu besi, dia memakai celana kain dari kulit binatang dan berkepala botak. Dia langsung mencengkram serigala yang sedang bergulat dengan Noah.

“Hei...jaga tuan putri....” Ujar pria itu kepada Noah.

“Ba..baik....” Ujar Noah yang langsung berdiri dan mengambil pedangnya.

Pria itu berhadapan dengan beruang besar yang lebih besar darinya. “Graaaah.” Beruang itu mengayunkan cakarnya tapi di tangkap oleh pria itu, setelah itu beruang itu mengayunkan cakarnya sebelah lagi dan di tangkap lagi, keduanya langsung beradu kekuatan, pria itu mengepit kedua tangan beruang di ketiaknya dan langsung mendendang perut beruang itu, “Groaah...” Tubuh beruang terpental ke belakang dengan kedua tangan masih di pegang sehingga dia langsung jatuh ke tanah, pria itu langsung menindih beruang itu dari belakang dan menarik lehernya ke atas dengan kedua tangannya, “Krak.” Leher beruang itu patah dan ambruk tidak bergerak lagi.

Setelah itu pria itu berdiri dan menghampiri Casey yang berpelukan dengan Esme dan Noah yang berdiri di depan mereka sambil mengacungkan pedangnya.

“Tangan mu terluka....sini....” Ujar pria itu.

Dia menarik lengan Noah yang berdarah dan menaruh telapaknya di atasnya, cahaya hijau terang keluar dari tapaknya, luka Noah berangsur angsur sembuh hanya meninggalkan debu dan sisa darah yang menempel padanya. Noah terlihat sangat kaget. Setelah melepaskan Noah, pria itu berdiri di depan Casey, dia langsung berlutut dengan satu kaki dan menunduk.

“Salam ratu....” Ujar pria itu.

“Ra..ratu ?” Tanya Casey bingung.

“Ah benar juga, saat ini anda belum jadi ratu...” Jawab pria itu.

“A..apa kita sudah pernah bertemu ?” Tanya Casey.

“Saat ini belum, aku ke sini karena aku melihat kalian akan di serang oleh monster.” Jawab pria itu.

“Um..boleh aku tahu nama tuan yang baik ini ?” Tanya Casey.

“Namaku Dustin....” Jawab Dustin.

“Namaku Cassandra Warnar.....terima kasih sudah menolong kami...tapi kenapa kamu memanggil aku ratu ?” Tanya Casey.

“Karena kamu adalah salah satu ratu dari empat ratu yang akan mendampingi raja kita nanti....” Jawab Dustin.

“A..apa ?” Teriak Casey, Noah dan Esme bersamaan karena kaget.

“Maksudmu raja.....pria berambut hitam, bertubuh kekar, bermata hitam dan memiliki sayap ?” Tanya Casey.

“Benar, dialah raja kita, raja yang akan menuntun kita menghalau kegelapan yang mencoba mengambil alih dunia ini.” Jawab Dustin.

“Tapi kenapa kamu bisa tahu ? apa kamu mengalami penglihatan juga ?” Tanya Casey.

Dustin tidak menjawab, dia melihat ke wajah Casey dan membuka matanya yang semuanya putih. Casey, Noah dan Esme yang melihat nya kaget, dengan mata yang seperti itu, berarti mata Dustin tidak bisa melihat atau buta. Dustin sepertinya mengetahui ketiga orang di depan nya heran melihat matanya,

“Aku tidak buta, seperti inilah kondisi mataku, aku pertapa, setelah bertapa bertahun tahun, aku mendapatkan mata seperti ini dari para dewa, mata yang melihat segalanya. Aku sudah melihat apa yang ada di depan kita, tapi tidak semua.” Ujar Dustin.

“Aku mengerti, aku pun mengalami mimpi yang sangat nyata, itu sebabnya aku sekarang ada di sini...aku juga terkadang memiliki intuisi kuat akan terjadinya sesuatu.” Balas Casey.

“Itu bukan mimpi, itu adalah penglihatan, para dewa berniat memberitahu kita sesuatu...baik melalui intuisi atau mimpi, kamu adalah pilihan para dewa.” Balas Dustin.

“Berarti, pria di dalam mimpiku itu benar benar ada...” Ujar Casey.

“Benar, sekarang beliau sedang menyusun kekuatan untuk pergi ke benua tengah.” Balas Dustin.

“Tapi...tubuh Dustin-sama, benar benar besar....hampir sama seperti beruang itu...” Ujar Noah sambil menunjuk beruang yang tengkurap.

“Aku separuh raksasa....boleh di bilang aku adalah raksasa terakhir di dunia Esterios dan aku berasal dari balik dinding.” Ujar Dustin.

“Aku juga dari balik dinding...” Celetuk Esme.

“Aku tahu, aku bisa lihat dari matamu yang kuning...” Balas Dustin.

Sementara Dustin, Noah dan Esme berbicara, Casey merenung dengan wajahnya yang merah, dia sudah tahu apa yang terjadi melalui mimpinya, dia melihat wajah pria yang di mimpinya sedang tersenyum padanya dan dia menjadi malu sendiri.

“Kenapa Cassandra-sama ?” Tanya Esme.

“Oh...ti..tidak....” Jawab Casey.

“Baiklah, kita sekarang ke Castletown....menunggu datangnya raja.” Ujar Dustin.

“Eh...Castletown ?” Tanya Noah.

“Perjalanan kita jauh dong...” Tambah Esme.

“Ya...sekitar dua minggu kita akan sampai kesana...” Balas Dustin.

“Tapi bukankah tempat paling aman adalah di monastery ?” Tanya Casey.

“Itu nanti, setelah raja kita menguasainya...” Jawab Dustin.

“Baiklah, kita kesana....aku harap Theo-oniichan dan Valen-oneechan baik baik saja....aku khawatir...” Ujar Casey.

“Tidak perlu khawatir, mereka memiliki takdir mereka sendiri...baiklah, maafkan aku tuan putri.”

Dustin mengangkat Casey dan mendudukkan Casey di bahunya. Casey terlihat tenang saja, tangannya merangkul leher Dustin. Noah dan Esme yang melihatnya tersenyum, sambil saling melihat satu sama lain. Mereka memulai perjalanan mereka lagi menuju Castletown.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!