Chapter 16

“Ini enak.” Ucap Bridget.

Seketika aku langsung membuka mataku dan bisa bernafas lega.

‘Oi! Kau bilang enak, tapi kenapa wajahmu datar sekali.’ Batinku berteriak.

Masih ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepada Bridget, tentang saus yang dia buat untuk sosisnya. Namun aku masih sedikit ragu untuk belagak terlalu dekat dengannya.

“Bridget, boleh aku bertanya sesuatu?”

Bridget menoleh dan mengigit sendoknya.

“Apa itu?”

“Apa yang kamu buat untuk sosis itu?”

Ketika pertanyaan itu kulontarkan, seketika wajah Bridget menjadi serius.

“Ah.. kamu tidak perlu menjawabnya jika tidak ingin, aku hanya bertanya karena rasanya enak.”

Tidak bisa dipungkiri walaupun semua orang bertingkah layaknya teman dekat namun mereka semua di sini adalah pesaing. Bridget mungkin adalah salah satu orang yang tidak ingin membagikan rahasianya hanya karena kami adalah teman sekamar sementara.

“Tidak, aku hanya terkejut kamu tertarik dengan sesuatu seperti itu.”

“…”

“Itu hanya saus tomat biasa, resep yang Ibuku ajarkan.”

“Oh seperti itu.”

“Apa kamu tertarik untuk membuatnya?” Tanya Bridget

Aku sedikit tersentak mendengar pertanyaannya, mungkin ini adalah tanda bahwa aku dan Bridget akan mengenal satu sama lain.

“Ya.” Jawabku dengan tegap.

….

Ngiiik!

Tiba-tiba suara pintu depan terbuka.

Kami yang sedang berada di dapur seketika melihat ke arah pintu dengan serentak, sosok familiar yang membuka pintu itu adalah Nona Livi.

Nona Livi sudah selesai mengurus permasalahan makan siang untuk keluarga istana, dan saat ini dia kembali untuk mencoba makan siang yang kami siapkan.

Tidak seperti kemarin, beberapa pelayan tidak ikut dengannya. Mereka harus tinggal dan berjaga di istana jikalau seseorang di istana membutuhkan mereka.

Namun di belakang Nona Livi ada seorang wanita tua yang mengikutinya, kami tidak mengetahui siapa orang itu. Tapi jika dilihat dari penampilannya dan pakaiannya dia mungkin adalah seseorang yang berada di kelas menengah.

Brial warna coklat yang dikenakan wanita tua itu sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih, rambutnya yang bergelombang seperti ombak lautan, bibir yang sedikit pecah karena usia namun masih berwarna merah alami dengan wajahnya yang keriput juga tampak terawat. Dia mungkin tidak seperti wanita-wanita tua berumur 60-an yang selalu kulihat di desaku.

Kami berbaris dengan cepat untuk menyambut mereka.

Nona Livi memperhatikan kami dan wanita tua itu tersenyum dengan bangga.

“Ini adalah Nyonya Maryell, dia adalah seorang kepala pelayan sebelum diriku namun beliau sudah pensiun. Hari ini Nyonya Maryell akan menjadi tamu kita untuk melihat apa yang kalian bisa lakukan di awal-awal hari kalian.”

“Woah.”

Semua orang membuka mulutnya.

Nyonya Maryell adalah kepala pelayan istana sebelum Nona Livi, itu artinya Nona Livi saat itu adalah seseorang yang berdiri ditempat yang aku sekarang injak.

Kami yang sedang berbaris dihampiri oleh Nyonya Maryell, dia menjabat tangan kami satu per satu lalu menanyakan siapa nama kami dan darimana asal kami.

Setelah itu beberapa dari kami mulai mempersiapkan meja untuk Nona Livid an Nyonya Maryell.

Semua tertata tertata dengan baik, meja tertata seperti saat kami datang kemari.

Alat makan untuk makanan pembuka, sendok sup, sampai alat makan untuk makanan penutup telah disediakan dengan rapi di atas di atas meja.

Saat semuanya sudah siap, kelompok pertama mulai maju untuk menyajikan hidangan pembuka.

Mereka terlihat membawa sesuatu yang direbus, bentuknya sangat kecil hingga dapat dimakan hanya dengan satu kali suapan, luarnya terlihat seperti pembungkus yang terbuat dengan selembar kulit yang terbuat dari adonan tepung.

“Hee.. mereka membuat pangsit ya.” Ucap Bridget.

“Pangsit?” Aku, Joie dan Effie menoleh ke arah Bridget.

Aku tidak tahu apa itu, aku juga baru pertama kalinya melihat makanan seperti itu.

“Ya, itu adalah makanan orang-orang Huaren yang dibuat lebih dari 1000 tahun yang lalu. Makanan itu biasanya dimakan dengan keluarga atau kerabat dan biasanya mereka memakan itu ditambah dengan minuman keras.”

“Woah.” Joie dan Effie terkagum dengan penjelasan Bridget.

Aku melirik Bridget, aku juga tidak bisa mengatakan dia tidak hebat setelah berhasil memberikan pejelasan seperti itu, bagaimana bisa anak seumuranku memiliki kemampuan tentang makanan seluas itu.

“Selama kita menunggu waktu kita maju, ayo kita melakukan tatanan kepada makanan kita.” Ucap Bridget.

Saat kami menata makanan untuk disajikan, aku selalu mencuri padanganku ke arah meja yang diduduki Nona Livi dan Nyonya Maryell.

Aku ingin melihat apakah mereka akan berkomentar tentang masakan kami atau tidak, namun mereka tidak mengatakan apapun walaupun pangsit yang disajikan oleh kelompok pertama sudah mau habis. Hanya ada suara garpu dan pisau yang memotong pangsit dengan cara yang anggun.

Tidak lama saat makanan pembuka habis, kelompok kedua yang membuat sup menyajikan hidangan mereka. Mereka menyajikan sup jagung kepada Nona Livi dan Nyonya Maryell.

Ketika mangkuk kecil berisi sup jagung berada di depan mereka, mereka memperhatikan itu sedikit lama, mengaduk-aduknya terlebih dahulu dan mulai mencicipinya sedikit. Tapi tetap saja mereka tidak mengatakan apapun.

Perhatianku tidak bisa lepas dari meja, namun saat itu aku memperhatikan Nona Livi dan Nyonya Maryell tidak menghabiskan sup jagung mereka. Walaupun jumlahnya sangat sedikit, mereka hanya menyeruputnya 2 kali dan menjauhkan mangkuk itu dari mereka.

Nampak kekecewaan tergambarkan pada wajah orang-orang yang membuat sup itu.

“Ternyata begitu ya.” Ucap Bridget.

“…”

Aku melihat Bridget untuk mengetahui apa maksud perkataannya, namun saat aku ingin menanyakannya dia seperti sudah mengetahui diriku.

“Mereka tidak akan berkomentar jika makananmu tidak enak, mereka hanya tidak akan menghabiskannya.”

‘Ah jadi seperti itu.’

Sekarang itu lebih mengkhawatirkan karena menurutku bahasa tubuh seperti itu lebih menyakitkan, seperti orang tua yang terkadang memarahi anaknya dengan mulutnya dengan orang tua yang sudah kecewa dengan anaknya dan tidak mampu berkata apa-apa lagi. Itu lebih menyakitkan ketika seseorang melakukannya dalam diam.

Tiba giliran kami untuk menghidangkan hidangan utama, aku dan Bridget sudah menyesuaikan porsi untuk hidangan ini agar tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit. Walaupun keluarga bangsawan dan kerajaan makan makanan yang bervariatif, porsi mereka cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan yang biasaku makan.

Ini dibuat agar mereka tidak terlalu kenyang sampai makanan penutup disajikan.

Kami berempat maju untuk menghidangkan makanan kami kehadapan Nona Livi dan Nyonya Maryell.

Seperti sebelumnya, mereka memperhatikan makanan kami terlebih dahulu sebelum menyantapnya.

Hal itu membuatku sedikit gemetar, walaupun aku percaya dengan rasa kentang tumbukku dan sudah merasakan sosis buatan Bridget tetap saja rasa takut tumbuh kedalam diriku.

Bridget memegang tanganku, tanpa aku sadari aku sedang mengigit kuku dan Bridget berusaha menghentikanku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!