Chapter 4

Ketika aku membuka mataku, aku sudah siap untuk berbicara kepada Ayah.

“Ayah.” Panggilku.

“Hmm?” Ayah tidak membuka mulutnya sama sekali karena mulutnya saat ini sedang penuh dengan makanan.

“Aku ingin berbicara sesuatu denganmu.”

“Ada apa Lisa?”

Seketika keberanianku tiba-tiba menciut, aku merasa diriku tidak bisa bergerak.

Aku melihat ke lantai dan mengepalkan tanganku untuk mencoba menghilangan kegugupanku.

“Aku..”

“Aku ingin mencoba bekerja menjadi pelayan kerajaan.”

Suasana meja makan seketika menjadi hening, Ayah menaruh mangkuknya dan menundukkan padangannya.

Melihat perilaku Ayah membuatku sedikit bertegar, aku berpikir seharusnya aku tidak mengatakan ini.

Tidak lama kemudian, Ayah mengangkat wajahnya dan mulai menatapku.

Ayah diam selama beberapa saat sebelum memanggil namaku.

“Lisa.” Panggil Ayah.

Aku mengangkat wajahku dan menatapnya.

“Apa kau benar-benar sudah bulat dengan keputusanmu?” Tanya Ayah dengan nada yang sedih.

Aku tidak pernah melihat Ayah seperti ini, aku menjadi merasa bersalah karenanya. Namun aku tidak bisa berhenti, aku sudah memutuskan keputusanku.

“Iya Ayah.” Aku menjawab dengan penuh hati-hati.

“Begitukah? Kalau begitu aku tidak bisa melarangmu, jika kamu sudah memutuskan seperti itu. Bagaimanapun hidupmu adalah hidupmu, aku tidak bisa melarang apa yang sudah kau putuskan karena kamu yang mengetahui tentang dirimu.”

Perkataan Ayah nampak sedih namun di satu sisi juga sangat tulus.

“Sayang!” Seru Ibu ketika mendengar perkataan Ayah.

Ayah menatap wajah Ibu.

“Tidak apa-apa, putri kita sudah besar. Dia sudah bisa menentukan jalan hidupnya, kita sebagai orang tua hanya bisa mendukungnya.”

“Tapi..” Ibu menutup wajahnya dengan tangannya, saat aku melihat Ibu aku tau bahwa Ibu sedang mengeluarkan air matanya saat ini.

“Kapan kamu akan pergi?” Tanya Ayah.

“Aku akan pergi ketika prajurit kerajaan sampai disini.”

“Jika kau mendengar berita seperti ini bukankah mereka akan datang setidaknya beberapa minggu lagi?”

Aku mengangguk.

“Kalau begitu kita hanya punya beberapa minggu lagi untuk berkumpul berempat.”

Saat itu aku menyadari bahwa sebagai orang tua sangat sulit untuk melepas anaknya pergi jauh, mereka sangat sedih karena aku akan meninggalkan mereka untuk pergi ke kota.

Awalnya aku tidak berpikir bahwa Ayah dan Ibu akan sesedih ini ketika aku membuat keputusanku sendiri.

“Ayah, aku berjanji jika aku sudah bisa membeli tempat tinggal di kota kita akan tinggal bersama-sama lagi seperti saat ini. Aku tidak akan pergi selamanya, aku akan tetap mengirimi kalian surat untuk berkomukasi dengan kalian. Dan saat waktunya tiba kita akan bisa berkumpul lagi seperti saat ini.”

Kata-kata itu sangat lancar keluar dari mulutku, aku berbicara seakan aku tau bahwa aku tidak akan mati sebelum berkumpul dengan keluargaku lagi. Namun setidaknya aku ingin menenangkan hati Ayah dan Ibu.

Ayah tersenyum mendengar perkataanku.

“Benarkah? Kalau begitu, jangan sampai lupakan kami ya. Tulis surat kepada kami setiap minggunya, bahkan jika perlu setiap hari hahaha.” Ayah mengusap matanya dengan jari kemudian mulai tertawa.

“Ayah.. aku bahkan belum tau aku bakalan lulus tesnya atau tidak.” Jawabku agak pesimis.

Ayah kemudian beranjak dari kursinya dan bergerak ke arahku. Dia memelukku dan merangkul Ibuku yang sedang menangis.

Lina kemudian berlari dan melompat ke punggung Ayah.

“Curang.. kalian berpelukan tapi tidak mengajak aku.” Lina memeluk leher Ayah dengan kencang.

Ayah kemudian merangkul Lina dan memeluk kami semua.

Pelukan Ayah terasa lebih hangat dari biasanya, entah kenapa aku mulai bersedih dan meneteskan air mata di pundaknya.

Ini pertama kalinya aku tidak ingin lepas dari pelukan Ayah, seakan ini adalah pelukan hangat terakhir yang aku dapatkan.

Secara tidak sadar sinar matahari masuk melalui jendela dan menghangatkan kami dengan cahayanya.

Ayah yang merasakan matahari sudah terbit melepaskan pelukannya dan mencium kening kami untuk berpamitan pergi mencari kayu. Seperti biasa Ibu juga mengemasi beberapa bekal untuk Ayah.

Karena hari ini bukan jadwal Ibu membersihkan rumah, jadi Ibu ingin membuat sebuah kerajinan dari kayu yang Ayah bawa kemarin untuk dijual.

Memahat sangat membosankan, aku tidak suka kegiatan itu. Jadi aku berlari keluar rumah untuk bermain dengan temanku Selova dan Betha.

Yah walaupun ketika aku bermain dengan mereka hanya untuk berjalan-jalan tanpa tujuan dan melakukan sesuatu yang tidak penting, setidaknya itu lebih baik daripada aku harus duduk sambil memahat kayu.

Aku pergi ke rumah Selova, ketika aku sampai seperti biasa Betha sudah menunggu di sana.

“Selova, Betha.” Panggilku sambil melambaikan tangan dari jarak yang cukup jauh.

Selova dan Betha membalas lambaian tanganku dan berlari mendekat ke arahku.

Setiap kami bertemu, kami selalu berpelukan seperti teman lama yang tidak lama berjumpa. Namun faktanya kami berjumpa hampir setiap hari.

Seperti biasa kami pergi menuju tempat dimana kami selalu berkumpul. Daerah yang tidak terlalu jauh dari pasar desa.

Di sana ada pohon besar tempat kami selalu berteduh di bawahnya, pohon ini tidak hanya menutupi sinar matahari ketika matahari sedang di atas kepala. Namun juga bisa melindungi kami dari rintik air hujan ketika awan sedang gelap.

“Ah.. akhirnya sampai.” Aku duduk bersandar ke pohon seperti orang tua yang kehabisan nafas.

Sambil menikmati angin sepoi-sepoi kami membicarakan sesuatu yang tidak penting, sampai akhirnya aku membuka topik pembicaraan tentang keluar dari desa ini.

“Hei Selova, Betha.”

Mata mereka tertuju ke arahku.

“Bagaimana kalau kita melihat kota di luar desa ini?”

Mereka saling memandang dengan keheranan.

“Keluar? Apa maksudmu?” Tanya Selova.

“Kemarin aku mendengar ibu-ibu sedang membicarakan bahwa prajurit dari kerajaan Leofwine akan datang dan mencari beberapa orang untuk menjadi prajurit dan pelayan mereka. Aku ingin menjadi pelayan istana, apa kalian mau ikut denganku?”

Aku sangat antusias membicarakan ini, akan sangat menyenangkan jika Selova dan Betha juga ikut bersamaku.

“Eee”

Nampak raut wajah mereka penuh dengan keraguan, mereka seperti tidak tahu bagaimana cara menjawab pertanyaanku. Jadi aku mencoba memperjelasnya untuk mereka.

“Aku ingin mengajak kalian untuk bekerja menjadi pelayan kejaraan, karena aku memutuskan akan ke sana. Jika bersama kalian, aku yakin kita semua akan lolos nantinya.”

“Tu-tunggu dulu Lisa, bukankah lebih baik kau tanyakan itu kepada orang tuamu terlebih dahulu?” Kata Betha.

Aku lupa bahwa Betha adalah anak yang penakut, dia selalu menghindari segalanya dengan pertanyaan. Seperti saat kami mencoba masuk hutan untuk mencari kelinci, dia selalu melemparkan pertanyaan untuk menghentikan aku dan Selova masuk hutan.

“Aku sudah mendapatkan izin dari orang tuaku.” Jawabku dengan penuh percaya diri.

“Ta-tapi.”

“Aduh lupakan.” Aku sedikit kesal dengan sifat penakut Betha. Kemudian aku melihat ke arah Selova untuk bertanya pendapatnya.

“Bagaimana denganmu?”

“Hmm..” Selova memegang dagunya, Selova adalah gadis tipe pemikir. Bahkan bisa dibilang bahwa dia lebih pintar dibandingkan aku dengan Betha.

“Bukankah jika kita ingin sampai ke istana Leofwine kita harus berjalan beberapa minggu untuk sampai di sana?”

“Iya.”

“Apa kau yakin tidak akan ada perampok ketika kita sedang di dalam perjalanan?”

“Bukankah kita bersama prajurit kerajaan? Siapa yang berani merampok pasukan kerajaan?”

“Lalu bagaimana jika perampok itu bertarung dengan para prajurit dan tidak ada yang melindungimu dari para perampok itu. Tiba-tiba kau ditusuk oleh salah satu perampok itu atau kau ditangkap? Itu artinya kau tidak akan bisa melihat keluargamu lagi jika kau mati.”

Aku hanya terdiam mendengar ucapan Selova, dia memang yang terpintar dari kami namun dia selalu mengatakan apapun yang ada dipikirannya tanpa menyaringnya. Itu terkadang membuatku dan Betha ketakutan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!