To Death Alone

To Death Alone

Chapter 1

Tidak ada orang yang ingin mati dalam keadaan sendirian.

Bahkan penyendiri akut yang tidak suka bersosialisasi dengan orang lain pun dalam lubuk hatinya menginginkan seseorang berdiri disampingnya dan memahaminya.

Aku terus memimpikan diriku memiliki keluarga yang bahagia yang ada disampingku dengan pasangan dan anak-anak yang akan berada disamping tempat tidurku ketika aku terbaring lemas di ranjangku.

Memikirkan hal itu membuatku senang, aku tidak perlu pasangan yang kaya raya ataupun berkedudukan tinggi. Aku hanya ingin seorang pria lucu seperti ayahku dan menyayangiku seperti ayah mencintai ibuku setiap hari.

“Lisa, kenapa kau melamun?” Ibu memperhatikanku dengan khawatir, aku saat ini sedang sarapan bersama Ayah, Ibu dan Adik perempuanku, Lina.

Aku yang terlalu larut dalam pikiranku sendiri membutuhkan beberapa saat untuk menjawab pertanyaan dari Ibu. Namun saat aku ingin membuka mulutku Lina mewakilkannya untukku.

“Kakak pasti sedang berimajinasi menikahi pangeran kerajaan, Ibu seharusnya tau itu.” Jawab Lina dengan mulut yang sedang mengunyah roti gandum.

“Kau seharusnya telan dulu apa yang ada dimulutmu baru berbicara.”

Ayah yang melihat kami sedang beradu mulut hanya tertawa. Karena ayah senang jika meja makan berisik, sebab ini adalah momen-momen kami bersama dan ayah sangat menyukainya.

Ayahku adalah orang yang lucu dan suka bercanda, walaupun kami terkadang tidak bisa mengerti candaan Ayah, namun kami selalu tertawa dibuatnya.

Ibuku sendiri adalah orang yang lembut dan cantik. Namun yang lebih penting dari itu adalah masakan ibu sangat enak.

Adikku, yah dia selalu seenaknya. Terkadang kami juga bertengkar seperti halnya kakak-beradik, namun bukan berarti aku tidak menyukainya, karena menurutku dia adalah adik kecil yang menggemaskan.

Ayah memakan sup dan rotinya dengan cepat, dia kemudian menyeka mulutnya dengan punggung tangannya dan berdiri.

“Aku akan berangkat sekarang.” Ayah menatap kami semua dengan mata yang penuh kasih.

“Tunggu sebentar.” Ibu menghentikan ayah dan segera berdiri mengambil sebuah kantung coklat berisi beberapa roti gandum dan kentang.

“Bawa ini, makanlah ketika kau beristirahat.” Ibu menyodorkan tas itu kepada ayah.

Ayah akan pergi untuk bekerja.

Ayah adalah seseorang yang memiliki pekerjaan yang sangat banyak. Dia akan memberi makan hewan peternakan milik seseorang dan mengurus peternakannya, kemudian saat siang hari ayah akan pergi ke hutan untuk memotong beberapa kayu untuk di bawa pulang.

Kayu itu biasa kami gunakan untuk membuat api, jika dirasa kayu yang dimiliki sudah cukup. Ibu akan membuat beberapa kerajinan menggunakan itu dan menjualnya ke pedagang keliling.

Memang tidak banyak yang bisa didapatkan dengan pekerjaan Ayah dan Ibu, namun kami selalu mendapatkan makanan di atas meja kami dan itu sudah cukup bagi kami untuk merasakan kehangatan di rumah ini.

Ayah berpamitan kepada kami, tidak lupa juga Ayah mencium lalu memulukku dan juga Lina.

Ayah juga mencium kening ibu dan memegang tangan ibu seakan tidak ingin pergi keluar. Setelah beberapa saat saling tatap Ayah melepaskan tangan ibu dan pergi ke arah pintu, sekali lagi ayah melambaikan tangannya kepada kami sebelum menutup pintunya.

“Selamat jalan Ayah.” Aku melambaikan tanganku kepada Ayah.

Ketika Ayah sudah pergi aku dan Lina membantu Ibu membereskan makanan di meja dan setelah itu kami akan membersihkan rumah. Setelah seluruh pekerjaan rumah selesai, aku biasanya akan keluar berjalan-jalan ke sekeliling desa.

Ayah baru akan kembali biasanya sore hari, dan tidak ada yang bisa dilakukan di rumahku selain bersih-bersih dan membuat kerajinan dari kayu.

Aku ingin melihat keluar desa, aku ingin pergi melihat bagaimana pemandangan di ibukota kerajaan.

Desa ku, desa Eshina termasuk dalam wilayah kerajaan Leofwine. Namun desa kami berada sangat jauh di utara, bahkan aku belum pernah melihat Raja Leofwine sekalipun datang ke desa ku.

Aku hanya pernah melihat beberapa ksatria dan juga seorang pembawa pesan yang masuk ke desa kami dengan membawa kabar bahwa istana sedang mencari beberapa pelayan dan prajurit yang baru.

Saat itu Ayah berminat untuk menjadi prajurit yang mengabdi kepada Raja Leofwine, namun Ayah tidak ingin meninggalkan Ibu yang sedang mengandung Lina dan aku yang masih berumur 3 tahun. Ayah pun langsung mengurungkan niatnya dan tidak mengikuti tesnya.

Aku sering mendengar kabar bahwa beberapa orang dari desa kami mendapatkan bayaran yang besar dengan bekerja sebagai pelayan atau prajurit di Istana Leofwine. Bahkan beberapa dari mereka berhasil membawa keluarga mereka untuk tinggal di dalam kota dengan upah yang mereka terima.

Itu adalah salah satu cara untuk keluar dari desa ini dan melihat dunia luar.

Cara kedua, mungkin ini adalah cara yang paling berbahaya karena tidak banyak orang tua yang ingin melepaskan anak mereka sebagai pedagang keliling.

Pedagang keliling adalah sekelompok orang-orang yang tidak pernah menetap di suatu desa atau kota untuk waktu yang lama. Mereka hanya tinggal paling lama sebulan untuk membeli barang yang mereka inginkan atau menjual barang yang mereka punya, lalu setelah itu mereka akan pergi lagi.

Menjadi pedagang keliling sangat beresiko karena biasanya mereka akan disergap oleh sekelompok penjarah ketika mereka melewati suatu hutan atau gunung-gunung untuk mencapai suatu desa atau kota selanjutnya.

Saat aku berkeliling desa ada sekumpulan wanita paruh baya yang sedang berkumpul membicarakan sesuatu dengan sangat serius.

“Hei apa kau sudah dengar katanya beberapa prajurit Leofwine sedang menuju kemari.”

“Apa mereka akan memberi pekerjaan kepada beberapa orang lagi?”

“Bukankah itu bagus? Kita bisa meminta anak-anak kita untuk menjadi bawahan Raja Leofwine dan kita bisa pergi ke kota.”

Mendengar perkataan itu membuatku sedikit penasaran, aku pun bergerak mendekat untuk mendengar percakapan itu lebih jelas.

“Iya kan? Aku dengar sekarang keluarga Gunter hidup enak di sana karena anak mereka berhasil menjadi prajurit kelas 2.”

“Ahh siapa nama anak itu? Oh ya Ian. Dia dulu anak yang selalu membuat onar, aku tidak percaya dia berhasil menjadi prajurit hebat di sana.”

Pembicaraan itu terus berlanjut, aku memasang telingaku dengan baik agar tidak melewatkan satu kata pun.

Jika Kerajaan Leofwine akan mencari pelayan lagi, ini adalah kesempatanku untuk keluar dari sini dan menata mimpiku untuk hidup dengan nyaman. Aku juga akan mengajak Ayah, Ibu dan juga Lina ke kota saat aku sudah berhasil di sana.

Lagipula umurku sekarang sudah 15 tahun, aku sudah dewasa untuk bisa keluar dan menjelajah duniaku sendiri.

Aku segera berlari untuk pulang ke rumah.

Aku tidak sengaja membuka pintu dengan keras hingga membuat Ibuku sedikit terkejut.

“Lisa? Ada apa? Kenapa kau terburu-buru seperti itu?” Ibu bertanya dengan keherenan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!