Chapter 14

Theo ikut turun ke bawah bersama prajurit benteng penjaga dinding. Ketika sampai, sebagian pasukan penjaga sudah berada di bawah,

“Theodor-sama....” Teriak seluruh pasukan sambil menunduk.

Theo melihat ke kanan dan kiri dia mencari kakak perempuannya yang merupakan komandan ksatria penjaga dinding.

“Mana Valentina-sama ?” Tanya Theo panik.

“Beliau masih menenangkan para prajurit dan ksatria di benteng penjaga (outpost) dinding Theodor-sama....” Balas seorang prajurit.

“Cepat panggil dia kesini, kosongkan benteng, panggil semua kesini.....dan untuk seluruh pasukan, bawa seluruh penduduk, bawa seluruh keluarga kalian, segera bersiap siap, kita berangkat menuju monastery di timur....” Teriak Theo.

Para prajurit yang mendengar perintah Theo terlihat kebingungan dan kasak kusuk sendiri. Banyak yang tidak menanggapi ucapan Theo,

“Tapi perintah dari Gerald-sama, kita tidak boleh kemana mana Theodor-sama, kita harus mempertahankan dinding.” Ujar seorang komandan pasukan.

“Kalian tentu tahu kan ramalan dan peringatan yang ada di benteng utara.....kabut sudah menyebar menutupi hutan, beberapa hari lagi kabut akan sampai ke dinding dan pada akhirnya akan menyebar....sebelum itu terjadi kita harus pergi....” Balas Theo.

“Perintah Gerald-sama, kalau sampai hal itu terjadi kita harus bertahan di sini dan jangan terpengaruh, kalau boleh saya usul, sebaiknya kita menunggu Gerald-sama kembali dari ibukota baru kita mengadakan pertemuan dengan nya untuk langkah selanjutnya...” Ujar seorang komandan.

“Iya benar Theodor-sama....jangan melanggal perintah Gerald-sama....” Celetuk beberapa prajurit.

Suasana ruangan menjadi ramai, Theo melihat wajah wajah para komandan, prajurit dan petugas yang membantu mereka, meremehkan dirinya yang baru berusia 16 tahun. Tapi tiba tiba, “Krieeet.” Sebuah kursi roda meluncur ke arah Theo dan Theo langsung menangkapnya, Casey datang menemui Theo dengan berusaha menuruni tangga dengan kursi rodanya.

“Casey ? kenapa kamu turun ?” Tanya Theo.

Casey tidak menjawab pertanyaan Theo, dia menoleh melihat para komandan, prajurit dan petugas yang ribut sendiri,

“Semuanya diaaam....lord Gerald Warnar akan di tangkap, kita semua akan di bunuh, kita harus pergi sekarang......” Teriak Casey.

“He..hei...Casey....” Ujar Theo.

“Apa ? Cassandra-sama, anda mendoakan ayah anda di tangkap ? kenapa anda berkata seperti  itu, kami tidak setuju dengan perkataan anda, tentunya anda tahu, kami seluruh ksatria dan prajurit di sini sangat loyal kepada lord Gerald....” Ujar seorang komandan.

Suasana langsung ramai, seluruh orang di ruangan menghujat Casey dan mengelu elukan Gerald ayah keduanya. Theo langsung memeluk Casey yang berteriak teriak supaya diam. Tiba tiba, “Blak.” Pintu aula kastil di buka lebar, seorang utusan dari ibukota masuk beserta pengawal nya. Keributan langsung terhenti, semua orang di ruangan menoleh ke arah pintu, utusan itu membentang gulungan surat yang dia bawa,

“Perhatian seluruh penghuni kastil Warnar.....Gerald-Warnar di tahan di ibukota karena di duga berkhianat dengan memfitnah lord Alex Duncan dari house Duncan yang merupakan keturunan keluarga kerajaan Liberta 18 tahun lalu dan berkonspirsi dengan lady Meredith dari house Levent untuk memberontak kemudian mengambil alih pemerintahan dari council of lords. Untuk sementara tidak ada yang boleh keluar dari kastil dan kastil di jaga ketat oleh ksatria dari knightdom. Lady Valentina Warnar di tangkap dan di bawa ke ibukota karena terlibat dalam konspirasi.” Teriak utusan ibukota membacakan perintah council of lords.

“Apa....tidak mungkin, papaku dan neesan tidak mungkin terlibat.” Teriak Theo.

“Semua sudah terjadi oniichan.....aku takut...oneechan.....” Ujar Casey.

Seluruh prajurit yang sebelumnya menghujat Casey terdiam, mereka menoleh melihat Casey. Mereka baru sadar apa yang di katakan Theo dan Casey sebelumnya benar, tapi semua terlambat, mereka tidak bisa bertindak apa apa lagi. Utusan dan pengawalnya pergi meninggalkan aula, Theo dan Casey tidak bisa bergerak, mereka hanya memandang utusan itu pergi sambil berpegangan tangan.

*****

Malamnya, “Knock...knock...knock...” Pintu kamar Theo di ketuk seseorang, dengan perlahan Theo membukakan pintu dan mengintip. Dia melihat seorang pelayan dan seorang prajurit lengkap dengan senjatanya. Theo mengintip keluar dan melihat ke lorong, dia langsung menarik keduanya masuk ke dalam kamarnya, di dalam sudah ada Casey yang duduk di kursi roda.

“Esme, komandan Noah, kenapa kalian kesini ?” Tanya Theo.

“Ini...sebelum di tangkap Valentina-sama memberikan surat ini pada ku...” Jawab Noah sambil memberikan secarik kertas kepada Theo.

