Rex berdiri di depan pedang yang tertancap itu, dia mengamati pedang besar bermata dua itu yang bilah pedangnya berwarna merah darah dengan sisi tajamnya berwarna hitam, pedang itu terlihat lebar dengan batang silang mirip seperti empat tanduk yang mengarah ke bilah dan pegangan nya dengan permata merah di tengahnya seperti sebuah mata naga. Gagangnya berwarna hitam dengan kenop yang lancip, di gagangya ada sebuah sarung tangan bersisik di bagian jari jari nya dan pergelangan nya, di bagian punggung lengannya ada sebuah perisai bundar kecil yang memliki duri bagai gergaji. Rex menoleh melihat sekeliling, dia merasakan ada kehadiran seseorang di dalam ruangan itu tapi dia tidak melihat ada siapapun di sana.
“Hmm apa perasaan ku saja ya...” Ujar Rex dalam hati.
Dia melihat ke atas dan menghampiri lubang menganga yang mengarah keluar, dia mencari cara supaya bisa naik ke atas. Tapi tiba tiba, dia mendengar namanya di panggil,
“Rex Liberta anak Einar Liberta dan Tel Athea...kesini....”
“Eh....siapa ? Rex Liberta ? aku ?” Tanya Rex bingung sambil berbalik melihat sekeliling dan memasang kuda kuda nya.
“Rex Liberta anak Einar Liberta dan Tel Athea...kesini....”
“Siapa ? cepat keluar....” Teriak Rex.
“Aku di sini....” Jawab suara itu.
“Dimana ? siapa kamu ?” Tanya Rex berteriak.
“Aku di sini....” Jawab suara itu lagi.
Rex kembali berjalan menuju singgasana, dia menoleh dan melihat permata merah di tengah batang silang pedang yang tertancap di kursi singgasana bersinar menyala terang.
“Kamu...yang berbicara, pedang ?” Tanya Rex.
“Benar, namaku Sword of Calamity, Libram.” Jawab Libram.
“Hmm ? Libram ya ?” Tanya Rex.
“Benar, apa yang terjadi Rex Liberta anak Einar Liberta dan Tel Athea, kenapa semuanya hancur ?” Tanya Libram.
“Hah...mana aku tahu....lagipula kenapa kamu memanggil ku Rex Liberta, namaku hanya Rex dan aku tidak punya orang tua.” Jawab Rex.
“Hmm...begitu, tapi aku yakin tidak salah mengenali mu, kamu benar benar anak dari Einar Liberta dan Tel Athea....tapi kenapa semua hancur ? apa yang terjadi selama aku tertidur...” Ujar Libram.
“Ok begini saja, siapa Einar Liberta dan Tel Athea....” Ujar Rex.
“Einar Liberta, putra mahkota kerjaan Liberta, sedangkan Tel Althea, putri demon lord kerajaan Tel Odinir, kerajaan demon (iblis).” Ujar Libram.
“Hah....bukankah perang antar manusia dan demon sudah berakhir 100 tahun lalu setelah berlangsung selama 500 tahun ?” Tanya Rex.
“Hmm ? perang ? antara manusia dan demon ?” Tanya Libram.
“Ya, itu yang di ceritakan Anna padaku...” Jawab Rex.
“Itu tidak mungkin, aku di berikan ke kerajaan Tel Odinir sebagai simbol perdamaian dari kerajaan Liberta dan kerajaan Tel Odinir memberikan pedang yang merupakan saudariku bernama Sword of Holy, Virthia kepada kerajaan Liberta sebagai simbol perdamaian....Rex Liberta, tolong bawa aku keluar dari sini, aku ingin melihat sendiri apa yang terjadi di dunia ini...” Ujar Libram.
“Hmm...tapi ada pedang bisa bicara....kamu jahat tidak ?” Tanya Rex.
“Pertanyaan bodoh, aku senjata, jahat atau tidak bukan urusanku....semua tergantung pemakaiku...” Jawab Libram.
“Hmm gitu ya....ya sudah...tapi, kamu bukan benda kutukan dan sejenisnya kan ?” Tanya Rex berhati hati.
“Tidak sopan, aku pedang terkuat, tidak mungkin aku memiliki kutukan...” Teriak Libram.
“Ok...lalu aku harus mencabutmu gitu ?” Tanya Rex.
“Ya, tapi semua tergantung padamu, pegang gagangku, pantas tidak nya kamu memegangku akan ketahuan.” Jawab Libram.
Rex berjalan menaiki podium dan berdiri di depan singgasana, dia langsung memegang gagang Libram di bawah sarung tangan yang memegang gagang bagian atasnya. Tiba tiba Libram bercahaya terang, wujudnya berubah menjadi pedang katana panjang dengan bilah merah dan sisi tajam nya hitam, tanduk yang menjadi batang silangnya bersatu kemudian menjadi dua lingkaran pembatas gagang dan bilah, permata nya berada di tengah kedua lingkaran, batangnya di bungkus secara tradisional jepang (ito) berwarna hitam dengan kenop nya yang lancip.
“Eh...kamu kok menjadi katana ?” Tanya Rex.
“Hahaha rupanya begitu, jiwa mu bukan dari dunia ini, di tambah kamu benar benar anak ah maaf, maksudku keturunan dari Einar Liberta dan Tel Athea, bentuk ku berubah berdasarkan kenyamanan pemakai ku....dan bentuk ini untuk mu....” Jawab Libram.
“Jadi aku benar benar keturunan dari Einar Liberta dan Tel Athea ?” Tanya Rex.
“Ya benar, kamu mewarisi darah mereka dan buktinya adalah tanda lahir di punggungmu, yang di sebut simbol raja.” Jawab Libram.
“Oh begitu....lalu sarung tangan ini ?” Tanya Rex.
“Pakai saja, benda itu cukup bagus di jadikan pelindung....” Jawab Libram.
Rex melepaskan pegangannya dan memakai sarung tangannya, kemudian dia mencabut Libram dari kursi singgasana, langsung saja kursi singgasana yang terbuat dari batu basalt hitam itu terbelah dua. Rex mengangkat Libram dan melihat nya, dia benar benar senang mendapat pedang yang terlihat kuat di tambah wujudnya sesuai dengan yang biasa pakai dan inginkan di kehidupan lalunya. Dia menaruh Libram menyilang di punggungnya.
“Nah sekarang, bagaimana cara keluar dari sini....” Ujar Rex berpikir.
“Terbang saja ke atas sana....” Balas Libram.
“Hah...seenaknya saja kamu bicara.” Ujar Rex.
“Hmm...kamu memiliki simbol raja di punggungmu...kenapa kamu tidak pakai kekuatannya ?” Tanya Libram.
“Hah...maksudmu tanda lahirku ? memang tanda lahirku itu punya kekuatan ?” Tanya Rex.
“Ya...kamu memiliki kekuatan raja Liberta dan raja demon Tel Odinir....warna sayap mu putih dan hitam di dalamnya...” Jawab Libram.
“Kalau memang benar begitu...tolong ajari aku...” Ujar Rex.
Libram mengajari Rex bagaimana cara dia menggunakan kekuatan nya, Rex menyilangkan tangan di dada dan memejamkan mata, aura putih dan hitam menyelimuti tubuh Rex, tiba tiba dia merasakan punggungnya panas, dua buah sayap keluar dari tanda lahirnya dan menjadi sayap burung berwarna putih dengan hitam di dalamnya yang besar. Rex membuka matanya, dia melihat kedua sayapnya,
“Wow...aku baru tahu aku bisa begini...” Ujar Rex.
“Untuk menyimpan kembali sayap nya, kamu tinggal memikirkan sayap itu masuk ke dalam tubuhmu, sekarang lompatlah, kamu pasti sudah bisa melompat tinggi dan kekuatan mu sekarang sudah berlipat ganda...” Ujar Libram.
“Baiklah...aku coba...” Ujar Rex.
Kemudian dia berjalan ke arah langit langit yang berlubang dan tempat masuknya sinar matahari. Dia melompat dan tiba tiba dia sudah berada di udara, kedua sayapnya tanpa sadar sudah mengepak dan Rex melayang di udara.
“Whooaaah...ini luar biasa, di kehidupan lalu pun aku belum pernah merasakan hal seperti ini...” Ujar Rex girang.
“Hmm...kamu kan harusnya sudah tua ya, kenapa bertingkah seperti anak kecil ?” Tanya Libram.
“Hah...berisik, di dunia ini aku baru 16 tahun....” Jawab Rex.
“Hmm....” Ujar Libram.
“Apa lagi ?” Tanya Rex.
“Aku merasakan ada tiga orang di dalam hutan, mereka tidak bergerak....apa yang mau kamu lakukan ?” Tanya Libram.
“Hah 3 orang ? oh...Lulu.....kita kesana Bram...” Jawab Rex.
“Baik Rex...hmm aku suka di panggil Bram.” Balas Libram.
Rex langsung melesat terbang menuju ke arah tiga orang yang di beritahukan Libram sebelumnya. (Untuk selanjutnya, Libram akan di panggil Bram oleh Rex.)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments