Chapter 18

Aku hanya mengingat aku sedang memeluk Selova, tapi apa yang membuatku memeluknya? Kepalaku sangat sakit seperti ditusuk pisau, aku hanya bisa memejamkan mataku dan memijit sedikit kepalaku untuk meringankan rasa sakitnya.

“Apa kamu tidak apa-apa? Kamu harus beristirahat jika kamu sakit, aku akan katakan kepada yang lain jika kamu tidak bisa melakukan sisa pekerjaannya. Semua orang pasti akan mengerti.”

“Tidak, tidak perlu. Aku hanya sedikit pusing.”

“Benarkah? Kalau begitu lanjutkan tulisanmu. Besok aku akan meminta tolong kepada Nona Livi untuk mengirimkannya.”

“Iya baik.”

Aku melanjutkan menulis suratku dan menyisipkan kertas resep yang diberikan Nona Livi kedalam surat itu dan memberikannya kepada Bridget.

Setelah itu aku dan Bridget pergi ke bawah untuk menyelesaikan pekerjaan kami di hari itu.

Hari kedua sangat melelahkan bagiku, aku tidak pernah berdiri selama berjam-jam hanya untuk memasak sesuatu. Punggungku pegal dan ingin segera tidur.

Tiba waktu malam dan kami semua sudah menyelesaikan semua pekerjaan kami hari itu.

Langkah kakiku ingin membawaku segera ke kamar untuk tidur, namun Bridget menghentikanku.

“Lisa, ayo kita mandi. Bukankah kamu sudah berjanji kemarin?” Bridget menahan pundakku untuk menghentikan langkahku.

“Ah.. iya hehe aku hanya ingin mengambil pakaian kok.” Aku tidak bisa mengelak perkataannya.

“Kalau begitu aku akan menunggumu.” Ucap Bridget sambil menyilangkan kedua tangannya.

“Tidak apa-apa kamu duluan saja.”

“Aku akan menunggu!” Bridget berkata dengan tegas.

“Baiklah kalau begitu.” Aku pergi ke kamar dengan langkah tanpa tenaga.

‘Ah.. aku ingin segera tidur.’

Tiba saat aku memasuki kamar kecil dan membasahi seluruh tubuhku, percikan air yang jatuh ke tubuhku memberikan rasa segar seketika.

Aku tidak pernah membersihkan diriku setelah melakukan sesuatu, tapi sepertinya ini tidak terlalu buruk.

Saat kami sudah selesai membersihkan diri dan mematikan semua lampu. Kami semua naik ke atas untuk masuk ke kamar.

“Lisa, kamu harus mengeringkan rambutmu dengan benar. Jika tidak kamu akan demam.” Joie menaruh handuk di atas kepalaku yang menutupi pandanganku dan menggosok-gosok kepalaku.

“Hehe terimakasih Joie.”

Kami yang tidak ingin menyia-nyiakan waktu tidur kami langsung bergegas ke Kasur masing-masing dan menarik selimut.

….

Saat aku terlelap, aku bermimpi. Mimpi yang sangat mengejutkan hingga aku tidak bisa tidur dengan tenang. Aku selalu bermimpi aku di kejar-kejar oleh segerombolan orang di tempat gelap.

Tidak ada jalan keluar di sana, aku hanya terus berlari sambil ketakutan. Sampai akhirnya aku melompat dari atas ketinggian, di saat itu juga aku terbangun dari tidurku.

Ini mimpi yang sangat aneh, aku terus mengalaminya selama 2 minggu terakhir. Tapi aku hanya berpikir bahwa mimpi ini adalah ingatanku ketika aku di serang oleh bandit ketika perjalanan kemari dan tidak terlalu memikirkannya.

Saat 2 minggu sudah berjalan, ada beberapa calon pelayan yang sudah tidak kuat dengan rutinitas ini dan memutuskan untuk tidak melanjutkannya. Semula kami berjumlah 20 orang, sekarang tersisa 18 orang.

Raja Leofwine juga sangat baik kepada peserta yang memutuskan untuk mengundurkan diri, Raja Leofwine memberikan mereka sekantung penuh perak dan mengantar mereka ke desa mereka masing-masing yang dikawal oleh ksatria menaiki kereta kuda.

Itu dimaksudkan sebagai bentuk apresiasi yang dilakukan Raja kepada peserta yang menjadi calon pelayan yang memberanikan diri untuk berangkat ke sini tanpa keluarga mereka.

Semakin hari tugas kami semakin banyak, saat ini selalu ada 4 orang dari kami setiap malam tidak bisa tidur karena dilatih harus terus siaga jika keluarga kerajaan memanggil dan membutuhkan sesuatu.

Mereka yang terpilih untuk bersiaga malam akan bersiaga sampai pagi dan mereka baru bisa tidur ketika matahari sudah membelah langit malam.

Jika pelayan yang tidur sudah bangun maka pelayan yang bersiaga malam bisa tidur karena sudah ada yang mengantikan mereka.

Menurutku ini memang cara yang efektif karena kita tidak tahu kapan keluarga istana akan membutuhkan kita. Walaupun yang aku dengar sangat jarang sekali keluarga istana akan memanggil pelayan tengah malam walaupun keadaannya sangat darurat. Biasanya mereka akan memanggil ksatria yang bertugas dibandingkan dengan pelayan.

Namun tradisi ini dilakukan untuk para calon pelayan agar walaupun mereka harus bangun tengah malam, mereka akan sigap dengan segenap diri mereka untuk melayani keluarga istana.

Semakin lama makin banyak hal yang harus kami pelajari sebagai calon pelayan istana dan semakin hari juga semakin berat. Setiap minggunya kita bahkan diminta untuk bangun 5 menit lebih awal dari biasanya.

Setiap harinya satu per satu orang mulai keluar dari pelatihan ini dengan berbagai macam alasan.

Banyak yang mengeluh tidak kuat dengan pelatihannya, banyak juga yang menganggap bahwa pekerjaan ini tidak cocok untuk mereka. Maka dari itu mereka keluar untuk melanjutkan hidup mereka.

Pada akhirnya sampai minggu terakhir hanya tersisa aku dan Bridget.

Joie memiliki kondisi tubuh yang buruk, dia selalu memaksa dirinya untuk bekerja keras hingga akhirnya tubuhnya tidak kuat menahannya dan jatuh sakit. Tidak jarang Joie pingsan ketika sedang bertugas, akhirnya karena Nona Livi tidak tega melihat kesehatan Joie yang perlahan mulai menurun dia menyarankan Joie tidak melanjutkannya. Sementara Effie, dia merindukan rumahnya dan memutuskan untuk pulang.

Jika saja Effie dan Joie bisa 2 minggu saja, mungkin kami berempat sekarang sudah bersama-sama sekarang.

Aku baru menyadari bahwa pelatihan ini tidak ada penilaian sama sekali, semua orang memiliki kesempatan belajar di sini.

Tidak ada yang akan menilaimu tidak kompeten walaupun kamu melakukan satu pekerjaan dengan buruk, ditambah Nona Livi selalu sabar memberitahu kami. Semua hanya bergantung tahan atau tidaknya kami dengan pekerjaan ini.

Saat hari terakhir pelatihan kami, aku dan Bridget berdiri di depan Nona Livi.

Nona Livi saat itu melihat kami dengan rasa bangga, seperti seorang Ibu yang melihat anaknya telah berhasil.

“Selamat untuk kalian berdua, kalian telah belajar dengan baik dan bertahan hingga pada titik ini.”

Aku dan Bridget melihat satu sama lain dan tersenyum puas, saat ini aku dan Bridget sudah lebih dekat dari pertama kami bertemu. Aku tidak segan lagi untuk bercanda dengannya.

Awalnya kupikir Bridget adalah orang susah untuk didekati, namun seiring berjalannya waktu kami berdua semakin akrab.

“Terimakasih Nona Livi.” Ucap kami berdua.

“Kalau begitu sekarang kalian ikut denganku.”

Nona Livi berjalan menuju pintu keluar, aku dan Bridget membawa barang kami yang sudah kami kosongkan dari kamar dan mengikuti Nona Livi dari belakang.

Ketika pintu dibuka, aku merasa seperti sangat hidup. Pemandangan yang tidak pernah aku lihat selama 3 bulan terakhir, akhirnya aku bisa keluar untuk melihat keluar.

Kami seperti ditahan di dalam bangunan selama 3 bulan, mungkin faktor ini juga yang membuat semua orang menginginkan untuk pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!