Theo berjalan ke arah Casey dan mereka membaca surat yang di tinggalkan oleh Valentina. Isinya adalah sebuah rencana, Valentina mengatakan yang menangkapnya adalah prajurit house Baranger, dari pembicaraan yang terdengar oleh pelayan Valentina, mereka berniat membawa Valentina ke kastil Baranger yang berada di perbatasan barat, mereka mengancam Valentina kalau Valentina tidak bersedia ikut, maka mereka akan membunuh Theo dan Casey. Itu sebabnya di surat dia memerintahkan Noah untuk membawa Theo dan Casey ke monastery secara diam diam lewat jalan rahasia, sebab di kastil Warnar ada pengkhianat yang memata matai keduanya. Valentina akan berusaha membebaskan diri dan lari ke wilayah barat benua kemudian akan menuju timur uintuk menemui Theo dan Casey.

“Jadi begitu, semua ini adalah akal akalan Geofrey-ossan.....” Ujar Theo.

“Benar, yang menjaga kastil ini pun prajurit dari house Baranger, kita harus menyelinap keluar malam ini...” Ujar Noah.

“Tapi....bagaimana dengan Cassandra ?” Tanya Theo.

“Esme juga ikut, dia akan menjaga Cassandra-sama...” Jawab Noah.

“Benar Theodor-sama, serahkan padaku...” Tambah Esme.

“Baiklah, kita pergi sekarang....” Ujar Theo.

Akhirnya ke empatnya keluar kamar dengan diam diam dan masuk ke ruang makan, Esme berjalan ke perapian dan menarik tempat lilin yang tertempel di perapian. “Greeek.” Perapian bergeser dan ada tangga turun ke bawah. Theo langsung menggendong Casey dan Noah membawakan kursi rodanya sementara Esme memegang obor. Setelah mereka masuk, pintu kembali tertutup dengan sendirinya. Esme berjalan paling depan karena membawa obor di ikuti oleh Theo yang menggendong Casey dan Noah yang membawa kursi rodanya sambil berjaga di belakang.

Mereka berjalan dengan cepat menelusuri lorong rahasia yang mengarah keluar dari kastil, setelah lama berjalan, dinding yang sebelumnya terbuat dari batu bata, berubah menjadi dinding gua alami yang di tanami obor. Mereka akhirnya sampai di ujung lorong, Casey menari sebuah tempat liln. Dia menariknya dan batu yang menutupi pintu bergeser. Setelah pintu terbuka, mereka langsung menaiki tangga untuk ke atas. Ketika keluar, mereka sudah berada di dalam hutan yang berada di samping kastil, di sana ada sebuah kereta kuda siap menunggu. Mereka berlari menuju kereta, tapi,

“Tunggu....ada yang tidak beres.....” Ujar Noah.

Theo meminta Esme menggendong Casey sementara, dia mencabut pedangnya dan bersiaga. Noah mencabut pedangnya dan berjalan perlahan mendekati kereta, dia melihat seorang prajurit pengemudi kereta duduk di atas kereta.

“Hei...Gibon....” Bisik Noah.

Gibon tidak bergerak, dia diam saja, tangannya memegang tali kekang kuda, Noah berjalan ke depan dan melihat ke atas, ternyata Gibon sudah mati dengan leher tersayat dan kepala tertunduk. “Kyaaaaa....” Terdengar teriakan di belakangnya. “Trang...trang...trang.” Terlihat Theo sedang melawan musuh dan terkepung prajurit Baranger terpisah dari Casey dan Esme, Noah berlari mendekati Theo dan langsung menusuk lawannya,

“Noah...tolong Casey....” Teriak Theo.

Dia kembali menyerang musuh yang mengepungnya. Melihat Theo menerjang para pengepungnya, Noah berlari mendekati Casey dan Esme yang terjatuh, dia langsung membunuh beberapa prajurit musuh yang mengepung keduanya, Noah langsung menggendong Casey di punggungnya,

“Theodor-sama....lari....” Teriak Noah.

“Duluan Noah....aku tahan pasukan di sini...cepat bawa Casey pergi....cepat...aku akan menyusul, kita bertemu di monastery.” Balas Theo sambil menusuk seorang prajurit.

Tiba tiba Theo berlari ke arah kereta dan para musuh mengejarnya. Casey yang melihatnya langsung teriak,

“Oniichan......mau kemana...oniichan.....” Teriak Casey.

“Kita harus pergi dari sini...maafkan aku Cassandra-sama....ayo Esme.” Ujar Noah.

Noah langsung berlari menggendong Casey dan menggandeng Esme, Casey meronta dan berontak,

“Noah...turunkan aku....onichan.....oniichan.....oniichan tidak ada....cepat...turunkan aku...aku tidak bisa pisah dari oniichan....oniichaaaaaaaan.” Teriak Casey.

Walau Casey memukul punggung dan kepalanya, Noah tidak berhenti, dia terus berlari membawa Casey pergi, kemudian di kejauhan, “Hiiihiiee....” Terdengar ringkik kuda yang keras dan suara langkah kuda ke tempat lain. Casey akhirnya lemas, dia langsung tidak sadarkan diri setelah berteriak dan menangis tersedu sedu, Noah menoleh ke belakang,

“Semoga kamu selamat Theodor-sama....kita akan bertemu lagi di monastery.” Ujar nya dalam hati.

Noah dan Esme melarikan diri masuk ke dalam hutan dan berusaha pergi ke monastery di timur.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!