“Krieeeeek.....” Para goblin berteriak, mereka langsung menyerang serempak menggunakan senjata yang di pegang oleh mereka masing masing. Melihat banyak goblin yang maju ke arahnya, Rex mengangkat pedangnya ke depan wajahnya, pedangnya mulai mengeluarkan sinar berwarna biru,
“First draw : Crescent slash.”
Dia menyabetkan pedangnya secara diagonal dari kanan ke kiri, sebuah sinar bulan sabit berwarna biru yang besar keluar menerjang pasukan goblin yang sedang berlari ke arahnya. “Kik...Krieeek...” Para goblin berteriak karena di depan mereka ada sinar besar yang tajam mengarah kepada mereka. Tapi reaksi mereka terlambat, hampir seluruh goblin yang maju menyerang terbelah dua di lewati sinar bulan sabit berwarna biru yang besar dan tidak berhenti sampai menghantam batu di belakangnya kemudian membelahnya. Goblin yang selamat dan melihat teman temannya berguguran dengan tubuh terpotong, berbalik dan melarikan diri. Rex langsung berjongkok di sebelah Lulu yang sedang memeriksa ksatria wanita itu.
“Gimana Lulu ?” Tanya Rex.
“Kondisi nya parah, kita harus bawa dia ke desa untuk pengobatan lebih lanjut, aku sudah membalut luka lukanya menggunakan tanaman obat yang kita petik, tapi itu belum cukup.” Jawab Lulu.
“Um...terima kasih....” Ujar gadis berpakaian biara yang memangku ksatria wanita yang sedang pingsan itu.
“Siapa kamu, kenapa kamu berada di dalam hutan ini ?” Tanya Rex.
“Namaku Helena Gauticah.....aku seorang misionaris dari sekte the six gods di benua tengah...aku datang kesini mencari seseorang.” Jawab Helena.
[“Hmm ? sekte ke agamaan yang sering di ceritakan neesan dan Anna.” Ujar Rex berpikir.]
Belum sempat Rex berbicara, “Krosak.” Terdengar suara dari dalam semak semak. Rex mencabut pedangnya dan berdiri, “Krosak..krosak..krak.” Terdengar sesuatu mendekat dari dalam semak semak. “Hrrr....” Sebuah tangan besar memegang pohon dan “Krak.” Tangan itu meremasnya seraya menarik tubuh besar nya keluar. Seekor troll bertubuh besar gemuk dan berbulu hitam berdiri di depan Rex.
“Gawat....troll.....” Ujar Rex sambil melirik ke belakang.
“Rex...” Ujar Lulu.
“Lulu, bawa mereka menyebrangi sungai....aku menyusul...troll takut air...cepat...” Teriak Rex.
“Ba..baik....hati hati Rex....” Ujar Lulu.
Lulu langsung memanggul ksatria wanita yang pingsan dan menarik tangan Helena untuk menyebrangi sungai melalui jembatan gantung di sana. Rex mundur dengan perlahan menuju ke arah jembatan. Dia terus melihat Lulu yang sedang menyebrangi sungai bersama dengan Helena dan menggendong ksatria wanita yang pingsan itu. Rex tetap berhati hati, dia terus memandang troll tanpa berkedip dan tidak bergerak secara tiba tiba, dia mundur perlahan mendekati jembatan.
“Grah....” Troll mulai melihat Rex yang terus mundur dan melangkah maju mendekat.
“Lulu...cepat....” Teriak Rex.
Rex menoleh, Lulu sudah sampai di ujung jembatan, dia langsung berbalik dan berlari ke jembatan, “Graaaaaah...” Troll itu langsung mengejarnya, Rex terus berlari sambil menoleh ke belakang, dia melompat ke jembatan dan berlari meniti jembatan gantung,
“Cepat Rex....” Teriak Lulu.
Rex menoleh, dia melihat troll sudah berdiri di atas jembatan dan mengejarnya, dia tahu dirinya tidak akan sempat ke sebrang dan kalau pun sempat malah membahayakan Lulu dan yang lainnya,
“Lulu....bawa mereka ke desa lewat jalan pintas....cepat....” Teriak Rex.
“Eh...kamu gimana ?” Teriak Lulu.
“Sudah cepat, aku menyusul....” Teriak Rex.
“Ba..baiklah...janji ya...” Teriak Lulu.
“Ya...aku janji aku akan kembali...cepat pergi, dia semakin dekat.” Teriak Rex.
Lulu menarik tangan Helena dan berlari ke arah jalan pintas untuk keluar hutan hitam dari sebrang sungai. “Graaaah.” Troll yang hilang keseimbangan karena jembatan yang bergoyang jatuh, tapi tangannya menyambar kaki Rex yang berlari di depannya.
“Ah sial.....”
Dengan cepat, Rex memutuskan tali jembatan dan membuat jembatan terputus di tengah, langsung saja Rex dan troll itu terbawa arus sungai yang deras.
“Reeeex.....” Teriak Lulu yang menoleh karena mendengar suara jembatan menghantam air.
Sementara itu, Rex yang terbawa arus, dengan tenang mengimbangi arus sehingga dia tidak tenggelam berkat pengalaman di kehidupan sebelumnya. Dia menoleh dan tidak melihat troll di belakangnya, dia melihat dua buah batu bersebelahan yang menonjol di sungai jauh di depannya, akhirnya dia mengambil batang kayu yang hanyut dan menahan dirinya di antara dua batu yang bersebelahan,
“Huff...huff...untung aku punya pengalaman....kalau tidak gawat...” Ujarnya dalam hati sambil memegang kayu itu.
“Graaaaaaah....”
Mendengar raungan troll itu, Rex menoleh ke belakang ternyata troll itu ada di belakangnya sedang hanyut dan tangan besarnya berusaha meraihnya, Rex menyelam menghindari tangan besar troll yang mengarah padanya, tapi tangan besar itu malah tersangkut di salah satu batu tempat kayu yang sedang di gunakannya tertambat, Rex keluar dan dengan pedangnya dia menebas sekuat tenaga tangan troll itu, tapi tangan itu malah menghancurkan batu dan troll hanyut mengikuti arus.
“Oh tidak......guaaaah....”
Kayu yang tidak terhambat lagi mengapung mengikuti arus bersama dengan Rex yang berpegangan kepadanya. Akhirnya Rex ikut terbawa arus, di depannya ada sebuah air terjun,
“Gawat.....” Pikir Rex dalam hati.
Dengan sekuat tenaga dia menarik tubuhnya dan berusaha menaiki kayu tempat dia berpegang, akhirnya Rex berhasil naik, tapi terlambat, dia sudah di ujung air terjun, Rex jatuh ke bawah menaiki batang kayu, “Bruak.” Batang kayu yang dia naiki tersangkut di sebuah tebing yang keluar dari dinding dan hancur persis setelah turun, Rex jatuh di tebing yang keluar persis di bawah air terjun itu. Dia merangkak ke pinggir dan melihat ke bawah, ternyata air terjun itu sangat tinggi dan kalau dia jatuh dia pasti mati.
“Aku...selamat...huff...huff...untung...aku beruntung...hufff.....” Ujar Rex lega.
Rex langsung berbalik terlentang melepas lelah, nafasnya masih terengah engah. Dia memandang air terjun yang jatuh persis dari atasnya. Tiba tiba dia merasakan angin berhembus, dia langsung duduk dan melihat mulut gua berada di depannya,
“Ada gua ? gua di balik air terjun ?” Tanya Rex.
Tangannya ke belakang mencoba meraih pedangnya tapi ternyata pedangnya sudah hilang. Akhirnya Rex berdiri dan dengan perlahan dia berjalan masuk ke dalam gua. “Tes...tes...tes..” Terdengar tetes air menggema dari dalam gua, dengan langkah hati hati karena licin dan gelap, Rex masuk ke dalam sambil memegang dinding gua.
“Gua apa ini ? gelap sekali....” Ujar nya dalam hati.
Dia merogoh kantung celana nya, dia mengambil belati nya dan memegangnya, dia terus berjalan semakin ke dalam di tengah kegelapan. Setelah berjalan cukup lama, dia melihat cahaya matahari masuk menerangi ujung lorong, dia langsung menuju ke cahaya itu dengan tetap berpegangan pada dinding, “Klotak.” Tangan Rex menyentuh sesuatu dan membuatnya jatuh, dia meraba apa yang di pegangnya, dengan memicingkan mata yang sudah terbiasa di dalam kegelapan, samar samar dia melihat kerangka manusia tanpa kepala yang memakai armor,
“Astaga....tengkorak...” Ujar Rex kaget.
Dia meneruskan langkahnya dengan hati hati sambil terus menghunus belatinya, akhirnya dia sampai di ujung dan sumber cahaya ada di pintu gua di sebelah kanan. Ketika dia berbelok, dia melihat sebuah lorong yang memliki jendela.
“Hmm ? ada jendela....ini...buatan manusia ?” Tanya nya dalam hati.
Dia terus melangkah masuk, di sebelah kanan kirinya dia melihat banyak tengkorak, bukan hanya tengkorak manusia melainkan juga tengkorak bertanduk atau lonjong yang mendandakan tengkorak demon. Tengkorak tengkorak itu memakai baju pelindung layaknya tentara yang sudah berkarat dan menyatu dengan tengkorak itu sendiri.
“Sepertinya dulu ada pertempuran sengit di sini....” Ujarnya dalam hati karena melihat posisi posisi tengkorak di sekitarnya.
Tiba tiba ada perasaan ganjil di hatinya, perasaan yang sering dia rasakan dulu ketika bertugas sebagai tentara di kehidupan lalunya, yaitu perasaan akan kehadiran seseorang seperti sebuah intuisi. Dia mengambil sebuah pedang yang sudah berkarat dan memegangnya, dengan hati hati dia kembali menelusuri lorong, tak lama kemudian perasaannya menjadi semakin kuat, dia melihat sebuah gerbang yang hanya memiliki sebelah daun pintu, dia melangkah masuk dan kaget, di dalam ternyata dia melihat cahaya masuk dari langit langit gua yang hancur, di bawahnya ada sebuah tahta singgasana terbuah dari batu basalt hitam yang di sinari oleh matahari.
“Hmmm....jangan jangan...aku berada di dalam istana....” Ujar Rex.
Dugaan Rex tidak salah, dia memang berada di sebuah istana yang terkubur di dalam tanah, tanpa sengaja dia masuk melalui gua yang merupakan dinding istana yang sudah menjadi batu dan menyatu dengan alam. Dia berjalan maju mendekati tahta singgasana yang terbuat dari batu hitam itu, di tahta itu tertancap sebuah pedang dengan sebelah sarung tangan besi berwarna hitam dan memiliki perisai bundar kecil yang menempel padanya sedang memegang gagang pedangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments