Chapter 20

“Oh itu, itu adalah arah ke stasiun kereta api. Orang-orang itu pergi ke suatu tempat menggunakan kereta api untuk mencapai tujuannya.” Jawab Tuan Milner.

‘Kereta api? Apa itu? Apa keretanya ditarik oleh api bukan kuda?’ Aku membayangkan kereta api dalam pikiranku.

Membayangkan apa itu kereta api dalam pikiranku tidak memberikanku jawaban, aku akan bertanya kepada Tuan Milner.

“Apa itu kereta api Pak Milner?”

“Kereta api? Hmm kereta api itu... seperti kereta kuda hanya saja mereka memiliki jalur mereka sendiri, kereta api juga memiliki tempat duduk yang lebih banyak dibandingkan kereta kuda dan mereka terbuat dari mesin. Ditambah kereta api bisa mencapai tujuan dengan sangat cepat.”

‘Jika kereta api memiliki kemampuan seperti itu kenapa aku tidak naik kereta api dan harus naik kereta kuda dari desaku untuk sampai kesini? Bukankah kereta api lebih praktis.’ Terlalu banyak pikiran di dalam kepalaku saat ini, aku bahkan masih membayangkan bagaimana bentuk kereta api yang dikatakan oleh Tuan Milner.

“Apa semua orang bisa naik kereta api?” Tanyaku.

“Hmm.. tidak semua orang sih, kereta api masih cukup mahal untuk dinaiki oleh orang-orang menengah ke bawah. Biasanya orang-orang yang menaiki kereta api adalah pelajar yang ingin belajar di negeri lain, setelah mereka kembali mereka akan menjadi sarjana atau sebagainya. Aku juga tidak terlalu mengerti tentang pendidikan orang-orang kelas atas hahaha.”

Aku menoleh ke belakang lagi, walaupun orang-orang di arah sana sudah mengecil di pandanganku namun aku bisa melihat jelas bagaimana mereka berpakaian. Semuanya memakai pakaian yang bagus, walaupun aku tidak menyentuh pakaian mereka hanya dengan melihatnya semua orang bisa menyadari bahwa pakaian yang mereka kenakan berbahan katun dan sutra yang sangat lembut.

Sepertinya itulah yang dikatakan Tuan Milner tentang seseorang yang berpendidikan, sampai di sini aku menyadari bahwa aku tidak ada apa-apanya dibandingkan orang-orang itu.

Tuan Milner mulai menunjuk sesuatu di depan, aku memperhatikan tangannya tapi tidak tahu apa maksudnya.

“Itu, itu rumahku.” Ucap Tuan Milner sambil menunjuk rumah yang kami lewati.

Rumah dengan bangunan coklat yang dibuat dari bebatuan yang disusun dengan baik, memiliki 2 pintu di depannya. Satu pintu memiliki ukuran satu tubuh manusia dewasa dan pintu di sebelahnya memiliki ukuran 2 kali lebih besar dibandingkan pintu satunya.

Aku langsung menyadari bahwa pintu yang besar itu adalah kandang kuda untuk menaruh kuda milik Tuan Milner. Terlihat dari luar, rumah Tuan Milner memiliki 2 lantai karena di depannya ada sebuah balkon dengan besi hitam untuk yang mengelilingi bagian tengah balkon itu yang berfungsi sebagai keamanan.

Setelah berjalan-jalan melihat sekitar, rumah Tuan Milner mungkin bukan rumah yang bagus jika dibandingkan yang kulihat-lihat sebelumnya. Namun, desain rumah yang sederhana itu lebih baik dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada di desaku.

Bahkan untuk seseorang yang merasa dirinya adalah seseorang dari kelas menengah ke bawah, rumah Tuan Milner masih lebih baik karena dia tinggal di daerah kota.

Tidak terlalu jauh semenjak kami melewati rumah Tuan Milner, kereta kuda mulai berhenti di sebuah gerbang besar berwarna coklat tua. Di kedua sisi gerbang itu tertutupi oleh pohon-pohon yang tinggi dan berdaun lebat.

“Baiklah, kita sudah sampai.” Tuan Milner turun dari kereta dan berdiri di depan kudanya untuk mengusap-usap mereka.

Nona Livi kemudian turun, aku dan Bridget mengambil barang kami di bagasi dan mengikuti Nona Livi.

‘Ini gerbang belakang istana, besar sekali.’

Aku melihat gerbang itu dari bawah ke atas, gerbang itu sangat tinggi sampai aku harus mendongakkan kepalaku.

Nona Livi dan Tuan Milner terlihat sedang berbicang di belakang, sampai akhirnya Nona Livi memberikan kantung kecil berisi perak untuk jasa Tuan Milner yang sudah mengantar kami kemari.

“Kamu bisa menghitungnya dulu.” Nona Livi memberikan kantung kecil yang terikat itu kepada Tuan Milner.

“Hahaha tidak apa-apa aku tidak perlu menghitungnya, lagipula kamu selalu memberikanku lebih banyak dari harga normal.” Tuan Milner memasukkan kantung uang itu ke dalam tas kecil yang menyelempang di badannya.

“Kalau begitu aku pamit, aku akan membawa mereka masuk terlebih dahulu ke dalam.” Nona Livi membungkuk dengan sopan kepada Tuan Milner.

“Ah iya iya silakan, jika kamu membutuhkan aku panggil saja lagi.” Tuan Milner melambaikan tangannya.

Aku dan Btidget yang masih melihat sekitaran tempat kami berdiri dipanggil oleh Tuan Milner.

“Hei Nona Kecil, jika ada sesuatu jangan sungkan untuk meminta bantuanku ya.” Tuan Milner naik ke kereta kudanya dan meraih tali kendalinya.

“Iya Pak Milner terimakasih, hati-hati di perjalanan anda.” Aku dan Bridget membungkuk untuk memberikan rasa terimakasih kami kepada Tuan Milner dan melihat kepergian kereta kuda Tuan Milner yang menjauh dari kami.

Gerbang besar itu terkunci dengan gembok, Nona Livi mengeluarkan kunci gembok dari sakunya dan membukanya.

“Ayo, masuk.”

Kami menginjakkan kaki kami ke area istana, sementara Nona Livi mengunci kembali gerbang di belakang kami.

Area belakang istana hanya seperti jalan setapak yang besar, kami berjalan cukup jauh untuk mencapai pintu istana. Hanya ada bangunan-bangunan bagian belakang yang tertutup pohon-pohon tinggi di sekitar kami.

Tidak ada yang aneh ketika kami berjalan, hanya saja ada sebuah bangunan dimana bangunan itu memiliki sebuah jendela yang sejajar dengan tanah yang kami injak.

Itu tidak seperti jendela pada umumnya yang terbuat dari kayu maupun kaca. Jendela itu berbentu persegi panjang dan ada besi hitam berkarat yang menutupnya. Namun, besi itu tidak sepenuhnya menutup jendela itu. Besi itu membuat sekat-sekat seukuran tangan.

Aku yang penasaran mencoba mendekat ke bangunan itu dan melihat apa yang ada di dalamnya. Namun, Bridget menarik bajuku dan menggelengkan kepalanya.

“Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak boleh berkeliaran seperti itu. Kita ada di istana yang mulia.” Bridget berkata dengan serius.

Bridget benar, aku tidak boleh seenaknya sendiri.ini adalah wilayah kerajaan, aku harus menjaga sikapku di sini. Aku bukan kemari untuk bermain, aku kemari agar aku mendapatkan hidup yang lebih baik.

“Hehe tidak, aku hanya penasaran apa yang ada di sana.” Aku menunjuk jendela itu, jendela itu sangat gelap walaupun matahari sudah bersinar.

Bridget melihat kepada jendela yang aku tunjuk. Matanya sangat serius seakan mencoba mengidentifikasi apa itu. Namun, dia akhirnya menarikku lagi.

“Sudahlah, ayo jalan Nona Livi sudah di depan kita tidak boleh tertinggal. Istana ini sangat besar kita tidak boleh jauh-jauh dari Nona Livi.”

“Iya iya.”

Akhirnya aku mengurungkan niatku untuk melihat itu dari dekat dan berjalan bersampingan dengan Bridget mengikuti Nona Livi.

Kami akhirnya sampai di bangunan istana. Walaupun ini bagian belakangnya, ini masih terlihat sangat mewah.

Pintu berwarna emas dengan gagang pintunya yang berkilau, di jaga oleh 2 orang ksatria yang berdiri tegap seperti patung.

Aku melihat kedua ksatria yang berjaga, salah satu dari wajah ksatria itu sangat familiar di mataku. Namun, aku tidak bisa mengingat siapa dia.

‘Ah mungkin perasaanku saja.’

Saat aku menatap ksatria itu dia menoleh ke arahku, ksatria itu memperhatikan wajahku dan mengkerutkan dahinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!