Chapter 8

Dua hari kemudian, pagi pagi buta, setelah di beri informasi oleh Rex dan mengutus orang untuk pergi ke desa desa lain dan sesuai dengan arahan Rex untuk menyerang sebab pasti pasukan musuh sudah lemas karena persediaan mereka sudah hampir habis, Lot Har berangkat menaiki kudanya untuk memimpin pasukan desa yang berjumlah 150 orang. Tentu saja, Rex, Lulu dan Myla ikut bersama Lot Har. Rex berpamitan dengan Eluisa dan Anna.

“Neesan...Anna, aku pergi....” Ujar Rex.

“Rex.....hati hati di luar, tolong jaga niisan mu...jangan biarkan dia berlebihan...” Ujar Eluisa sambil memeluk Rex.

“Baik neesan....” Balas Rex.

“Rex-sama, aku doakan supaya kamu berhasil.” Ujar Anna menunduk.

“Terima kasih Anna, baiklah neesan, Anna...aku pergi....” Ujar Rex.

Rex berbalik dan membuka tirai penutup pintu rumah, dia melangkah keluar menemui Lulu dan Myla yang sudah siap. Ketiganya menaiki kuda mereka dan pergi menyusul Lot Har yang sudah pergi terlebih dahulu,

“Rex, perempuan berambut merah tadi siapa ?” Tanya Bram.

“Oh dia Anna, pengasuhku sejak kecil, kenapa...” Jawab Rex.

“Hmm...dia dari suku iblis, rambutnya merah karena dia memakai sihir untuk menyamarkan rambut dan matanya....” Balas Bram.

“Hah...aku tidak perduli, bagiku Anna adalah Anna...tidak lebih tidak kurang...” Balas Rex.

“Kamu benar, kamu bisa tenang, kakak mu pasti aman berada di dekatnya...” Balas Bram.

“Aku tahu soal itu...” Balas Rex.

Mereka memacu kuda mereka keluar dari desa dengan kencang untuk menyusul Lot Har yang sudah lebih dulu pergi bersama pasukan nya. Akhirnya mereka tiba di sebuah padang rumput luas dan pantai berada persis di depan mereka. Lot Har sudah bersiap di depan, Rex menghampiri nya dan mengehentikan kudanya di sebelah kuda Lot Har.

“Rex...kerja bagus...” Sapa Lot Har.

“Sama sama niisan, seperti yang semalam ku katakan niisan, ada satu orang yang harus di tangkap dan tidak boleh di bunuh,  seorang pendeta dari sekte, untuk pengawalnya tidak perlu di biarkan hidup.” Ujar Rex.

“Aku mengerti....sekarang kita tunggu pasukan dari desa lain sebelum menyerang.” Balas Lot Har.

Tak lama kemudian, pasukan mulai berkumpul dari sebelah barat dan timur, dua orang berkuda menghampiri Lot Har.

“Salam Lot Har kepala suku desa Lot....” Ujar seorang pria besar berjanggut dan berambut merah.

“Salam Khan Gar, kepala suku desa Khan dan salam Tah Draga, kepala suku desa Tah....” Balas Lot Har.

“Salam Lot Har....” Balas seorang pria muda bertubuh sedang seperti Rex dan tampan dengan kumis dan janggut tipis. Draga adalah salah satu teman masa kecil Rex dan Lulu.

“Draga....” Teriak seorang gadis.

Draga memutar kudanya, dia melihat seekor kuda berlari ke arahnya, Lulu langsung melompat dari kuda dan memeluk nya.

“Lulu ? kok kamu di sini ?” Tanya Draga.

“Ah dia ikut aku tadi...” Jawab Rex.

“Hoo kamu juga di sini Rex ?” Tanya Draga.

“Tentu saja aku di sini....” Jawab Rex.

“Tinggal kepala suku dari desa Shak yang belum datang.” Ujar Lot Har.

“Huh tidak usah mengandalkan orang itu, kurasa kita saja sudah cukup...” Balas Gar.

“Aku setuju Lot-aniki....” Tambah Draga.

“Gimana menurut mu Rex ?” Tanya Lot Har.

Rex melihat ke belakang, dia melihat banyak sekali pasukan dari tiga desa di belakangnya.

“Hmm jumlah kita ada 500 orang prajurit terlatih, aku rasa cukup.” Ujar Rex.

“Baiklah, kita maju...” Balas Lot Har.

Mereka memerintahkan pasukan maju perlahan menuju pantai, pasukan bar bar yang tidak memiliki barisan bergerak maju bersiap menerjang dengan sekali perintah. Pasukan musuh di pantai yang tidak bisa kemana mana melihat pasukan bar bar maju ke arahnya, mereka langsung membuat barikade seadanya dan bersiaga.

“Ulolololo......” Lot Har mengangkat kudanya dan berteriak.

Dia mengangkat pedangnya dan mengayunkannya ke depan. “Uooooooh....” Seluruh pasukan bar bar dari tiga desa langsung berlarian maju menyerang menyergap pasukan musuh yang masih bersiap siap. Lot Har, Rex, Gar dan Draga maju paling depan dengan kuda mereka dan melompati barikade masuk ke dalam perkemahan di ikuti oleh Myla dan Lulu. “Crass.” Ayunan pedang Rex menebas beberapa prajurit musuh yang mencoba menghalanginya. Seluruh prajurit bar bar masuk menembus barikade dan membunuh musuh yang sedang dalam posisi tidak siap.

Pasukan sebanyak 1500 orang di kalahkan dengan cepat oleh pasukan yang berjumlah 500 orang karena mereka tidak siap dan masih kocar kacir karena pemimpin mereka mati. Rex mencabut pedangnya dari perut seorang prajurit,

“Rex, di sana....” Ujar Bram.

Rex menoleh melihat seorang pendeta sekte yang berusaha melarikan diri bersama dengan para pengawal nya, dia langsung berlari mendekat, tapi dia melihat seorang pengawalnya sedang bertarung, “Trang....trang...trang.” Myla menyerang seorang pengawalnya dan berhasil mendesaknya, tapi Rex melihat seorang pengawal yang lain sedang mengarahkan busur nya kepada Myla.

“Awas Myla...” Teriak Rex.

“Psiuu....trang.” Rex berdiri di sebelah Myla menangkis panah yang melesat kepada dirinya, dia langsung melompat menebas pengawal yang memanah Myla dan pengawal lainnya, kemudian dia menodongkan pedangnya kepada pendeta sekte yang sudah tinggal sendirian.

“Hiii.....mohon, kumohon jangan bunuh aku...” Ujar sang pendeta sekte yang terduduk karena pengawalnya mati.

“Crep.” Myla berhasil menusuk lawannya dan mencabut kembali pedangnya, dia langsung menyusul Rex yang sedang menodongkan pedangnya ke wajah pendeta sekte yang jatuh terduduk.

“Lady Myla...mohon selamatkan aku....” Ujar pendeta itu.

Mendengar namanya di sebut, Myla berjongkok, dia membuka kerudung putih pendeta itu, Myla kemudian berdiri kembali,

“Aku kenal dia Rex-dono.....” Ujar Myla.

“Hmm...siapa dia memangnya ?” Tanya Rex.

“Iya..iya...aku kenal Myla-sama...tolong lepaskan aku, aku janji tidak akan kembali kesini lagi dan mengatakan kepada kardinal kalau kalian sudah mati.” Jawab pendeta itu.

“Namanya Evan Randall dari house Randall yang beraliansi dengan house Warnar di utara. Dia baru diangkat menjadi bishop ketika kardinal baru menjabat sebagai kepala sekte, sebelumnya dia hanya lord dari house kecil yang berada di daerah terpencil dekat dinding utara.” Ujar Myla sambil memandang sinis kepada Evan.

“A..apa ? bagaimana kamu tahu identitas ku yang sebenarnya ?” Tanya Evan.

