𝐌𝐞𝐲 𝐦𝐞𝐥𝐢𝐡𝐚𝐭 𝐌𝐢𝐫𝐧𝐚 & 𝐎𝐦 𝐈𝐫𝐯𝐚𝐧
Sebentar lagi salon pun tutup pukul 20.00.
Eli mulai merapikan barang-barang yang harus dibawa pulang.
Dan menyambar tasnya melangkah ke pintu keluar.
Di situ pula Bagas muncul .
"Aku mau menjemputmu pulang,ada yang ingin aku bahas"
"Sepertinya ada hal Serius" gumam Eli yang langsung manut mengikuti Bagas melangkah ke parkiran motornya.
Dan Bagas langsung menstarter motornya dengan kecepatan tinggi.
Hingga sampai ke rumah, bagas dan Eli turun.
Dan melangkah masuk rumah.
"Ada apa sih Mas?kok terlihat serius?" Eli menatap mata Bagas.
"nggak terlalu serius Si El...cuma mau kasih kabar, Aku dapat tiket gratis ke pulau, ini ada dua tiket...kamu mau kan?untuk minggu depan kok?"
"Ya ampun mas, sampai segitunya" diselingi dengan tawa Eli.
"Yah sudah.. Aku mau Mas.."
"kita kan di sana bisa bikin dedek bayi lagi" tangan Bagas melingkari pinggang Eli.
"Lah? Mas? Kan di sini juga bisa kalau cuma bikin dedek bayi"
"Iya sih,Tapi akan lebih nikmat kalau hanya berdua saja" Bagas mulai mencium Eli.
"Iya deh terserah Mas saja"
**
𝐁𝐚𝐠𝐚𝐬 𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐦𝐚𝐭𝐢 𝐏𝐮𝐥𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐄𝐥𝐢.
Pulau yang cukup menarik buatku.
Di sini aku dapat merasakan ketenangan di otakku,setelah melepas keletihan di kantor dan juga masalahku dengan Mirna.
2 bulan sejak kehilangan bayi kami,
Aku mengajak Eli ke Pulau Seribu.
Pulau dengan panorama alam yang ada di pulau ini menjadikan tempat wisata yang cukup menarik.
Di pantai pulau dengan pemandangan yang cukup eksotik membuat aku dan Eli betah berlama-lama di sini.
Bermain air di bibir pantai yang masih terlihat ikan-ikan kecil saling berenang dan saling mendahului.
kami pun menyusuri jembatan yang kanan kiri terdapat laut.
Dan sambil menikmati sunrise juga dengan hutan yang cukup indah menjadikan Udara yang sejuk di hutan ini.
Sehingga aku dan Eli dapat menikmati sepanjang hutan ini.
Dengan menikmati pemandangan, terlihat pula adanya kolam pancing dengan dikelilingi beberapa Saung dengan menu seafood.
Kami tertarik dengan kuliner di salah satu Saung.
Aku mengajak Eli untuk makan di sana.
Elli pun langsung duduk di saung yang berada paling sudut.
Aku memilih beberapa menu untuk kami berdua.
Tak sampai 30 menit makanan dan minuman pun datang.
"Apa kamu suka tempat ini El?" Aku tarik pundak Eli lalu kupeluk Eli tersenyum.
"Suka banget Mas"
Eli terlihat bahagia dengan tempat ini.
"Sebentar lagi aku dimutasi keluar kota"
"keluar kota"
Eli sempat terkejut.
Sebenarnya aku tidak tega meninggalkan dia keluar kota.
Tapi tugas yang mengharuskan aku ke sana
Dan menetap selama masa kontrak 1 tahun .
"Yaaah... kantor memutuskan aku memegang satu proyek. tapi Tenang saja, Kita kan bisa VC tiap hari.kamu nggak apa-apa kan?"
"Ya sudah Mas, kalau itu keputusan kantor,Mas Pergilah... Aku tidak apa kok" terlihat Eli pasrah.
"Yuk, kita mulai makannya" jawabku sambil mengacak-acak rambutnya.
kami menikmati makanan Seafood.
Sambil menikmati kolam pancing yang cukup luas.
Sepertinya Eli sangat merasakan takjubnya dengan hutan ini.
Tak terasa, hari pun berganti sore.
kami pun beranjak keluar hutan ini.
Dan mencari penginapan.
Di sini aku dan Eli merasakan nyaman dan milik berdua.
Tanpa adanya gangguan pihak lain.
Di sini, aku dan Eli dapat menikmati tugas rutin pasangan suami-istri setiap harinya. Hingga hari menjelang hitungan hari ketiga. kami pun bersiap-pulang.
**
"Kesibukan di salon, Mei, banyak menyita waktu Eli.
Terlihat Eli sedang melayani seorang pelanggannya.
Dan Mei menghampirinya.
" El, aku pergi sebentar ya, mau beli dalaman dulu di seberang Mall"
"Iya Mei, jangan lama-lama" jawab Eli, sambil tangannya sibuk melayani tamunya.
"Siiip!" Mey pun melangkah pergi, berjalan kaki menuju seberang arah mall, lalu menaiki anak tangga, melewati sebuah Cafe.
di sana ada pemandangan yang menarik matanya.
Terlihat Om Irfan dan Mirna yang terlihat begitu intim dan saling merangkul.
"Apa aku gak salah lihat?" Mei menggosok-gosok matanya.
"Tapi beneran itu om Irfan dan Mirna sedang apa mereka"
sedikit kepo Mey masuk ke dalam dan duduk di paling sudut,
"Pesan minum dulu deh" dengan satu jentikan jarinya, pelayan menghampirinya dan memberikan menu ke Mey.
"Aku apel jus saja ya" kata Mey sesekali melirik pemandangan 2 sejoli di seberang meja yang saling merangkul dan bercanda mesra.
Tak lama kemudian mereka meninggalkan tempat tersebut, menuju sebuah hotel yang terletak bersebelahan dengan mall. terlihat juga sosok Mey mengikuti dari belakang mereka.
Sampai matanya menyaksikan mereka masuk ke sebuah hotel.
"Ya sudah, aku balik saja, enggak jadi beli dalaman" Mei pun Kembali menuju salon, masih terlihat Eli sibuk melayani pelanggannya.
"El, selesai ini, aku mau bicara sama kamu. penting" Mey masuk ke dalam. membuat elite terbengong
"Ada apa sih? tumben?"
Gumam Eli.
"Nen? tolong selesaikan ini ya, aku ada urusan dulu sama Mey" Eli memanggil Nenden, kapster belia ini untuk mengalihkan tugasnya yang belum selesai.
"Siap El, sini aku kerjakan"
Nenden berdiri dari duduknya, langsung mengambil alih tugas Eli.
Dan Eli pun masuk ke ruang facial tempat Mey sudah menunggu di sana.
"Ada apa Mei?" tanya Eli penasaran.
"Ini, aku sempat ambil video ini tadi" Mey menyodorkan ponselnya.
Menunjukkan isi dari benda Pipi itu.
Mata Eli melotot, melihat ponsel tersebut.
Dia dapat melihat adiknya yang bersama Om Irfan memasuki sebuah hotel."
Astaga Mey!!!" Mata Eli semakin menjorok keluar.
"Ini Mirna, adik aku, kok sama Om Irfan di hotel? ngapain? astaga!"
"Ya El, Makanya aku ambil videonya"
"Terus kenapa Mirna bisa kenal om Irfan?"
Eli bener-bener Terpukul dengan kelakuan adiknya yang selama ini selalu dianggapnya masih lugu.
Mey mengambil kembali ponselnya dari tangan Eli.
"Mungkin waktu kamu pingsan di kantin, di situ ada Mirna, Mirna sempat ngantar kamu di mobil Om Irfan ke rumah sakit.Aku juga ikut ngantar kamu, Kami bertiga yang ngantar kamu El"
penjelasan Mey membuat Eli bingung.
"I....ini rumit sekali Mei Kenapa ada Mirna di saat waktu bersamaan?"
Eli menaikkan dahinya.
"Aku juga nggak tahu El, Kenapa, kok, Kebetulan sekali, Ada suamimu juga Mirna di sana.. Atau jangan-jangan Mirna yang mengkambing-hitamkan kamu, pasti dia yang ngadu ke suamimu, kalau ada Om Irfan sama kamu."
ucapan Mey, membuat Eli diam dengan penuh tanda tanya.
Dugaan Mey memang masuk akal, tapi Eli tidak mungkin percaya ini.
Mirna, adik kandungnya.
Maksudnya apa dia melakukan itu?
tidak mungkin Mirna tega melakukan hal yang bisa menghancurkan rumah tangganya bersama Bagas.
Teringat kembali, saat Bagas menuduhnya berduaan dengan lelaki lain,
Sedangkan aku tidak melakukan hal tersebut.
Siapa yang berani memfitnah, mengadu domba? teringat juga waktu Bagas mengatakan orang dekat.
Siapa? sampai sekarang Bagas tidak mau mengatakannya.
"El... Eli..." tangan Mey mengarah ke wajah Eli membuatnya tersentak kaget .
"I...iya..iya..."
"Kamu nggak apa-apa kan?"
Mey mulai khawatir.
"Nggak, Nggak apa-apa, aku nggak sangka aja Mey..adik aku kok segitunya, apalagi sampai dia tidur dengan om Irfan, dan juga mengkambing-hitamkan rumah tangga kami, salahnya aku di mana Mey? Sedangkan aku kerja buat dia, karena aku nggak mau mengandalkan Mas Bagas untuk kebutuhan adik-adikku."
"Kamu yang sabar ya El.. Pasti Tuhan buka jalan buat kamu."
Mey meraih tangan Eli mengusapnya.
Ada Butiran bening menetas dari pelupuk mata Eli.
"Aku akan mencari tahu Mey.. Terima kasih infonya"
"Sama-sama El.. Ya sudah, kita kerja lagi yuk"
Mereka kembali ke ruang salon, yang mana kerjaan Eli sudah diambil alih Nenden.
Dan kini sudah selesai ia kerjakan.
"Terima kasih ya Nen, kamu memang sohib aku yang terbaik" ujar Eli diselingi tawa.
Dibalas Nenden tertawa, mencubit lengan Eli.
"Iya dong, hahaha"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments