𝐏𝐎𝐏 𝐌𝐈𝐑𝐍𝐀
Sudah menjadi kebiasaanku ngumpul bersama teman-teman yang semuanya adalah putus sekolah.
Namun mereka semua bersahabat denganku.
Dimulai dari coba-coba lintingan kepulan asap yang ku hirup sampai tenggorokan, sampai ke minuman keras menjadi rutinitas kebiasaanku.
Yang membuat Papa marah adalah mencium bau asap di kamarku.
Apalagi seringnya Aku pulang malam. sering Aku bolos sekolah hanya untuk ngumpul bareng teman-teman yang selalu memaksa.
Tanpa ampun Papa mengusir aku dari rumah.
Di situ Aku bingung mau ke mana.
ke rumah teman mereka pun masih tinggal dengan orang tuanya masing-masing. hanya Edo yang tinggal sendirian di kos.
Tidak mungkin aku tinggal berdua Edo dalam satu kamar.
Walaupun aku pernah tidur berdua dengannya, itu hanya untuk kesenangan belaka,suka sama suka.
Dalam kebimbangan aku harus ke mana, kak Eli menelponku dan menyuruh aku tinggal di rumahnya.
"Sekarang juga Kamu ke sini ya Mir, biar kamu tinggal sama kakak aja di sini"
"Tapi bagaimana dengan Mas Bagas" Tanyaku ragu.
"Biar nanti Kakak coba bicarakan sama Mas Bagas. pasti setuju kok... Dia orangnya enggak rewel"
Aku terlonjak senang.
Ternyata kak Eli mau menerima aku. Walaupun Sebenarnya aku iri padanya.
Dia selalu mudah mendapatkan pria tampan dan apapun yang dia mau akan terwujud.
Sedangkan aku? begitu sulit untuk mendapatkan pria tampan.
aku akui. Kak Eli memang cantik.lebih cantik dariku walaupun dari segi kulit aku yang teratas dibanding kak Eli.
kami pun tinggal bersama. aku, kak Eli Mas Bagas dan Erin adikku.
Tapi entah kenapa ada perasaan iri melihat kebahagiaan kak Eli bersama Mas Bagas. Mas Bagas pria tampan dan baik hati begitu mudah didapat Kak Eli.
Seperti siang itu,Mas Bagas pulang lebih awal.
Sedangkan kak Eli masih di tempat kerjanya.
Aku berusaha bersikap baik pada Mas Bagas.
Aku seduhkan kopi dan menyodorkan ke Mas Bagas.
"Terima kasih" Mas Bagas langsung meminumnya.
Entah mungkin karena memang haus atau kelelahan sehabis bekerja atau perjalanan.
"Mas" Panggil ku membuka pembicaraan.
" Ya?" Mas Bagas menatapku.
"Aku mau bicara apa Mas percaya?"
"Bicara apa? bicaralah"
"Mas Bagas percaya tidak kalau kak Eli bersama pria lain ?"
"Hah?" Kulihat mata mas Bagas hampir copot dari tempatnya
"Maksud kamu apa"
Membuat aku ragu untuk melanjutkan perkataanku.
"Iya Mas, aku lihat sendiri kak Eli dengan pria lain kemarin di cafe...Ganteng loh mas, pria itu"
"Kamu serius? di cafe mana?"
"Cafe Shangrila Mas, kelihatannya mereka sudah akrab kok"
"kamu nggak salah lihat kan?"
"Ya mana mungkin aku salah lihat Mas,mata Aku Masih normal,Aku pikir tadinya lelaki itu Mas Bagas, setelah aku perjelas, ternyata pria lain, malah sampai gandengan juga"
Ucapanku membuat Mas Bagas menatapku tajam.
"Kamu serius?"tanya Mas Bagas masih tidak percaya.
"Iya, Kalau mas tidak percaya, nanti kalau mereka ketemu lagi, aku videoin ya Mas, kemarin itu aku lupa videoin, saking tidak percaya, makanya aku lupa,"
Aku berusaha meyakinkan Mas Bagas.
Aku lihat dia mulai percaya.
Karena tampak tangannya mengepal.
"Ya sudah, Lain kali, kalau kamu harus ingat, kalau melihat itu lagi, Kamu harus videoin.
"Iya Mas, tapi Mas, tolong jangan bilang-bilang lagi ke kak Eli, aku takut, pasti kak Eli marah kalau tahu, aku yang bilang, Mas, janji ya" jari kelingking ku mencuat untuk kulingkarkan ke jari kelingking Mas Bagas.
Dan Mas Bagas pun melingkarkan jari kelingkingnya ke jariku.
Namun yang kudengar malamnya, sepulang ke Eli dari kerja, ada keributan di kamar kakakku bersama Mas Bagas.
keributan yang membuat Mas Bagas pergi entah mana.
Seperti Malam ini aku belum bisa memejamkan mata
Otakku masih mencari dan mencari sesuatu.
Tapi kenapa aku malah terbayang sosok Mas Bagas.
pria tampan berlesung Pipit dengan senyum tak membosankan.
"Kenapa aku tidak pernah bisa mendapatkan apa yang aku mau?
Kenapa terasa dunia tidak adil untukku?"
jariku menggeser kontak ponsel bernama Mas Bagas.
"Mas lagi apa mas?"
tidak sampai 5 menit mendapat balasan dari Mas Bagas.
"Lagi nonton... Gimana kabar kamu dan kak Eli?"
Spontan aku kembali mengetik.
"Aku baik-baik saja Mas, sama kak Eli juga baik, Mas nggak pulang"
"Nantilah Mas pulang, sekarang, masih galau"
Aku tersenyum puas dengan galaunya Mas Bagas.
"Pulanglah Mas, kan Mas bisa Maafkan kesalahan kak Eli"
Tidak ada balasan dari Mas Bagas.
Aku pun mengetik kembali.
"Tuhan saja memaafkan umatnya, masa Mas nggak mau memaafkan, mungkin waktu itu kak Eli khilaf"
Masih tidak ada balasan.
Aku penasaran, aku ketik lagi.
"Mas, besok ketemu yuk, siapa tahu Mas lagi suntuk, bisa curhat sama aku"
"boleh?"
akhirnya Mas Bagas balas juga chat aku. Aku tersenyum.
"Di cafe shangrila ya Mas, nanti aku kasih tahu di meja mana kak Eli waktu itu duduk bersama pria ganteng"
"Jam?"
"Jam 7 malam ya Mas"
"Iya, besok Mas ke sana ya, Kamu tunggu"
Seperti janji Mas Bagas, tepat waktu, datang ke cafe Shangrila.
Aku bersama Alex dan Edo, yang mana mereka membawa pasangan.
Hanya aku yang sengaja tidak membawa pasangan.
Mas bagas lah yang akan menjadi pasanganku malam ini.
Mas Bagas duduk di sampingku.
"Cie-cie" Alex meledekku dengan kehadiran Mas Bagas.
Lalu mereka menjauh, membiarkan aku dan Bagas berdua di meja sudut yang terlihat remang sedikit penerangan.
"Mas minum ini ya aku sudah siapkan dari tadi loh"
Aku menyodorkan segelas minuman beralkohol
"Terserah kamu saja" Jawab Mas Bagas tersenyum.
"Mas"
Aku melingkarkan tanganku di pundak Mas Bagas.
"Lihat di meja sudut yang itu, waktu itu kak Eli duduk di situ" Ujar ku asal menunjuk saja kemeja sudut.
Mas Bagas mereguk minumannya.
"Kamu sering ke sini Mir" tanyanya tidak semangat.
"Seringlah Mas,makanya aku sempat lihat kak Eli sama lelaki ganteng itu."
"Hmmmmm" Mas Bagas berdehem sambil meminumnya kembali.
Aku semakin merapatkan tanganku yang masih melingkar di pundaknya.
Tak lama kemudian tangan Mas Bagas pun membalas melingkar di perutku.
"Hmmmm... Ini kesempatan yang tidak boleh aku sia-siakan" gumam hatiku.
Kudekatkan wajahku ke wajahnya sampai pada akhirnya bibir kami menyatu dengan mata yang sama-sama terpejam.
kami sama-sama melumat bibir ke bibir lebih dalam lagi dengan lidah yang menari-nari.
Hingga tanganku turun kebawah bagian yang tersembunyi.
kami nikmati adegan cemburu dengan hasrat yang meningkat.
"Yuk" suaraku lirih menahan gejolak di sekujur tubuhku.
Mas Bagas mengangguk perlahan dengan mata setengah memejam.
"Di sini ada penginapan kita nginap malam ini yah Mas" Aku masih mendesah di telinganya menahan gairahku.
dibalas anggukan Mas Bagas.
Kami pun meninggalkan kafe itu, dan pamit dengan temantemanku, dan menuju hotel yang bersebelahan dengan Cafe. Setelah membayar di kasir, kami melangkah menuju kamar.
Mas Bagas mulai jalan dengan terhuyung, separuh hilang keseimbangan.
Aku memapahnya masuk ke dalam kamar. ku Arahkan langkahku ke tempat tidur bernuansa serba putih.
Aku habiskan malam itu bersama Mas Bagas.
Aku tidak peduli kalau ia adalah kakak iparku.
Yang terpenting aku bisa dapatkan apa yang aku mau.
Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali kami menghabiskan waktu di penginapan.
Hingga kami berdua tertidur dengan lelahnya
Hingga matahari pagi menembus kisi-kisi jendela menyeruak masuk membangunkan kami berdua untuk kembali pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
.
2023-11-29
0