Chapter 13

“Aku tidak bisa mandi di malam hari, jika aku mandi di malam hari aku akan demam keesokkan harinya.” Setidaknya ini adalah alasan yang sempurna untuk menutupi rasa khawatirku.

“Begitukah?” Nona Livi berkata dengan wajah sedikit gelisah. “Kalau begitu beristirahatlah, kamu harus melakukannya lagi besok dan setidaknya ganti pakaianmu sebelum kamu pergi tidur.” Lanjutnya.

“Baik Nona Livi, terima kasih. Aku akan menggantinya segera.”

Nona Livi akhirnya pergi dan aku menutup pintu kamar dengan tenang. Aku bergegas mengganti pakaianku untuk segera beristirahat.

Aku membentangkan tubuhku, rasanya sangat enak. Ini seperti di surga. Akhirnya setelah hari yang melelahkan aku bisa kembali ke rutinitasku yang dulu, yaitu bermalas-malasan.

Tidak lama aku merasa kenikmatan, pintu kamar kembali terbuka. Dan Bridget, Joie dan Effie sudah kembali dengan rambut yang sedikit basah. Seketika ruangan ini berbau harum karena sampo mereka bertiga.

“Kau sudah selesai? Aku piker kami yang pertama.” Tanya Bridget.

Aku yang sedikit bingung dengan apa yang dimaksud oleh Bridget menanyakan apa maksudnya.

“Apa maksudmu?”

“Yah, aku piker kami yang pertama selesai membersihkan diri. Ternyata kamu sudah selesai terlebih dahulu.”

“Oh, hehe.” Mendengar penjelasan Bridget membuatku mengerti maksud perkataannya, namun di saut sisi aku juga malu untuk mengakuinya jika aku tidak ikut membersihkan diri karena malas.

Bridget yang menyadari kekehan aneh dariku langsung menatapku dengan tajam.

“Jangan bilang kamu tidak membersihkan dirimu lagi?” Bridget bertanya dan mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Aku tidak bisa menjawab apapun dan hanya mengalihkan pandanganku ke bawah dan terkekeh lagi.

“Ahh, dasar bagaimana bisa? Kamu itu seorang wanita, kamu harus selalu membersihkan dirimu ketika berkeringat.”

“Siapa bilang?” Aku berkata sambal monyong.

“Ibuku! Sekarang cepat bersihkan dirimu.”

Bridget mencoba menyeretku dari atas tempat tidur, tapi aku tidak menginginkannya. Aku terus melawan dan berusaha mencengkram tempat tidurku.

“Dasar anak ini.” Bridget akhirnya menyerah dan duduk di tempat tidurnya.

“Lagipula apa bedanya mandi sekarang dengan nanti saat kita bangun, lagipula kita hanya akan tidur sebentar dan nanti kita akan membersihkan diri lagi. Jadi daripada membuang waktumu membersihkan diri dua kali lebih baik sekalian saja.”

Aku sebenarnya tidak ingin berdebat dengan Bridget, karena karakter Bridget sangat mirip dengan Selova. Namun bukan karena itu, aku selalu berdebat dengan Selova namun ini berbeda. Aku dan Selova sudah cukup dekat, sedangkan Bridget dan aku belum seperti itu. Aku tidak ingin membuat Bridget menilai diriku orang yang sangat keras kepala hingga tidak bisa di ajak bicara yang berujung dirinya menjauhkanku.

“Kalau begitu, selamat malam.” Aku menarik selimutku untuk menutupi seluruh tubuhku agar aku tidak melihat wajah Bridget lagi. Tanpa sadar, aku tertidur dalam keadaan tubuhku terbungkus dengan selimut hingga dini hari.

Kami dibangunkan seperti biasa oleh Nona Livi, ini hari kedua kami bangun di jam seperti ini. Aku masih belum terbiasa, seluruh tubuhku sakit dan kepalaku sangat pusing ketika dibangunkan secara tiba-tiba.

Ketika kami bersiap-siap seperti kemarin, aku baru sadar kalau aku belum menulis surat untuk keluargaku di desa. Aku orang yang pelupa, harus ada seseorang yang mengingatkanku untuk menulisnya.

Aku memikirkan seseorang, namun wajah yang muncul dipikiranku selalu wajah Bridget. Jika aku pikir kembali sangatlah tidak enak meminta pertolongan seseorang ketika aku sudah berdebat dengannya semalam. Namun aku tetap menghampiri Bridget yang baru selesai membersihkan dirinya dan sedang berpakaian.

“Hei Bridget.” Aku menepuk bahunya dan mencoba membuat senyum ramah.

Bridget hanya membalas dengan lirikan tajam, jangankan tubuhnya wajahnya saja tidak menghadap kepadaku saat ini.

“Hehe, apa aku boleh meminta pertolonganmu?” Aku hanya bisa tertawa canggung melihat ekspresinnya, namun aku tetap memberanikan diri untuk bertanya.

Butuh beberapa waktu untuk Bridget menjawab, entah karena dia sedang berpakaian atau karena dia sedang memikirkan untuk menolongku atau tidak.

“Apa?” Bridget berkata dengan nada yang sinis sambal merapihkan baju kotornya.

“I-itu aku, tolong ingatkan aku ketika istirahat makan siang nanti untuk menulis surat kepada keluargaku. Aku seharusnya menulisnya kemarin karena ada sesuatu yang harus kukirimkan kepada Ibuku, tapi aku kelupaan. Apa kamu bisa membantu mengingatkanku nanti?” Aku bicara banyak kepadanya, namun setiap kali bicara pandanganku selalu teralihkan ke arah sekitar dan hanya sesekali melirik wajah Bridget. Karena Bridget mengeluarkan aura yang aneh sehingga aku tidak berani menatapnya.

Keheningan berada di antara kami sejenak sampai akhirnya Bridget mengiyakan permintaan tolongku.

“Baiklah, aku juga berencana menulis surat untuk orang tuaku hari ini. Kita bisa lakukan bersama.”

“Benarkah? Terima kasih Bridget.” Aku tersenyum seperti orang konyol dihadapan Bridget, karena aku berpikir setidaknya kami tidak akan bermusuhan selama disini. “Dan, kamu jangan khawatir. Aku akan membersihkan diriku sehabis kita melakukan pelatihan.” Aku menjanjikan sesuatu yang tidak pernah aku lakukan seumur hidupku.

“Begitukah? Kalau begitu ayo kita lakukan bersama. Jika perlu aku akan menggosokmu hingga bersih karena kamu selalu tidak menjangkau punggungmu ketika mandi.”

Bridget berkata seperti hal itu bukan apa-apa, namun aku terdengar sangat malu ketika dia bilang akan menggosokku. Wajahku memanas karena selama ini dia memperhatikanku yang membersihkan diri dengan asal-asalan, aku berbalik untuk mengambil pakaian kotorku dan tidak berani menatapnya lagi.

Pelatihan di hari kedua di mulai, Nona Livi tampak sedikit tersenyum karena tidak ada yang terlambat seperti kemarin. Namun jika dilihat dari wajah para peserta mereka seperti zombie, beberapa dari mereka memiliki kantung mata yang sedikit terlihat karena kekurangan tidur.

Tidak bisa dipungkiri aku juga merasa demikian, jika saja aku tidak memiliki persiapan sebelum ke sini aku mungkin akan menyerah di hari pertama.

Kami diajari lagi apa yang harus dan tidak boleh dilakukan seorang pelayan ketika berada di dalam istana seperti kemarin, aku berpikir sepertinya kami akan melakukannya sampai 3 bulan ke depan.

Pekerjaan pagi hari sudah kami selesaikan, sekarang waktunya makan siang. Nona Livi dan pelayan Istana lainnya pergi ke istana untuk membuat hidangan untuk keluarga istana. Sementara kami diminta untuk memasak dan menyiapkan makanan untuk Nona Livi dan yang lainnya ketika mereka tiba di sini.

Pelayan istana harus mendahulukan kepetingan keluarga istana, mereka tiba bisa makan terlebih dahulu karena mereka harus memasak untuk keluarga istana.

Maka dari itu kebanyakan pelayan istana memasak lebih untuk diri mereka dan menyisihkannya untuk diri mereka sendiri. Saat keluarga istana sudah selesai makan barulah saat itu pelayan istana bisa makan dengan tenang. Walaupun terkadang makanan mereka menjadi dingin karena terlalu lama didiamkan, namun tidak jarang juga pelayan istana harus bergiliran untuk mengisi perut mereka.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!