"TOK TOK TOK"
"Siapa?" Eli setengah berlari ke ruang tamu membukakan pintu tamunya.
Namun matanya seketika keluar beberapa centi.
"Mas Bagas?"
Eli langsung memeluk Bagas.
Bagas tersenyum membalas pelukan istrinya.
Eli menarik tangan Bagas masuk ke dalam.
"Mas Bagas kok nggak bilang-bilang kalau mau pulang?"
"Kalau aku bilang,bukan surprise namanya"
Jawab Bagas sambil tersenyum mencium kening Eli dan menghentakkan tubuhnya ke kursi.
Eli langsung melangkah ke arah dapur membuatkan minuman untuk Bagas. sedangkan Bagas menyandarkan tubuhnya ke sofa Karena lelahnya perjalanan jauh.
"Hai Mas Bagas, Kapan balik mas?"
Erin yang baru saja keluar dari kamarnya terkejut melihat adanya Bagas.
"Baru saja," jawab Bagas.
Elin membawa minuman untuk Bagas meletakkannya di meja.
"Minum dulu Mas, kamu pasti haus"
"Iya, aku haus banget"
Bagas mengambil minuman dan menyeruputnya.
"TOK TOK TOK"
Erin setengah berlari ke arah pintu.
"Mama?Papa? Yey...!! ada Papa Mama"
Erin mencium punggung tangan orang tuanya.
"Ayo masuk Ma.. Pa.."
Erin melanjutkan langkahnya ke dalam.
Menarik tangan Mamanya.
Bagas langsung berdiri menyambut mertuanya.
Mencium punggung tangan mereka.
"Kapan kamu pulang?" tanya Pak Karsa, mertua pria Bagas.
"Baru saja Pa.. Papa Mama, gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah, kami baik-baik saja, gimana kabar kamu di sana Bagas?"
"Bagas baik-baik saja pa, cuma ya Itu, kerjaan terlalu padat."
"Jadi sudah selesai kontrak kerjamu di sana?" tanya Pak Karsa.
"Untuk yang ini sudah selesai Pa.. Tapi nanti lanjut kontrak lagi, beberapa bulan lagi,"
Bu Anom mengangkat dering ponselnya,
"Tidak ada namanya? siapa ya?" gumam hatinya sambil menempelkan ponselnya ke telinga.
"Halo"
"selamat siang, dengan ibu Anom?'
"Benar, ini dari mana ya?"
"Kami dari polsek Raja Marga"
"Iya Pak, Ada apa?"
"Kami ingin memberitahukan, bahwa anak ibu, saudari Mina, sudah melahirkan dengan selamat, dan sekarang ia sedang di rumah sakit Jaya Asih"
"Mirna? Mirna melahirkan? baik Saya segera ke sana, terima kasih"
Mendengar pembicaraan Bu anom, membuat semua yang ada di sekitarnya terkejut.
"Mirna melahirkan Ma?" tanya Eli.
"Iya, Mirna sudah lahir, Sekarang juga kita ke rumah sakit Jaya Asih"
Spontan semua tersentak kaget.
"Eli panggilkan taksi online"
Pak Karsa dan Bagas segera bangun dari duduknya.
Eli mengeluarkan ponselnya dalam tas. Memesan kendaraan online.
Tak lama, mobil pun datang.
Mereka semua keluar rumah dan masuk ke dalam mobil.
Hanya 15 menit mereka tiba di rumah sakit tempat Mirna dirawat.
Dengan langkah cepat, Pak Karsa, Bu Anom, Eli, dan Erin mempercepat langkahnya menuju ke ruang bersalin yang diarahkan perawat Tadi.
Hanya Bagas menghentikan langkahnya, diam di tempat.
Mengingat kembali masa-masa bersama Mirna di ranjang kamarnya.
Dan mengingat pula saat Mirna bilang kalau ia hamil anaknya.
"Mas...!! Ngapain di situ? Ayo sini"
Eli menarik lengan suaminya.
Terpaksa Bagas mengikutinya hingga ke ruang bersalin.
Di sana sudah ada Bu Anom, Pak Karsa dan Erin.
Bagas dan Eli menghampiri Mirna.
Namun Mirna menatap tajam ke Bagas.
Sedangkan Bagas menatap ke arah lain.
Tatapan Mirna membuatnya menjadi serba salah.
"Dimana baiknya?" tanya Bagas mengalihkan.
Juga untuk melihat, apakah benar anak Mirna adalah hasil hubungan mereka berdua.
"Erin juga mau lihat bayinya, yuk, Kak Bagas, kita lihat bayinya Kak Mirna" Erin menarik tangan kakak iparnya keluar kamar menuju ruang bayi.
"Jadi penasaran... Mirip siapa ya, anak Kak Mirna, mirip Kak Mirna atau Mas Bagas" ucapan Erin membuat Bagas tersentak kaget dan menatap Erin.
"Maksudnya?" tanya Bagas penuh curiga, jangan-jangan Erin mengetahui semua kejadian di kamarnya.
Bagas memendam seribu tanya.
"Eh.. Tidak, tidak apa-apa... Habisnya kan, nggak tahu, ayah dari anak Kak Mirna, siapa tahu Mas Bagas mau angkat jadi anak Mas Bagas gitu"
ucapan Erin menyudutkan Bagas.
Hingga mereka tiba di depan ruang bayi.
Melihatnya dari kaca, di Sana hanya ada dua bayi.
"Suster, bayi atas nama Ibunya Mirna,yang mana, ya?"
"Dari ruang apa Bu? suster balik tanya.
"Ruang Rosma. 5"
"Oh, yang sebelah kanan Bu, itu, yang selimut pink" perawat. menuju ke salah satu bayi.
Baik, suster, Terima kasih"
Erin dan Bagas sama-sama melihat. tiba-tiba Erin bergumam sendiri.
"Iya-ya, mirip Papanya"
Bagas langsung menatap Erin mendengar ucapannya barusan, sambil mengernyitkan keningnya.
"Kamu tahu Papanya? Siapa?" tanya Bagas heran, membuat Erin menoleh
"Eeeh.. Tidak, Erin tidak tahu Mas" Jawab Erin gugup.
Bu Anom, Pak Karsa,serta Eli. Mengarah di mana Bagas dan Erin saat ini.
Mereka sama-sama melihat sosok bayi perempuan Mirna.
"Ma, lihat deh di punggung tangan bayi Kak Mirna"
Bu Anom segera melihat punggung tangan bayi Mirna yang ditunjuk Erin.
Dimana disitu ada tanda lahir coklat dan hitam melingkar kecil.
"iya ya Rin, ada tanda lahirnya"
"Masa sih mah?" tanya Pak Karsa penasaran, lalu mengintip ke dalam yang Terhalang Kaca.
"Oh iya, betul, ada tanda lahirnya" gumam Pak Karsa.
"Aku mau ke kantin ya ,cari-cari makanan..Papa Mama mau makan apa?
"Tidak usah, Kami sudah makan." ujar Pak Karsa.
"Oh iya, tolong titip makanan buat Mirna aja... Nanti langsung saja kamu antar ke kamarnya, Papa masih mau di sini."
"Kamu dan Erin mau ikutan makan nggak?"
tanya Bagas ke Eli dan Erin.
"Aku masih belum lapar Mas"
Eli memegangi perutnya.
"Erin juga masih kenyang Mas"
"Ya sudah Mas ke kantin dulu ya" Bagas langsung menuju ke arah kantin mencari menu makanan dan memesannya.
Sehabis makan dia mencari-cari makanan buat Mirna.
Bagas memasuki ruang bersalin di mana Mirna masih dalam perawatan.
"Ini Mir makan dulu. aku beli buat kamu."
Mirna tersenyum.
"Ternyata kamu masih ingat sama aku Mas, Apa kamu juga mencintai aku Mas?"
Bagas menghela nafas panjang.
"Aku belikan makanan bukan berarti aku mencintai kamu Mirna.."
"Tapi kamu mencintai bayi kita kan?" kembali Bagas menarik nafas panjang -panjang.
"Bayi itu bayi kita Iya mas.sl Silakan cek DNA, Aku tidak bohong, karena saat itu hanya kau yang tidak pakai pengaman, aku akan beritahu papa, mama, dan kak Eli." mendengar itu, Bagas menatap Mirna tajam,"
"Oke, oke, oke Mirna, Aku akan memberimu uang tiap bulan, dan mengurus bayi ini, selama kau di penjara, tapi ingat, aku akan selalu buat perhitungan, kalau Papa, Mama, dan kakakmu Eli sampai tahu masalah ini..!!"
Bagas mengancam dengan suara pelan di telinga Mirna.
Membuat Mirna tersenyum sinis.
"Oke Mas, Aku turuti, Yang penting uang belanja buat aku berjalan tiap bulan.
"Oke. oke." Bagas manggut-manggut dengan rasa seribu kesal dan menyesal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments