Chapter 7

“Ayah aku sudah bersih.” Peluk Lina sambil mengusap-usap wajahnya ke badan Ayah.

Ayah berbalik melihat putri kecilnya.

“Ho ho, kamu sudah harum ya.” Ayah mengangkat Lina dan mendudukannya di kursi. Lina membalas Ayah dengan senyum manis kecilnya.

“Ayah ayo makan, aku lapar.” Kata Lina sambil mengangkat kakinya ke atas kursi dan duduk dengan posisi lutut di bawah.

“Ayo kita makan, Ayah juga sudah lapar ha ha ha.”

Ibu membagikan kami masing-masing piring dan juga menghidangkan makanannya ke atas piring kami.

Kentang tumbuk itu terasa sangat panas, ketika Ibu menumpahkannya ke piring kami, asapnya terbang ke atas dengan tebal membuat air liur kami menjadi kental.

“Ayo makan, makan.” Ibu berbicara tampak tergesa-gesa, mungkin karena dirinya merasa tidak enak kepada Ayah karena harus menunggunya dan Lina.

Satu hari sudah terlewati, saat ini setiap harinya sangat berharga untukku. Aku masih punya beberapa minggu lagi agar aku bisa menjadi lebih baik, namun di satu sisi juga aku hanya memiliki beberapa minggu itu untuk bersama keluargaku.

Entah apa yang aku rasakan saat ini, aku tidak tahu. Aku seharusnya senang bahwa aku bisa mendapatkan kesempatan untuk merubah hidupku, namun aku juga merasa sedih karena aku mungkin tidak akan bertemu dengan keluargaku untuk waktu yang lama.

Setelah selesai makan malam, Ibu membersihkan meja dan aku membantunya. Ayah bermain bersama Lina, mereka bermain sandiwara menggunakan pahatan batu yang dibuat oleh Ibu.

“Kakak, Ibu! Kemari, kami kekurangan orang.” Lina berteriak memanggil kami untuk mengajak kami bermain.

“Iya aku ke sana.” Balas Ibu, “Ayo Lisa, kita cuci besok saja.” Ibu menepuk punggungku untuk meninggalkan pekerjaannya.

“Iya Ibu.” Aku menempel ke badan Ibu seperti bayi dan memeluknya, Ibu membutuhkan tenaga lebih untuk menyeretku.

Aku dan Ibu duduk di lantai dengan Ayah dan Lina.

“Lina, kamu tidak boleh tiduran sehabis makan. Jika tidak kamu akan gemuk.”

Ibu menepuk punggung Lina yang sedang tidur dengan posisi tengkurap.

“Hmm.. aku tidak gemuk.” Lina bangun dan cemberut, dia menyilangkan tangannya dan membuang mukanya ke arah dinding.

“Uh.. dasar anak kecil ini, kamu sudah bisa marah sama Ibu ya.” Ibu memeluk Lina dan mengusap pipinya ke pipi Lina.

“Hihihi Ibu geli.” Akhirnya Lina kembali ceria.

Melihat kegembiraan keluargaku yang seperti ini, aku sangat ingin terus bersama mereka.

Sebulan telah berlalu, saat itu semua orang berkumpul di gerbang desa. Mereka berkumpul untuk melihat datangnya ksatria kerajaan dan pembawa pesan yang akan mencari beberapa orang untuk menjadi pelayan dan ksatria.

Para warga desa membuka jalan seperti laut yang terbelah untuk memberi jalan kepada kuda-kuda dan kereta yang akan masuk.

Aku, Ibu dan Lina melihat ini dengan rasa gelisah. Ini artinya hari ini adalah hari dimana aku akan meninggalkan mereka.

Sementara itu Ayah yang saat itu sedang berada di hutan langsung bergegas berlari, meninggalkan semua hasil tebangannya dan juga peralatannya.

Saat itu, pembawa pesan kerajaan naik ke atas panggung yang berada di balai desa dan mengumumkan bahwa Kerajaan Leofwine akan mencari beberapa calon pelayan dan ksatria baru. Namun ini tidak akan mudah, karena kami harus bersaing dengan banyak calon pelayan dan ksatria dari desa dan kota-kota lain.

Pembawa pesan itu membuka sebuah gulungan dan membacakannya di depan semua orang.

“Kerajaan Leofwine membutuhkan beberapa pelayan dan ksatria untuk mengabdi kepada kerajaan, siapapun yang berminat untuk mengikuti seleksinya diharapkan untuk naik ke atas. Kita akan segera berangkat.”

Itu adalah pidato singkat namun jelas, aku melihat kereta-kereta yang membawa calon pelayan dan ksatria lain di sana. Mereka sedang duduk menanti untuk membuka cahaya agar bisa hidup lebih baik. Karena desa kami, desa Eshina adalah desa terakhir yang mereka datangi.

Ketika calon pelayan dan ksatria dari desa Eshina sudah berkumpul, maka kami akan langsung pergi ke istana Leofwine.

Sudah beberapa orang naik ke atas panggung, aku harus yakin kepada diriku karena kemampuan memasak dan bersih-bersihku sudah lebih baik dari sebelumnya. Aku pasti bisa bersaing dengan yang lain.

Selova dan Betha menghampiriku.

“Hei Lisa, kenapa kamu tidak ke atas. Bukankah kamu ingin pergi?”

“Aku.. menunggu Ayah.”

Aku tidak bisa pergi tanpa berpamitan dengannya.

“Apa tidak ada lagi yang akan naik?” Tanya pembawa pesan itu.

Aku melihat sekelilingku, namun terlalu sulit mencari satu orang di tengah-tengah kerumunan ini. Apa ayah tidak akan datang karena dia tidak ingin membiarkanku pergi?

Aku melihat Ibu dan Lina, mereka sangat cemas. Pembawa pesan dari kerajaan sudah beranjak dari tempat duduknya, para ksatria pengawal yang melihat ini langsung bergegas turun dari panggung.

Aku tidak memiliki pilihan lain, ketika aku akan berlari untuk menerobos lautan manusia tiba-tiba seseorang menarikku dengan kencang.

Seketika itu tubuhku mulai tertutup oleh tubuh besar yang hangat. Itu adalah Ayah.

“Hati-hati, jangan lupa jika kamu sudah di sana kamu harus hidup dengan benar. Jangan lupa kirim surat kepada kami setiap hari, jagalah dirimu.” Ayah meneteskan air matanya di pundakku, aku juga tidak bisa menahan rasa sedih ini dan mulai menangis.

Ayah kemudian mengangkat wajahnya dan berkata “Tolong tunggu sebentar, putri kami akan ikut. Tolong berikan kami waktu untuk berpisah.”

Pembawa pesan kerajaan yang akan turun dari panggung itu menghentikan langkahnya, dia mengangkat tangannya dan seketika seluruh pengawal kerajaan menghentikan langkahnya.

Ketika aku dan Ayah sedang berpelukan, Ibu, Lina, Selova dan Betha mulai memelukku juga.

“Semoga beruntung.” Selova mengusap pipiku.

“Hati-hati di jalan Lisa.” Betha menepuk pundakku beberapa kali dengan pelan.

“Kamu boleh kembali setiap saat, jika kamu tidak kuat di sana. Ibu akan selalu menunggumu.” Ibu mencium kepalaku.

“Kakak, jangan sampai lupa sama aku.” Kata Lina yang memeluk punggungku.

Aku memeluk mereka semua dan berterima kasih, aku harus bertemu mereka lagi di kemudian hari. Aku tidak boleh mengecewakan mereka.

Aku langsung bergegas naik ke panggung setelah berpisahan dengan mereka.

“Apakah ada lagi yang ingin naik?” Tanya pembawa pesan itu.

Setelah melihat sekeliling beberapa kali, tidak ada lagi orang yang naik ke panggung. Akhirnya pembawa pesan itu mengisyaratkan untuk berangkat.

Saat turun dari panggung aku melihat wajah keluargaku dan teman-temanku. Melihat mereka membuatku merasa sedikit sedih dan kesepian dalam diriku.

Aku akan merindukan senyum Ibu dan masakannya, tawa Ayah dan juga candaannya, kacamata bulat milik Betha dan sifat pengecutnya, rambut merah terang Selova dan juga perkataannya yang seenaknya dan Lina, adikku yang manis dan juga lucu.

Aku akan merindukan kehadiran keluargaku dan juga perasaan gembira ketika bermain bersama temanku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!