“Ketika kardinal meninggal, kita dari ordo holy knight mencari kebenaran tentang kematian kardinal, petunjuk yang kita dapatkan adalah kardinal meninggal karena di racun. Ketika kardinal baru di angkat, banyak bishop baru yang menjabat sebagai petinggi sekte dan salah satunya kamu. Alasan aku, komandan ordo holy knight dan saint Helena-sama di buru adalah karena kami tahu komplotan yang membunuh kardinal.” Ujar Myla.

“Hmm...jadi dia pembunuh nya ya ?” Tanya Rex.

“Bukan hanya dia, seluruh bishop yang di angkat menjadi pejabat dan kardinal yang baru terlibat dalam pembunuhan itu. Ordo holy knight berhasil mendapatkan bukti sebelum di bubarkan.”  Jawab Myla.

“Ku..kurang ajar....jangan kalian pikir kalian bisa lari....kalau aku mati di sini, yang lain akan datang kesini untuk memburu kalian hahaha...” Ujar Evan.

Mendengar ucapan Evan, Rex menarik pedangnya dan berdiri di depan Evan, dia menatap Evan yang ketakutan dengan tajam,

“Itu tidak akan terjadi, tidak akan ku biarkan kalian menginjak tanah ini lagi...” Ujar Rex.

“Huh..siapa kamu ? kamu tahu tidak kamu berurusan dengan apa ?” Tanya Evan.

Rex tidak menjawab, dia tersenyum, tiba tiba “Blaaak.” Dua buah sayap keluar dari punggung Evan dan terbentang lebar. Wajah Evan langsung berubah menjadi ketakutan. Seluruh prajurit yang masih bertarung langsung melemparkan senjata mereka dan mengangkat tangan mereka tanda menyerah. Lot Har, Gar dan Draga melihat dari kejauhan,

“Kamu tanya siapa aku ?” Tanya Rex kepada Evan.

“Sa..sayap...ti..tidak mungkin....ra..raja.....Li..Liberta.....ra.ramalan itu benar.” Jawab Evan terbata bata.

Myla langsung berlutut dengan satu kaki dan menunduk sambil memegang dadanya di sebelah Rex. Seluruh prajurit yang menyerang dan berasal dari benua tengah berlutut bersamaan dengan Myla. “Kita menaaaang...” Teriak Lot Har. “Uooooooh....” Para pejuang bar bar bersorak sorak. Gar dan Draga juga mengangkat pedangnya ke atas bersamaan dengan Lot Har dan Lulu, mereka langsung mengerubungi Rex yang mengeluarkan sayap besarnya. Setelah itu, Evan di tangkap untuk di bawa kedesa dan pertempuran di tepi pantai pun berakhir. Di perjalanan pulang,

“Hehe raja Liberta katanya hehe....” Ujar Bram.

“Diam, aku bukan raja, kan bishop itu yang mengatakannya, bukan aku...” Balas Rex.

“Tapi semua menyembahmu, bahkan para pejuang bar bar sekalipun tunduk pada karisma sang raja...itu memang sudah takdir mu.” Ujar Bram.

“Huuuh....aku hanya mau hidup tenang...” Balas Rex.

“Kamu adalah raja Tel Odinir....yang sudah tidak punya kerajaan, aku adalah bukti kamu seorang raja...paham.” Ujar Bram.

“Aku paham....Bram, sepertinya sudah saatnya meninggalkan kampung halaman.” Ujar Rex sambil melihat ke langit.

“Aku selalu bersamamu kemana pun kamu pergi yang mulia...” Balas Bram.

“Tolong jangan pernah lagi panggil aku yang mulia, tubuh ku merinding...” Balas Rex.

“Hahahahaha....” Bram tertawa.

Rex memacu kudanya menuju desa bersama dengan Myla yang berkuda di sebelahnya dan Lulu yang juga berkuda di sebelahnya. Setelah kejadian di pantai, Rex mengerti kalau roda takdir mulai berjalan dan dia bermaksud menerima ajakan Helena untuk pergi ke benua tengah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!